Judul : Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja
Penulis : Ian Dimas
Editor: Damaya
Tebal : 210 hlm
Cetakan: Pertama, Desember 2014
Penerbit: Saufa
Penulis : Ian Dimas
Editor: Damaya
Tebal : 210 hlm
Cetakan: Pertama, Desember 2014
Penerbit: Saufa
Dulu, bisa dibilang saya adalah
seorang introvert yang keterlaluan banget kadarnya sampai-sampai saya hanya
memiliki sedikit teman. Tapi kemudian semuanya berubah. Entah hormone remaja
yang mengelegak atau semacam kedewasaan diri yang tiba-tiba muncul saat masuk
SMA, saya tiba-tiba menyadari betapa tidak menyenangkannya jika tidak memiliki
teman. Karena itu, walau saat itu masih malu-malu, saya memberanikan diri untuk
terlebih dulu menyapa orang lain sebelum mereka menyapa kita. Hal ini saya
terapkan juga kepada orang yang belum saya kenal. Hasilnya ternyata jauh lebih
positif daripada yang saya duga. Meskipun banyak di antara orang yang saya sapa
menjawab sekadarnya (seperti merasa curiga dan tidak tertarik), tetapi ada
beberapa yang kemudian menjadi kawan akrab saya dan kami pun berteman lama.
Saya juga mencoba trik ini saat baru masuk kampus dengan orang yang ebnar-benar
baru. Awalnya orang itu agak ogah-ogahan menjawab pertanyaan saya yang kesannya
mau tahu saja #kepoakut, tapi ujungnya malah kemudian dia yang mencari saya,
satu rombongan beserta kawan-kawannya. Teman saya yang saat itu bersama saya
sampai heran dan bertanya, “Kamu kenal di mana sama mereka , Yon?” Dan saya
hanya tersenyum menjawabnya.
Saat itu, saya belum tahu mengapa
bisa begitu. Satu hal yang jelas, saya hanya bermodalkan nekat dan keinginan
untuk berteman dengan orang lain. Intinya, aktiflah mencari sahabat dan
bukannya pasif menunggu orang lain menghampiri kita untuk dijadikan sahabat.
Jawaban dari pertanyaan itu ternyata saya temukan beberapa tahun kemudian di
perpustakaan UPT Universitas. Kala itu Indonesia sedang tren buku-buku panduan
diri, semacam buku-buku motivasi dan selfhelp terjemahan. Karena saya orangnya
gampang terbawa arus, saya pun meminjam buku How to Win Friend and Influence
People karya Dale Carnegie (yang kemudian menjadi salah satu buku nonfiksi
favorit saya sepanjang masa, saya bahkan membeli buku itu walau sudah
membacanya). Beruntung sekali saya berkesempatan membaca buku tersebut sebelum
membaca buku-buku motivasi lainnya karena bisa dibilang buku ini adalah
babonnya buku-buku motivasi modern.
Dengan gaya bahasa yang masih terasa
sekali terjemahannya, Carnegie mengajarkan banyak hal tentang teknik berinteraksi
dengan orang lain. Salah satu ajarannya, yang kemudian ternyata adalah jawaban
dari pertanyaan saya dulu, saya temukan dalam buku itu. Carnegie mengatakan
bahwa sejatinya setiap orang menunggu untuk disapa duluan, untuk diajak
kenalan. Ketika kita terlebih dulu menyapa seseorang, bukan berarti kemudian
kita kalah. Sebaliknya, kitalah yang menang karena kita berani mengambil
inisiatif. Tidak mudah untuk memulai, tetapi kadang setelah kita memulai,
segalanya menjadi mengalir dan lancar jaya. Begitu juga halnya dalam berkenalan
dengan orang lain. Ajaran Carnegie ini sontak menyadarkan saya. Betapa dulu,
tanpa saya sadari, saya telah menerapkan salah satu poin penting dalam
berinteraksi ini, yakni sapalah orang lain terlebih dahulu. Dan, hasilnya memang
terbukti ampuh. Walau tidak 100% selalu berhasil, tetapi saya membuktikan
sendiri betapa teknik ini sangat manjur untuk menambah kenalan dan kawan.
Buku Ngobrol Asyik dengan Siapa Saja
karya Ian Dimas ini bisa dibilang merupakan versi “unyu” dari buku Dale
Carnegie. Walaupun tidak bisa dikatakan benar-benar mampu menandingi buku
Carnegie (buku How to Win Friend and Influence People belum mampu disaingi oleh
buku sejenis, Anda harus mencoba membacanya juga), tapi buku dengan sampul
hijau ini cukup mampu merangkum banyak ajaran Carnegie dalam bahasa yang lebih
gaul, sangat sesuai untuk pembaca muda. Pada kenyataannya, buku ini memang
ditujukan kepada para pembaca muda. Penulis juga berhasil menerapkan
teknik-teknik pergaulan itu sesuai dengan konteks anak muda dan juga percakapan
dalam bahasa Indonesia. Jika dalam karya Carnegie kita masih merasakan
kentalnya aroma terjemahan dan pergaulan orang dewasa, maka di buku ini
percakapannya terasa Indonesia banget dan ditulis dengan bahasa yang simpel
khas anak-anak muda. Bisa dibilang, buku ini memang versi anak muda sekaligus
versi ringkas dari buku babon karya Carnegie (walau terlalu ringkas dan masih
banyak yang belum tertulis di dalamnya).
Sebagai sebuah buku panduan,
anak-anak muda usia SMP dan SMA wajib membaca buku ini. Ada begitu banyak
teknik dan pelajaran berguna, yang sifatnya praktis karena bisa diterapkan
dalam pergaulan sehari-hari. Mulai dari aneka teknik berkenalan yang keren,
tips menghadapi penolakan tanpa kelihatan kalah, cara berkenalan dengan lawan
jenis, bagaimana membuka percakapan dengan orang yang benar-benar baru, juga
banyak contoh ungkapan untuk membuat orang penasaran kepada kita. Semua
dituliskan dalam bahasa anak muda yang fresh tapi tidak alay. Ada satu kutipan
yang sangat menampar saya (dan juga para cowok di luar sana) yang pernah
mengalami penolakan dan galau saat menentukan pilihan hidup:
"Dalam hidup, kamu selalu punya
pilihan. Namun, kenapa yang dipilih hanya menunggu dan nggak berani beraksi
untuk menentukan takdir sendiri? Kamu adalah tipikal orang yang protes keras
kalau ada orang berusaha mengaturmu karena kamu ingin bebas menentukan takdir
sendiri. Akan tetapi, mengapa saat kamu bisa actionuntuk menentukan takdir
sendiri, justru malah menyerahkan semuanya pada takdir? Ironis." (hlm. 60)
Kekurangan dari buku ini, selain
isinya yang tipis, adalah kecenderungannya yang sepertinya lebih ditujukan bagi
pembaca cowok, meskipun banyak tips dalam buku ini bisa digunakan baik oleh
cewek maupun cowok. Yah, bisa dimaklumi karena dalam berinteraksi si cowoklah
yang lebih dianjurkan sebagai pihak yang berinisiatif memulai duluan. Meskipun
demikian, cewek juga boleh-boleh saja menyapa cowok duluan. Kecenderungan
lainnya adalah sepertinya penulis menjadikan buku ini semacam panduan untuk mencari
pacar, walau tips yang sama juga masih bisa diterapkan dalam hal mencari kawan.
Demikian juga back cover-nya yang menurut saya kurang mampu mewakili isi dari
buku. Seolah, membaca buku ini hanya untuk mencari pacar peneman malam minggu,
padahal isinya jauh lebih dashyat dari itu. So, mulailah menyapa orang-orang.
Jangan takut ditolak, karena kita terlalu hebat untuk dibuat kalah oleh sekadar
satu atau dua penolakan.
"Selalu ingat bahwa risiko dan
penolakan adalah bagian dari hidup. Menjadi sensitif terhadap penolakan
merupakan hal yang sangat tidak produktif untuk kehidupan pribadi dan
profesional kamu. Pahamilah bahwa penolakan merupakan isyarat untuk mencoba
pedekatan ke orang yang lain lagi." (hlm. 40)
Keren bro, lagi nyari buku ini nggak nemu-nemu. Mau beli online kok ya ragu, soalnya lagi hawa-hawa liburan. Males nunggu paketnya. :P
ReplyDelete