Search This Blog

Friday, December 26, 2014

Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja

Judul : Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja
Penulis : Ian Dimas
Editor: Damaya
Tebal : 210 hlm
Cetakan: Pertama, Desember 2014
Penerbit: Saufa

24039136


            Dulu, bisa dibilang saya adalah seorang introvert yang keterlaluan banget kadarnya sampai-sampai saya hanya memiliki sedikit teman. Tapi kemudian semuanya berubah. Entah hormone remaja yang mengelegak atau semacam kedewasaan diri yang tiba-tiba muncul saat masuk SMA, saya tiba-tiba menyadari betapa tidak menyenangkannya jika tidak memiliki teman. Karena itu, walau saat itu masih malu-malu, saya memberanikan diri untuk terlebih dulu menyapa orang lain sebelum mereka menyapa kita. Hal ini saya terapkan juga kepada orang yang belum saya kenal. Hasilnya ternyata jauh lebih positif daripada yang saya duga. Meskipun banyak di antara orang yang saya sapa menjawab sekadarnya (seperti merasa curiga dan tidak tertarik), tetapi ada beberapa yang kemudian menjadi kawan akrab saya dan kami pun berteman lama. Saya juga mencoba trik ini saat baru masuk kampus dengan orang yang ebnar-benar baru. Awalnya orang itu agak ogah-ogahan menjawab pertanyaan saya yang kesannya mau tahu saja #kepoakut, tapi ujungnya malah kemudian dia yang mencari saya, satu rombongan beserta kawan-kawannya. Teman saya yang saat itu bersama saya sampai heran dan bertanya, “Kamu kenal di mana sama mereka , Yon?” Dan saya hanya tersenyum menjawabnya.

            Saat itu, saya belum tahu mengapa bisa begitu. Satu hal yang jelas, saya hanya bermodalkan nekat dan keinginan untuk berteman dengan orang lain. Intinya, aktiflah mencari sahabat dan bukannya pasif menunggu orang lain menghampiri kita untuk dijadikan sahabat. Jawaban dari pertanyaan itu ternyata saya temukan beberapa tahun kemudian di perpustakaan UPT Universitas. Kala itu Indonesia sedang tren buku-buku panduan diri, semacam buku-buku motivasi dan selfhelp terjemahan. Karena saya orangnya gampang terbawa arus, saya pun meminjam buku How to Win Friend and Influence People karya Dale Carnegie (yang kemudian menjadi salah satu buku nonfiksi favorit saya sepanjang masa, saya bahkan membeli buku itu walau sudah membacanya). Beruntung sekali saya berkesempatan membaca buku tersebut sebelum membaca buku-buku motivasi lainnya karena bisa dibilang buku ini adalah babonnya buku-buku motivasi modern.

          Dengan gaya bahasa yang masih terasa sekali terjemahannya, Carnegie mengajarkan banyak hal tentang teknik berinteraksi dengan orang lain. Salah satu ajarannya, yang kemudian ternyata adalah jawaban dari pertanyaan saya dulu, saya temukan dalam buku itu. Carnegie mengatakan bahwa sejatinya setiap orang menunggu untuk disapa duluan, untuk diajak kenalan. Ketika kita terlebih dulu menyapa seseorang, bukan berarti kemudian kita kalah. Sebaliknya, kitalah yang menang karena kita berani mengambil inisiatif. Tidak mudah untuk memulai, tetapi kadang setelah kita memulai, segalanya menjadi mengalir dan lancar jaya. Begitu juga halnya dalam berkenalan dengan orang lain. Ajaran Carnegie ini sontak menyadarkan saya. Betapa dulu, tanpa saya sadari, saya telah menerapkan salah satu poin penting dalam berinteraksi ini, yakni sapalah orang lain terlebih dahulu. Dan, hasilnya memang terbukti ampuh. Walau tidak 100% selalu berhasil, tetapi saya membuktikan sendiri betapa teknik ini sangat manjur untuk menambah kenalan dan kawan.

       Buku Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja karya Ian Dimas ini bisa dibilang merupakan versi “unyu” dari buku Dale Carnegie. Walaupun tidak bisa dikatakan benar-benar mampu menandingi buku Carnegie (buku How to Win Friend and Influence People belum mampu disaingi oleh buku sejenis, Anda harus mencoba membacanya juga), tapi buku dengan sampul hijau ini cukup mampu merangkum banyak ajaran Carnegie dalam bahasa yang lebih gaul, sangat sesuai untuk pembaca muda. Pada kenyataannya, buku ini memang ditujukan kepada para pembaca muda. Penulis juga berhasil menerapkan teknik-teknik pergaulan itu sesuai dengan konteks anak muda dan juga percakapan dalam bahasa Indonesia. Jika dalam karya Carnegie kita masih merasakan kentalnya aroma terjemahan dan pergaulan orang dewasa, maka di buku ini percakapannya terasa Indonesia banget dan ditulis dengan bahasa yang simpel khas anak-anak muda. Bisa dibilang, buku ini memang versi anak muda sekaligus versi ringkas dari buku babon karya Carnegie (walau terlalu ringkas dan masih banyak yang belum tertulis di dalamnya).

        Sebagai sebuah buku panduan, anak-anak muda usia SMP dan SMA wajib membaca buku ini. Ada begitu banyak teknik dan pelajaran berguna, yang sifatnya praktis karena bisa diterapkan dalam pergaulan sehari-hari. Mulai dari aneka teknik berkenalan yang keren, tips menghadapi penolakan tanpa kelihatan kalah, cara berkenalan dengan lawan jenis, bagaimana membuka percakapan dengan orang yang benar-benar baru, juga banyak contoh ungkapan untuk membuat orang penasaran kepada kita. Semua dituliskan dalam bahasa anak muda yang fresh tapi tidak alay. Ada satu kutipan yang sangat menampar saya (dan juga para cowok di luar sana) yang pernah mengalami penolakan dan galau saat menentukan pilihan hidup:

        "Dalam hidup, kamu selalu punya pilihan. Namun, kenapa yang dipilih hanya menunggu dan nggak berani beraksi untuk menentukan takdir sendiri? Kamu adalah tipikal orang yang protes keras kalau ada orang berusaha mengaturmu karena kamu ingin bebas menentukan takdir sendiri. Akan tetapi, mengapa saat kamu bisa actionuntuk menentukan takdir sendiri, justru malah menyerahkan semuanya pada takdir? Ironis." (hlm. 60)

     Kekurangan dari buku ini, selain isinya yang tipis, adalah kecenderungannya yang sepertinya lebih ditujukan bagi pembaca cowok, meskipun banyak tips dalam buku ini bisa digunakan baik oleh cewek maupun cowok. Yah, bisa dimaklumi karena dalam berinteraksi si cowoklah yang lebih dianjurkan sebagai pihak yang berinisiatif memulai duluan. Meskipun demikian, cewek juga boleh-boleh saja menyapa cowok duluan. Kecenderungan lainnya adalah sepertinya penulis menjadikan buku ini semacam panduan untuk mencari pacar, walau tips yang sama juga masih bisa diterapkan dalam hal mencari kawan. Demikian juga back cover-nya yang menurut saya kurang mampu mewakili isi dari buku. Seolah, membaca buku ini hanya untuk mencari pacar peneman malam minggu, padahal isinya jauh lebih dashyat dari itu. So, mulailah menyapa orang-orang. Jangan takut ditolak, karena kita terlalu hebat untuk dibuat kalah oleh sekadar satu atau dua penolakan.

      "Selalu ingat bahwa risiko dan penolakan adalah bagian dari hidup. Menjadi sensitif terhadap penolakan merupakan hal yang sangat tidak produktif untuk kehidupan pribadi dan profesional kamu. Pahamilah bahwa penolakan merupakan isyarat untuk mencoba pedekatan ke orang yang lain lagi." (hlm. 40)


1 comment:

  1. Keren bro, lagi nyari buku ini nggak nemu-nemu. Mau beli online kok ya ragu, soalnya lagi hawa-hawa liburan. Males nunggu paketnya. :P

    ReplyDelete