Komikus : Gino Kasyanto
Penyunting : Zulfa Simatur
Penyunting Grafis : R. Nuruli KWM
Sampul: Gino Kasyanto dan R. Nuruli KWM
Cetakan: Pertama, Juli 2014. 100 hlm
Penerbit : Visimedia
Seiring dengan memanasnya hubungan antara dua lembaga penegak hukum di negeri ini, yakni antara KPK dan POLRI, buku ini bisa menjadi semacam pendingin suasana dengan humor-humornya yang khas. Melalui panel-panel berformat besar dan karakter khasnya yang tipikal masyarakat kelas bawah, komikus Gino Kasyanto kembali menyuguhkan kumpulan komik yang niscaya akan menyadarkan kita kembali akan betapa berbahayanya perilaku korupsi. Dalam kumpulan komik dengan tema besar Komedi Pelaku Korupsi ini, akan kita temukan kisah-kisah pelipur hati sekaligus penyadar diri terhadap satu perilaku yang tampaknya sedang begitu heboh akhir-akhir ini: korupsi.
Siapa saja bisa tergoda korupsi, mulai dari korupsi bensin hingga korupsi waktu jam kerja yang digambarkan begitu apik dalam buku ini, kita seharusnya tersentil, bahwa tidak hanya koruptor saja yang hobi korupsi. Kadang, kita juga. Dalam panel di halaman 14 – 15 misalnya, digambarkan perilaku korupsi dalam bentuk uang transport. Lebih menyentil lagi dalam panel-panel halaman 43, yang menggambarkan fenomena meminta kuitansi kosong di pom bensin (untuk kemudian kita isi sendiri). Atau, halaman 78 yang menyentil kebiasaan menonton siaran sepak bola atau bahkan tidur selama jam kerja di kantor. Korupsi ternyata memang telah begitu mengurita dalam kehidupan kita. Mungkin terlihat sepele kayak tidur siang di meja kerja pada jam kerja, tapi ya tetap korupsi juga kan?
Selebihnya, buku ini menggambarkan berbagai fenomena yang dialami oleh koruptor kelas kakap yang mengigiti duit rakyat. Mulai dari gaya hidup mereka yang suka piknik ke luar negeri, pura-pura sakit saat dipanggil penyidik, hingga memiliki gaya hidup yang wah. Juga, sejumlah “kepura-puraan” dalam bidang hukum yang sempat mencoreng muka penegak hukum Indonesia. Pada panel-panel di halaman 30, digambarkan adanya perlakuan yang berbeda untuk tersangka kasus korupsi, di mana pelakunya ditempatkan di sel tahanan yang lebih bagus dan dengan fasilitas bak kamar hotel bintang 5. Termasuk juga contoh upaya nyeleneh yang dilakukan para tersangka korupsi demi menghindar dari hukuman. Joged-joged di depan Senayan ini yang paling bikin ngakak.
Kekurangan dari kumpulan komik ini menurut saya ada pada tema-temanya yang tersebar tidak tertata. Ada sejumlah judul yang seharusnya bisa lebih didekatkan posisinya karena kemiripan tema. Juga, ada sejumlah panel yang cenderung “jayus” dan kurang terasa komedinya, namun jumlahnya mungkin hanya satu atau dua. Selebihnya, panel-panel komik dalam buku ini adalah hiburan yang bernas dan bermutu. Gambar-gambarnya dibikin besar dan rata-rata bibirnya monyong, benar-benar mengingatkan kita akan moncong tikus yang bikin jijik.
Komikus seakan sedang menghukum para koruptor di buku ini, yang semestinya menjadi pendorong bagi kita untuk ikut jijik kepada mereka. Di panel-panel selanjutnya, komikus beralih untuk menyindir sejumlah perilaku korupsi yang tanpa sadar sering kita lakukan. Ini semacam terapi agar tidak hanya jijik pada orangnya (koruptor) tapi juga pada tindakannya (korupsi). Mengaku telah melakukan korupsi adalah tindakan yang hebat dan ksatria, tetapi berjuang untuk menghindari melakukan korupsi adalah jauh lebih hebat lagi. Semoga, kita bisa belajar banyak setelah menikmati komik ini.
Gambar: https://twitter.com/hashtag/socialcomic
No comments:
Post a Comment