Search This Blog

Thursday, December 18, 2014

Pillow Talk

Judul : Pillow Talk
Pengarang : Christian Simamora
Tebal : 459 hlm
Cetakan : Januari 2010
Penerbit : Gagas Media

7548010

"Aku sebenarnya pengen ngelupain kamu--beneran pengen banget. Tapi kalau aku ngelupain kamu ... aku juga lupa caranya bahagia." (hlm 451)

Untuk kesekian kalinya saya membaca #JBoyFriend karangan Christian Simamora. Dan dengan mengesampingkan ceritanya yang gitu-gitu melulu, saya harus adil dengan memberikan apresiasi kepada penulis karena konsistensinya dalam berkarya. Penulis ini konsisten dengan model tulisannya, yang memang disukai oleh pembaca. Dan, ketika pembaca sudah jatuh cinta dengan karyanya (atau dengan salah satu tokoh ganteng-atletis-sixpack-kayaraya yang namanya berawalan dengan huruf J), penulis sudah bisa dibilang menemukan jalannya. Dengan konsisten berkarya di jalannya tersebut, bisa dipastikan karya-karyanya akan selalu ditunggu oleh para pembaca setia. Dan Christian Simamora adalah salah satu penulis yang seperti itu. Dia konsisten berkarya, dan pembaca pun konsisten menyukai karya-karyanya.

Kali ini, kita akan bertemu dengan salah satu J yang bernama Jo. Cerita cinta yang diangkat juga sebenarnya klise, yakni dari sahabat jadi cinta. Sepasang sahabat yang sudah dekat sejak SMA, lalu keduanya diam-diam saling jatuh cinta. Hanya saja, masing-masing terlalu keras kepala untuk mengakuinya. Keduanya takut bahwa cinta dan persahabatan seharusnya dua hal yang seiring sejalan, bukan dicampuradukkan. Karena, sebagaimana pengalaman, banyak persahabatan yang hancur ketika romantisme muncul di antara keduanya. Jo dan Emi sama-sama tidak menginginkan hal itu terjadi. Bagi keduanya, haram hukumnya jatuh cinta kepada soul mate elu sendiri.

Tapi, kadang, hidup memang lucu (dan ChriMor mampu menangkap ironi kehidupan ini dengan cerdik dalam karyanya ini). Sekuat apapun kita menolak, kadang godaan cinta terlalu kuasa untuk diabaikan. Baik Jo maupun Emi sama-sama mengagumi satu sama lain. Antara keduanya adalah sebuah hubungan saling memahami dan saling mengerti, hubungan yang jauh lebih kental dari sekadar sahabat tapi juga tidak bisa dibilang sebagai hubungan antarkekasih. Di mana ada Emi maka di situ ada Jo. Dan, kedua kekasih masing-masing juga harus paham bahwa antara Jo dan Emi tidak boleh dipisahkan. Mereka harus berbagi. Jo adalah Emi dan Emi adalah Jo, tapi keduanya bukan sepasang kekasih, belum.

Letupan-letupan hasrat berulang kali muncul di antara kedua insan beda jenis kelamin ini. Tapi, keduanya sama-sama mencoba menutupinya dengan berpacaran dengan orang lain. Tapi, sepandai apapun cinta ditutupi, ia akan mendobrak keluar pada akhirnya. Tarik ulur hubungan pun terjadi dan mewarnai sepanjang dan sebagian besar buku ini. Jo yang ngebet pengen pacaran sama Emi. Emi yang mau tapi takut. Jo yang hampir menyerah sama Emi. Dan, Emi yang galau harus menerima Jo atau tidak. Sebenarnya ceritanya gitu-gitu mulu dan bikin ngantuk. Tapi, gaya bercerita penulis yang memang sudah “dapet” adalah magnet yang ampuh untuk membuat pembaca terpaku dalam halaman-halamannya.

Tiga bintang saya berikan untuk novel ini, terutama karena ceritanya yang sepertinya terlalu panjang dan diulang-ulang, padahal endingnya juga gitu-gitu juga. Kemudian, saya juga kurang suka sama sosok Emi yang menganut gaya hidup free sex. Penulis memang bebas mencipta tokoh yang gimana aja dan seperti apa aja dalam novelnya, tetapi—berbeda dengan wanita-wanita lain dalam seri JBoyFriend yang bitchy-nya elegan—si Emi ini bener-bener bitchy yang—maaf—ngilani karena prinsip hidupnya yang menganut seks bebas. Mungkin, Jo bisa menerima Emi apa adanya karena dia sahabatnya sejak SMA. Tapi, entah kalau cowok lain.

Untuk jempol, saya tujukan pada teknik menulis seorang Christian Simamora yang unik sekaligus menarik dengan caranya sendiri. Ceplas-ceplos, sangat terbuka, dan agak-agak dewasa. Penggambaran karakternya juga sangat kuat dan tidak tanggung-tanggung, begitu juga alurnya yang walau klise tapi entah bagaimana mampu membuat pembaca betah berlama-lama menatap buku yang bisa dibilang tebal ini. Dan, sebagaimana di review-review sebelumnya, saya masih sangat menantikan Christian Simamora menulis seri #JBoyFriend dengan tokoh yang asli Indonesia, misalnya Jatmiko atau Jarot.

No comments:

Post a Comment