Judul : Guilty Pleasure
Pengarang : Christian Simamora
Editor : Alit Tisna P
Proof: Jia Effendie
Cover : Jeffry Fernando
Cetakan : 1, 2014
Penerbit : Gagas Media
Seperti
buku-bukunya yang lain, Guilty Pleasure
adalah semacam bacaan yang konsisten memberikan apa yang selayaknya diberikan
oleh sebuah bacaan yang bagus: pengalihan. Membaca novel-novel ChrisMor—terlepas
dari segala pro dan kontranya—selalu berhasil membuat kita teralihkan sejenak
dari dunia nyata ke dunia serba hedonis yang ditawarkan penulis. Entah apakah
kecenderungannya begitu atau tidak, saya baru membaca 3 karya beliau dan
rata-rata saya menjumpai setting yang sama: lingkungan urban, pekerjaan mapan,
dan fisik yang bikin mata jelalatan. Oh
iya, itu plus bahasa Inggris yang tumpah-tumpah dan kadang terlalu sophisticated (alias terlalu rumit
maknanya, kudu buka-buka kamus atau googling kata-kata slang). Sebagai sarjana
bahasa Inggris saya merasa gagal (--_--). Tapi, kita ambil hikmahnya, paling
tidak saya jadi tahu apa itu puh-lezzzz (yang
awalnya saya kira tidur pules) dan ebiji (itu biji apa coba? #eh).
Langsung
ke cerita, ceritanya diawali dengan tabrakan. Ya, tabrakan yang tidak
disengaja, yang juga menabrakkan dua hati yang berbeda. Untung, penulis sudah
mengakui di cover belakang bahwa ceritanya diawali oleh tabrakan. Dan, bukan
ChrisMor namanya kalau tidak bisa mengolah adegan tabrakan menjadi adegan yang
layak tayang. Peristiwanya simple, tapi di tangan penulis yang piawai,
ceritanya jadi unik dan menarik. Tabrakan itu mempertemukan Devika (seorang
artis yang terkenal dengan peran-peran antagonisnya) dan Julien (another J-boyfriend
who is damn rich, tall, and of course six packs, bleh). Entah disengaja atau
tidak, karakter cowok sempurna fisik dan batin selalu nonggol di buku-buku
penulis ini. Kadang bikin tidak realistis. Saya malah paling suka sama karakter
di Shit Happens, yang walau banyak
kekurangan tetapi terbaca lebih realistis.
Jadi,
seperti yang bisa ditebak-tebak, tabrakan fisik mengarah pada tabrakan dua
hati. Si cewek cantik dan berkelas, sementara cowoknya tajir dan ganteng,
kurang apa lagi? Kalau sudah lurus-lurus bosen sih ya, makanya penulis dengan
cerdasnya membikin konflik dengan menjadikan si Julien ini berumur … tada … 40
tahun. Yup, om-om saudara-saudari. And
Devika falls in love with a man who is old enough to be her uncle! Okay,
ini baru menarik. Saya tidak bermasalah dengan pernikahan beda usia. Dan,
hebatnya penulis, dia bisa menjadikan sosok Julien ini diidolakan oleh pembaca
lewat rambut garam-mericanya (bayangin senbentar gimana ya rambut garam merica
itu). Tidak ada kualitas lain yang membuat wanita jatuh cinta pada pria yang
lebih tua kecuali kedewasaannya. Ini, ditambah fisik Julien yang “membosankan”
tadi, plus kekayaannya, bikin Devika klop.
Konfliknya
cukup unik, tapi menurut saya agak berlebihan. Hanya gara-gara Julien belum
bisa melupakan masa lalunya, trus Devika ngambek. Tetapi, hal yang simple seperti
ini bisa jadi unik kalo di tangan penulis yang berpengalaman. Endingnya juga
sudah bisa ditebak sih, they are happily
ever after … in Paris. Satu hal yang saya kurang cocok adalah saat Julien
mengejar-ngejar Devika seperti ebiji-ebiji. Yah, saya akui, cinta memang bisa
membuat seseorang berubah. Cinta bisa mendorong orang melakukan sesuatu di luar
kebiasaannya. Tapi, cara Julien menurut saya terlalu “alay” jika mengingat
usianya yang sudah 40 tahun dan posisinya sebagai CEO yang sukses.
Keunggulan
lain dari karya ini adalah kepandaian penulis merajut kata. Melalui kisahnya,
dia sampaikan petuah-petuah hidup dengan cara yang sangat halus, tidak menggurui.
Hal-hal simple semacam beda cinta dan cemburu buta, tentang masa lalu yang
bagaimanapun sudah tak mungkin tergapai lagi, juga tentang kebahagiaan diri ala
orang-orang urban. Judul-judul babnya juga unik, plus humor urban dan beberapa
adegan agak menjurus yang “seperti biasa sangat nggak Indonesia banget” turut
menjadi poin plus-plus hihihi. Tapi, jujur saya masih menanti ChrisMor menulis
novel-novel dengan cara yang lebih realistis tapi tetap tidak kehilangan unsur humor
slapstick seperti pada Shit Happens.
NB: Saya cuma minjem lho ini. *ditegasin
lagi
No comments:
Post a Comment