Search This Blog

Thursday, June 12, 2014

Pengumuman Pemenang Assassin’s Creed Black Flag Blog Tour: Third Chapter Reveal and Giveaway #3




Selamat datang di Blog Tour Assasin’s Creed: The Black Flag sesi terakhir. Terima kasih kepada penerbit Fantasious yang telah menyumbangkan 2 eksemplar novel Assasin’s Creed: The Black Flag untuk Give Away di blog Baca Biar Beken. Sebuah buku sarat aksi dan petualangan yang sangat keren. Melalui GA ini, penerbit Fantasious juga terlah berbaik hati "membocorkan" tiga bab pertama dari novel ini. Untuk bab pertama bisa kalian baca di sini sementara bab keduanya juga bisa di baca gratis di sini. Dan ini bab ketiganya :


***
3

Pada waktu itu dia berada di Auld Shillelagh, sebuah kedai minum di antara Hatherton dan Bristol, tempat nongkrongku yang biasa, dan kadang-kadang pada musim panas ketika Ibu dan Ayah bekerja keras mencukur domba, ketika aku lebih sering pergi ke kota, bisa sampai beberapa kali sehari.
            Aku akui aku tidak terlalu memerhatikannya pada kali pertama, itu sesuatu yang tidak biasa bagiku, karena aku bangga dengan kemampuanku untuk mengetahui secara tepat lokasi setiap wanita cantik di sekitarku. Lagi pula, Shillelagh bukan tempatnya wanita cantik. Wanita, benar. Wanita tertentu. Tapi gadis yang bisa kulihat ini tidak seperti itu: dia muda, sepantaran denganku, dan dia mengenakan topi linen putih yang membungkus kepalanya dan blus lindung. Di mataku dia gadis rumahan.
            Tapi bukan pakaiannya yang menarik perhatianku. Melainkan suaranya yang keras, yang pasti kau bilang berkebalikan dengan penampilannya. Dia duduk bersama tiga pria, mereka semua lebih tua daripada dia, yang langsung aku kenali: Tom Cobleigh, anaknya yang bernama Seth, dan Julian yang nama belakangnya tidak bisa kuingat, tapi aku tahu dia bekerja dengan mereka—tiga pria yang pernah adu mulut, kalaupun tidak tepat disebut adu pukul, denganku. Mereka orang-orang yang meremehkanku karena mereka pikir aku meremehkan mereka, yang tidak senang kepadaku sama dengan aku tidak senang kepada mereka.
Mereka duduk dengan badan maju dari kursi mereka dan mengamati gadis muda ini dengan mata jelalatan yang mengandung niat yang lebih buruk, walaupun mereka semua tersenyum, memukul-mukul meja, menyemangati gadis itu saat menenggak segelas besar ale.
            Tidak, dia tidak terlihat seperti salah seorang wanita yang biasa mengunjungi kedai, tapi sepertinya dia bertekad untuk bertingkah seperti itu. Gelasnya hampir sebesar orang yang memegangnya, dan saat dia menyeka mulut dengan tangan dan menaruh gelas itu keras-keras ke meja, ketiga pria itu bersorak, berseru agar gadis itu minum lagi dan pasti senang melihatnya agak limbung di atas kursi. Mungkin mereka tidak percaya ada kesempatan emas seperti ini. Ada gadis mungil seperti itu di sini.
            Aku mengawasi mereka membiarkan gadis itu minum ale lagi dengan sorak-sorai yang sama ramainya saat gadis itu berhasil minum. Seperti sebelumnya, gadis itu menyeka mulut dengan tangan tapi dengan kelimbungan yang semakin jelas terlihat. Mereka saling lirik. Lirikan yang sepertinya berarti, Kita berhasil.
            Tom dan Julian berdiri, dan mereka mulai, meminjam kata-kata mereka sendiri, “mengawal” gadis itu ke pintu, karena, “Kau kebanyakan minum, Cantik, ayo kami antar ke rumah, ya?”
            “Ke kamar,” Seth menyeringai, mengira dirinya hanya berbisik padahal seluruh kedai mendengarnya. “Ayo kami antar kamu ke kamar.”
            Aku melirik bartender, yang menunduk dan menggunakan celemeknya untuk membuang ingus. Seorang pelanggan yang duduk di bar bersamaku memalingkan wajahnya.
Bajingan. Ini sama saja dengan kalau aku meminta tolong kepada kucing, pikirku, lalu sambil mendesah aku membanting gelasku, turun dari kursi dan menyusul pria-pria Cobleigh itu. Di seberang jalan ada sebuah halaman dengan rumah jauh di belakang, tapi tidak terlihat ada orang. Hanya ada kami di sini: aku, Tom dan Seth Cobleigh, Julian, dan gadis itu, tentu saja.
            “Nah, Tom Cobleigh,” kataku, “inilah pemandangan yang kita lihat pada sore hari. Kamu dan kronimu mabuk-mabukan dan membuat wanita muda malang yang tak berdaya menjadi lebih mabuk lagi.”
            Gadis itu merosot saat Tom Cobleigh melepaskan lengannya. Pria itu berbalik untuk berbicara kepadaku sambil mengacungkan jarinya.
            “Jangan ikut campur, Edward Kenway, dasar kamu bocah tidak berguna. Kamu sama mabuknya denganku dan moralmu sama buruknya. Aku tidak perlu diceramahi oleh orang seperti kamu.”
            Seth dan Julian juga sudah berbalik mengadangku. Gadis itu menerawang, seperti otaknya sudah tidur walaupun badannya masih bangun.
            “Yah,” aku tersenyum, “mungkin moralku memang buruk, Tom Cobleigh, tapi aku tidak perlu menyuruh gadis minum ale sebelum membawanya ke kamar, dan aku pasti tidak perlu dua teman untuk membantuku melakukannya.”
            Muka Tom Cobleigh memerah. “Apa, dasar kau bocah kurang ajar! Aku mau bawa dia ke keretaku, dan itu yang akan aku lakukan, lalu aku antar dia pulang.”
            “Aku tidak ragu bahwa kau berniat membawa dia ke keretamu dan mengantarnya pulang. Rencanamu di antara membawa dia ke keretamu dan sampai di rumahnya yang menjadi masalah buatku.”
            Masalah buatmu, ya? Hidung patah dan beberapa tulang iga patah akan menjadi masalahmu kalau kau tidak berhenti ikut campur.”
            Dengan menyipitkan mata, aku melirik jalan, tempat pohon-pohon memagari jalan tanah yang berwarna keemasan dan kehijauan dalam sinar matahari. Di kejauhan ada sosok seekor kuda, berkilauan dan tampak kabur.
            Aku maju selangkah, dan kalaupun sikapku sebelumnya terlihat hangat atau bercanda, kesan itu menghilang sekarang, hampir dengan sendirinya. Ada ketajaman dalam suaraku saat aku berbicara lagi.
            “Sekarang kau harus meninggalkan gadis itu, Tom Cobleigh, atau aku tidak akan menjamin perbuatanku.”
            Ketiga pria itu bertatapan. Setidaknya, mereka menuruti kata-kataku. Mereka sudah melepaskan gadis itu dari tangan mereka, dan gadis itu terlihat hampir lega saat bisa merosot duduk, memegang tanah dengan satu tangan dan memandangi kami semua dengan mata sayu, pasti tidak sadar bahwa kami sedang membahas dirinya.
            Sementara itu, aku melihat kelompok Cobleigh dan menimbang kesempatanku. Apakah aku pernah melawan tiga orang sekaligus? Yah, tidak pernah. Karena kalau kita melawan tiga orang sekaligus, maka kita bukan berkelahi, tapi dihajar.
Tapi ayolah, Edward Kenway, kataku kepada diri sendiri. Ya, di satu sisi, lawanku tiga, tapi salah seorang di antara mereka adalah Tom Cobleigh, yang bukan anak muda, melainkan sebaya dengan ayahku. Orang yang satu lagi adalah Seth Cobleigh, yaitu anak Tom Cobleigh. Dan kalau kau bisa membayangkan orang seperti apa yang membantu ayahnya membuat seorang gadis muda agar mabuk, berarti kau bisa membayangkan orang seperti apa Seth Cobleigh itu, yaitu cacing pengecut, pasti sering kabur dari perkelahian dengan terkencing-kencing. Terlebih lagi, mereka sedang mabuk.
            Di sisi lain, aku juga mabuk. Apalagi di pihak mereka ada Julian yang, berdasarkan penampakannya saja, sudah tampak cukup tangguh.
            Tapi aku punya ide lain. Ada si penunggang kuda solo yang bisa kulihat di kejauhan. Seumpama saja aku bisa menahan kelompok Cobleigh sampai dia datang, angin bisa berbalik ke arahku. Bagaimanapun, kalau dia orang baik, si penunggang kuda solo itu pasti berhenti dan membantuku.
            “Nah, Tom Cobleigh,” kataku, “kau unggul dalam hal jumlah dibanding aku, semua orang juga tahu. Tapi, kau tahu, aku tidak akan sanggup bertemu ibuku lagi kalau aku tahu aku sudah membiarkan kamu dan kroni-kronimu menculik gadis cantik ini.”
            Aku melirik jalan, ke tempat si penunggang kuda solo itu sedang mendekat. Ayolah, batinku. Jangan menunda-nunda.
            “Jadi,” aku melanjutkan, “bahkan kalaupun akhirnya kau meninggalkan aku teronggok di pinggir jalan dan berdarah-darah, dan tetap bisa membawa dara muda itu juga, aku harus mempersulit kalian sebisa mungkin. Dan mungkin memastikan kau pergi dengan mata hitam dan mungkin pantat memar karena sudah membuat masalah.”
            Tom Cobleigh meludah lalu menatapku dengan mata berkeriputnya yang disipitkan. “Itu maumu, ya? Nah, kau mau membual saja tentang itu sampai besok, atau kau akan menjalankan tugasmu? Karena waktu tidak bisa menunggu…” Dia menyeringai jahat. “Ada yang harus aku bereskan, ada orang yang harus aku bereskan.”
            Aye, itu benar, dan semakin lama kita mengulur waktu semakin besar kemungkinan dara malang itu bangun, hah?”
            “Aku jujur saja, aku sudah muak dengan bualan ini, Kenway.” Dia berbalik kepada Julian. “Bagaimana kalau kita beri bocah bajingan ini pelajaran? Oh, satu hal lagi sebelum kita mulai, Master Kenway, kau tidak pantas menjadi anak ibumu, mengerti?”
            Kata-kata itu menusukku, aku tidak keberatan mengakuinya. Ada seseorang seperti Tom Cobleigh, yang moralnya setara dengan kodok gila dan kecerdasannya bahkan hanya separuh moralnya, bisa membaca isi hatiku seakan perasaan bersalahku adalah luka yang terbuka, lalu mencolok luka itu dengan jempolnya sehingga aku semakin kesakitan, yah, sudah pasti itu membuatku membulatkan tekad, tentu.
            Julian membusungkan dadanya dan maju sambil menggeram. Dengan jarak dua langkah dariku dia mengangkat kedua kepalan tangannya, menyorongkan bahu kanannya dan mengayunkan tangan, dan aku tidak tahu melawan siapa Julian biasanya di luar kedai, tapi orang yang pengalamannya tidak sebanyak aku, sudah pasti, karena aku sudah tahu bahwa dia pengguna tangan kanan, dan dia terlalu jelas menunjukkan arah pukulannya.
            Tanah mengepul di sekitar kedua kakiku saat aku mengelak dengan mudah dan menyarangkan tinju kananku dengan tajam. Dia berteriak kesakitan saat aku mengenai bawah rahangnya. Seandainya lawanku dia seorang, pertarungan ini sudah kumenangkan. Tapi Tom Cobleigh sudah mengadangku. Aku melihat dia dari ekor mataku tapi aku terlambat bereaksi dan tahu-tahu aku sudah pening akibat buku jari yang dipukulkan ke pelipisku.
            Aku terhuyung sedikit saat aku mengayunkan seranganku, dan kedua kepalan tinjuku bergerak dengan tidak beraturan. Aku berharap ada satu pukulan yang beruntung mengenai lawan, karena aku perlu setidaknya salah seorang lawanku jatuh sekarang juga agar jumlah kami seimbang. Tapi tidak satu pukulan pun menyentuh Tom Cobleigh yang mundur, padahal Julian sudah pulih dari pukulan pertamaku dengan terlalu cepat dan sekarang mengincarku lagi.
            Tinju kanannya datang dan mengenai daguku, membuatku berputar sehingga aku hampir kehilangan keseimbanganku. Topiku terbang, rambutku menutupi mata, dan aku kacau-balau. Dan tebak siapa yang menendangiku dengan sepatu botnya? Si Cacing, Seth Cobleigh, menyoraki ayahnya dan Julian sekaligus. Dan si bajingan kecil itu beruntung. Sepatu botnya mengenai dadaku dan, sudah sempoyongan, aku kehilangan pijakan. Dan jatuh.
            Hal terburuk yang bisa kita lakukan dalam perkelahian adalah jatuh. Begitu kau jatuh, tamat riwayatmu. Lewat kaki-kaki mereka aku melihat si penunggang kuda solo itu di jalan, sekarang dialah satu-satunya kesempatanku bisa keluar dari sini hidup-hidup. Tapi apa yang kulihat membuat jantungku copot.
Bukan pria yang menunggang kuda itu, bukan pedagang, yang akan turun dan berlari menolongku. Bukan, si penunggang kuda solo itu seorang wanita. Dia menunggang kuda dengan mengangkang, bukan menyamping, tapi tetap jelas bahwa dia perempuan. Dia mengenakan topi bertali dagu dan gaun musim panas berwarna terang, dan hal terakhir yang terpikir olehku sebelum sepatu bot Cobleigh menghalangi pandanganku dan tendangan demi tendangan menghujaniku adalah bahwa dia cantik.
            Lantas kenapa? Kecantikan tidak bisa menolongku sekarang.
            “Hei,” aku dengar. “Kalian bertiga. Hentikan perbuatan kalian sekarang.”
            Mereka berbalik untuk mendongak kepada wanita itu dan melepaskan topi mereka, segera berbaris untuk menutupi aku, yang berbaring terbatuk-batuk di tanah.
            “Ada apa ini?” wanita itu mendesak ingin tahu. Dari suaranya aku tahu dia muda dan, walaupun bukan bangsawan, pasti anak orang kaya—pasti terlalu kaya untuk berkuda sendirian?
            “Kami cuma sedang mengajari pria muda itu sopan-santun,” kata Tom Cobleigh, suaranya parau karena kehabisan napas. Benar-benar tugas yang melelahkan, menendangiku sampai mati.
            “Nah, tidak perlu kalian bertiga sekaligus melakukannya, bukan?” jawabnya. Aku bisa melihat dia sekarang, dua kali cantiknya penglihatanku yang pertama, saat dia melotot kepada kelompok Cobleigh yang terlihat sangat malu.
            Wanita itu turun. “Lebih tepatnya, apa yang sedang kalian lakukan dengan gadis muda ini?” Dia menunjuk gadis itu yang masih duduk linglung dan teler di tanah.
            “Oh, Nyonya, mohon maaf, Nyonya, tapi ini teman muda kami yang tadi terlalu banyak minum.”
            Wanita itu mengerutkan wajahnya. “Dia pasti bukan teman kalian, dia pelayan wanita, dan kalau aku tidak membawanya pulang sebelum ibuku mengetahui dia pergi diam-diam, dia akan diberhentikan.”
            Wanita itu menatap kelompok Cobleigh satu demi satu. “Aku tahu kalian, dan aku pikir aku sangat mengerti apa yang sedang terjadi di sini. Sekarang tinggalkan pria muda ini sendirian dan pergilah sebelum aku ingin memperpanjang perkara ini.”
            Setelah menunjukkan kesopanan yang berlebihan, kelompok Cobleigh memanjat kereta mereka dan segera pergi. Sementara itu, wanita itu turun dari kudanya dan berlutut untuk berbicara kepadaku. Nada suaranya telah berubah. Sekarang dia berbicara dengan lembut. Aku mendengar kekhawatiran dalam suaranya. “Namaku Caroline Scott. Keluargaku tinggal di Hawkins Lane di Bristol. Izinkan aku membawamu ke sana dan mengobati luka-lukamu.”
            “Aku tidak bisa, my lady,” kataku sambil duduk dan berusaha tersenyum lebar. “Ada yang harus aku lakukan.”
            Dia berdiri, mengernyit. “Baiklah. Dan apakah aku menilai situasi tadi dengan benar.”
            Aku mengambil topiku dan mulai menyeka tanah dari situ. Topiku semakin kumal saja. “Kau benar, my lady.”
            “Berarti aku berutang budi kepadamu dan begitu pula Rose ketika dia sadar nanti. Dia gadis yang keras kepala, bukan staf yang mudah diatur, tapi, tetap saja, aku tidak mau dia menderita akibat kecerobohannya.”
            Dia berhati malaikat, simpulku. Saat aku membantu mereka menaiki kuda, Caroline memegangi Rose yang bersandar dengan teler kepada leher kuda, mendadak sesuatu terpikir olehku.
            “Bisakah aku bertemu denganmu lagi, My Lady? Untuk berterima kasih kepadamu saat penampilanku lebih pantas, mungkin?”
            Dia menatapku dengan sangat menyesal. “Sayangnya ayahku tidak akan setuju,” katanya sambil mengguncang tali kekang dan pergi.
            Pada malam itu aku duduk di bawah atap jerami pondok kami, memandangi padang rumput yang membentang dari lahan peternakan saat matahari terbenam. Biasanya aku berpikir tentang melarikan diri dari masa depanku.
            Malam itu aku memikirkan Caroline. Caroline Scott dari Hawkins Lane.

***



PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY

Penerbit Fantasious menyediakan 2 buah novel Assasin’s Creed: the Black Flag GRATIS untuk dua pemenang dalam giveaway ini.  Peserta diminta menjawab pertanyaan berikut ini di kolom komentar. 


“Apa harta kalian yang paling berharga, dan kenapa itu begiu berharga sekali untukmu?” (Biar tidak mainstream,  jawabannya tidak boleh berupa makhluk hidup, harus berupa benda, apapun itu)

Mekanisme penjurian (halah) dibagi dua, pertama menggunakan random.org alias diacak. Total ada 18 jawaban, yang lalu jumlah itu saya masukkan ke random.org dan menghasilkan:


Dan, penjawab dengan nomor urut 16 adalah: 


Muhammad Iqbal Anshori(fb)/miqbal.anshori@yahoo.com.


Kemudian, jawaban yang saya anggap paling unik adalah jawaban dari Romdan yang alamat Facebook/Twitternya ini


Twitter: @and_dan27
E-mail: romdan_abdullah@ymail.com
Facebook: fb.com/romdanabdullah

Selamat untuk para pemenang yang akan segera saya hubungi via inbox FB. 
Terima kasih sudah ikut meramaikan GA bulan Juni.



19 comments:

  1. Yang paling berharga sampai saat ini yaitu handphone gue. karena semua kenangan pesan dari orang yang gue sayangin dan perjalanannya selama bareng gue bener2 ninggalin dan memberikan bekas yang kece banget buat gue. walaupun hape jadul tapi berharga banget bagi gue @ade_Quadraterz fb: Ade Ubaidil

    ReplyDelete
  2. yang paling berharga? boleh lebih dari 1? :D
    yang berharga itu pastinya koleksi novel2ku.. kenapa? ya ga usah ditanyalah yaaa.. kan emang dasarnya books lover :3
    lalu yang berharga lagi itu laptopku, kenapa? karena itu laptop belinya penuh perjuangan banget, nyicil dari gaji yg super pas2an banget waktu dulu baru mulai kerja, dan laptopku juga selalu setia menemaniku melakukan banyak hal dari tahun 2009 hingga sekarang, mulai dari hal yang halal sampe yang haram #heh XD
    motorku yang kunamain TAE juga berharga banget!! eh, jangan salah, itu bukan makian, tapi emang plat motorku itu TAE, makanya motorku dinamain TAE XD
    si TAE ini setia menemaniku mulai dari tahun 2004.. kemana2 bareng, ditilang bareng, nabrak bareng, ditabrak bareng, sampe jumpalitan nyium aspal juga kami lakukan bersama :')
    *cup cup motorku sayang* <3
    FB : natsu mame

    ReplyDelete
  3. Harta yang paling berharga buat saya itu hape pertama saya nokia 3530 :D . Karena itu bener2 kejutan dari Alm. Papa yang tiba2 ngajak jalan berdua lalu pas pulang mampir dicounter hape dan langsung beliin hp itu. Dan emang hp itu dulu saya mau banget cuma nggak kesampean ngomong ke beliau tapi tiba2 langsung dibeliin . it so speciaallll !!! @ipinsible fb : Earvin Ipin Komansilan

    ReplyDelete
  4. harta yg paling berharga buatku itu folder bertuliskan AKICHII'S FILE di kompie. kenapa berharga banget? soalnya di sana berisi semua tulisanku dari awal nulis dulu sampe sekarang. isinya perjuangan banget dari penulis yg bukan apa2 sampe ehm belum apa2 juga sih *plak* tapi paling gak ada karyanya lah yang bisa dibaca2 :p saking berharganya tuh folder, aku copas lah semua isinya ke 2 flashdisk. jadi kalo misal kompie rusak atau kena virus, masih bisa dibuka foldernya di kompie lain. pokoknya aku jaga mati2an lah tuh folder. udah kuanggap anak sendiri :') pernah suatu kali flashdisk-ku kena virus. sumpah aku nangis semaleman mikirin folder itu yang gak bisa kebuka. sedihnya ngalah2in gebetan punya pacar deh *lebay* :p untunglah isi foldernya bisa diselametin. aman deh folderku :D

    @sayang_akichii
    shinra2588@yahoo.com

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Benda yang paling berharga bagiku adalah, tadaaa, kakus aka jamban aka wc. Kakus rumah sendiri lho ya. Aku sama kakus ini tak terpisahkan. Aku tak bisa berselingkuh darinya, tak bisa menyelingkuhinya, tak bisa pup tanpanya. Itu beneran lho, aku sama dia rasanya udah ditakdirkan untuk menjadi tak terpisahkan, dulu waktu awal kelas 7 liburan ke Surabaya 1 minggu, di sana ada kakus lain yang lebih bagus, lebih cantik, tapi aku tak bisa. Waktu kelas 8, karyawisata ke Bali juga sama, aku tak bisa berselingkuh darinya. Aku ditakdirkan untuk bersama kakus rumahku itu. Pernah pula waktu kelas 8, rumah sama sekolah gaada 300 meter, dan waktu itu olahraga, aku kebelet pup, aku rela lari ke rumah dan pup di kakus kesayangan di rumah.
    Aku udah kenal dia sejak aku lahir, dialah yang selalu menemaniku saat perutku memberontak dan menyerangku dengan rasa sakit, kentut, dan sebagainya. Bersama kakus ini aku menghabiskan waktuku lebih efisien, aku pup sambil membaca buku, mendengarkan lagu, menyanyi dengan suara khasku. Kadang aku membawa buku catatanku saat sedang tes dan belajar di atas kakus ini sambil pup. Waktunya tidak ada yang terbuang sia-sia, kan? Waktu kecil aku sering membawa cemilan untuk kubawa dan kuhabiskan bersama kakus ini. Tapi semenjak besar, aku baru sadar, kalau kakus tidak seharusnya bersama dengan cemilan, apalagi makanan. Maafkan aku, kakus.
    Tiap mampir kemanapun, dan kalo perut ingin memuntahkan apa yang dicernanya, aku selalu teringat rumah, teringat kakus ini, aku ingin kembali ke rumah, untuk duduk di atas kakus ini, dan pup. Dulu, saat aku jarang pergi ke luar rumah, aku tidak mengidahkan kakus ini, tapi setelah mengalami rasanya kebelet pup di luar kota, di luar rumah, yang jauh dari kakus kesayangan, aku jadi mulai tahu, aku mulai menyadari sesuatu: Betapa berharganya kakus ini.
    Nah itulah benda yang paling berharga bagiku.

    Twitter: @razif27
    Facebook: facebook.com/Raziffalyan
    Email: Razif270198@gmail.com

    *yang atas ada typonya makanya aku edit lagi xD

    ReplyDelete
  7. Harta paling berharga yang aku miliki gak cuma satu, ada beberapa yang sngat penting bt ku. Mereka adalah sepeda, HP dan segala perlengkapan sekolahku.
    Sepeda paling utama ya dari harta yang ku sebutkan. Alasannya adalah karna sepeda adalah satu-satunya kendaraan yang aku gunakan kemanapaun aku pergi (FYI: aku gak bs naik motor). Pergi ke sekolah, main ke rumah temen, pergi ke warnet aku selalu naik sepeda. Begitu penting sepeda dlm hidupku. Alasan lain yang bikin sepeda sangat berharga buatku karna barang yang tergolong tersier ini diberikan sbg penghargaan atas kerja keras ku buat menghadapi UN. Dan beriktnya adalah HP. Bukan smatphone memang HP milikku, cuma HP nokia dngn platform Java tp itu udh lbh dr cukup. Dngn HP ini banyak hal udh aku lalui. Mulai dr iseng2 ngerjain temen pk nomer baru smpai dikerjain balik, sms-an sama saudara, dan masih bnyk lg.
    Kemudian harta ku yang paling berharga berikutnya adalah segala perlengkapan sekolahku (seragam, sepatu, tas, alat tulis, buku,dsb). Tanpa segala perlengkapan2 itu td, berangkat ke sekolah pasti berasa kurang lengkap *iyalah. Jd sangat penting buatku punya perlengkapan itu buat ke sekolah pastinya.

    akun Twitter: @Dinar_Arisandy
    email: dinararisandy@gmail.com

    ReplyDelete
  8. Benda yang paling berharga buatku itu buku "The Fault in Our Stars"-nya John Green. Buku itu merupakan buku bahasa Inggris pertama yang kubeli. Walaupun bukunya itu sendiri second sik xD pokoknya kalo mau bepergian jauh, buku itu nggak pernah ketinggalan. Walaupun bacanya diulang-ulang pokoknya nggak pernah bosan mengikuti kisah cinta Gus & Hazel. | twitter: @ariansyahABO/e-mail: ariansyahabo@gmail.com

    ReplyDelete
  9. Hal yang paling berharga bagi saya adalah segala benda yang berhasil saya dapatkan dengan usaha dan jerih payah saya sendiri, atau benda yang diberikan sebagai perpisahan oleh seseorang.
    Bukan soal apa kegunaan dan keperluan bagi benda itu, sebab kalau tidak berguna, untuk apa dibeli dan diberikan, ya kan?
    Yang menjadi alasan bagi saya adalah sejarah--sejarah bagaimana saya mendapatkan benda itu, bagaimana jerih payah saya, bagaimana usaha saya dan bagaimana cara saya mendapatkan benda itu, atau bagaimana berarti orang yang memberikan benda itu untuk saya.

    Sebab suatu benda, atau setiap benda, memiliki kegunaan dan manfaatnya sendiri-sendiri, entah sebagai hiburan, untuk mempermudah pekerjaan, maupun hanya untuk pamer. Tapi kita pasti akan merasa semakin sayang, dan bangga kepada benda itu, jika kita mendapatkannya dengan usaha sendiri atau pemberian orang yang tidak bisa kita temui lagi, sebab setiap melihat atau menggunakan benda itu, secara otomatis kita akan mengingat dan bernostalgia secara singkat bagaimana kita mendapatkan benda itu, atau mengingat tentang si pemberi.

    Dan tentu, dengan seperti itu, kita pasti akan lebih bijak dan lebih berhati-hati dan menjaga dalam menggunakan benda tersebut :) | Facebook : Kuroki Mariya (www.facebook.com/kuroki.mariya) / e-mail : marianavikha98@gmail.com

    ReplyDelete
  10. Benda berharga?
    Emmm, sebuah beringin plastik. Beringinku itu kecil, item, mungkin nggak terlalu mirip dengan beringin. Karena nggak ada slawir-slawirnya (entah apa namanya serabut itu). Bahannya dari plastik, terlihat sedikit tempelan berwarna emas. Tingginya sekitar 3 cm, beratnya sekitar 1 ons. Beringin plastik ini buatan lokal, jadi jangan dibayangin sebagai mainan anak-anak made in China. Dan jangan dibayangin beringinku ini layaknya barang antik dari giok.
    Berharganya di mana?

    Sebelum saya cerita makna dari benda berharga itu, jawablah pertanyaan saya.
    Pernahkah Anda deadline saat tugas membuat sebuah karya?
    Pernahkah Anda gagal dalam membuat karya tersebut?
    Berapa kali gagal?
    Apa reaksi Anda?

    Beringin kecil itu saya buat saat ada tugas kesenian dari sekolah. Membuat patung. Nyoba pake bahan yang "anti-mainstream", saya pengen pake plastik. Plastik yang dicairkan. Dan saya cuma bermodal lilin buat bakar plastik. Mudah mungkin, menurut kalian. Namun Guru kesenian itu bilang kalo pake plastik itu susah. Terlalu lama dalam membakar plastik, dia jadi areng.
    Pertama bikin, ancur. Bikin lagi, diremes ancur (efek areng). Bikin lagi, jatuh dan terpecah-belah. Bikin lagi, berhasil. Terus, udah. Udah jadi kan? :P

    Deadline! Dalam waktu satu minggu, saya belum bisa ngumpulin karya patung tersebut. Perpanjangan satu minggu, semakin sedikit temen yang belum ngumpulin. Satu minggu lagi, ada satu atau dua orang temanku yang belum ngumpulin. Ada juga yang minjem produk temen lainnya (karena karya dikumpulin dan dikembaliin di hari yang sama). Minggu depannya, "kini tinggal aku sandiri, hanya berteman dengan sepi", eh.
    Nah, di minggu yang terakhir, saat materi pelajarang udah sampe entah di mana, baru bisa saya kumpulin.
    Tahukah kau, apa yang Guruku katakan ketika beliau akan mengembalikan karyaku di kelas? "Romdan, boleh nggak karyamu ini dipinjamkan ke temen-temen? Mereka pengen liat." Dan beringin itu pun muter di kelas. Berpindah dari tangan satu, ke tangan lainnya. Harga sebuah perjuangan. Hampir saja tetes airmata haru jatuh membasahi pipi. Halah.

    Yang jelas, bagiku, sesuatu akan sangat berharga ketika sesuatu itu berhasil kita ciptakan sendiri. Pemberian orang lain memang berharga, tapi nilai "proses" akan sangat kita rasakan saat kita tahu detail perjalanan sebuah benda.

    Beringin plastik kecil hitam. 4 minggu lewat deadline, 1 bulan pengerjaan, 7 lilin dan 7 botol plastik, satu jawaban atas sebuah pengerjaan.
    Jawaban itu, "SEMANGAT!"

    Twitter: @and_dan27
    E-mail: romdan_abdullah@ymail.com
    Facebook: fb.com/romdanabdullah

    Terima kasih, ^_^

    ReplyDelete
  11. “LAPTOP!!, kyaa aku gak bisa hiduuuup tanpa laptop, it is my live (iya gak sih :/, biasaa aja kelllesss, plaakkkk :'( *ditimpuk pake kaleng). disitu semua yang kubutuhkan ada mau film, tugas", pr, game, akun, diary, semua deh, klu hilang :/, TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAKKK, BAKAL HANCUR HIDUP KU, (*plaaaaakkkk, biasa aja kelllesss, :'( *ditimpuk kaleng lagi) aaaah pokonya itu penting banget deh buatku, seperti harta karun yang terpendam di GRAND LINE (biasaaa aja kellesss, plaaaakkkk :'( *ditimpuk lagi | siapa sih lu brani nimpuk gue matiii lo sana!!! | gue abang lu somplak | T_T ampuni aku baaaangggg) hahahaha :D gitu deh pokonya ” TW/trigunwarior@gmail.com

    fb: TW
    email: trigunwarior@gmail.com

    ReplyDelete
  12. Harta yg paling berharga buatku adalah kacamata mins-ku, karna kacamata itu pemberian terakhir ayahku sebelum beliau meninggal dan sangat membantuku dalam beraktifitas, ya iyalah,, secara udah mins 3 gituuu :D Jadi terasa sulit melakukan aktifitas tanpanya, apalagi hobby ku membaca :) hehehe...

    Dan satu harta yg paling berharga lagi adalah koleksi kerudung/hijabku, karna aku baru beberapa bulan berhijab jadi agak over protect sama tuh barang, gak boleh dipinjem siapapun, dicuci & disetrika sendiri biar gak rusak, pokoknya bener" berharga banget walaupun harganya murah tapi mampu mengubah jalan hidupku yg Insya Allah menjadi lebih baik, Amin :)

    Twitter : @Ana_On3
    FB : Ana Rosdiana
    Email : aanaa929@gmail.com

    ReplyDelete
  13. Barang Berharga aku saat ini adalah motor, karena aku ngerasain gimana rasanya bayar cicilan dan bulan ini adalah tepat angsuran motorku yg ke-5. Karena itulah aku sangat tidak mau jika barang kesanganku itu rusak atau dipinjem orang lain (Kecuali Keluargaku), eitss bukan karena pelit ya.. tetapi karena itulah barang berharga saya.

    Sempet ngalamin Hal yg gak enak terhadap barang kesayangan ;'(
    Ceritanyasuatu hari tepatnya sih beberapa bulan yg lalu, kalau gak salah bulan ke-2 waktu itu motorku di pinjem adik dan ternyata adik aku gak bawa pulang motor itu melainkan malah di pinjem temennya dan gak taunya sesampai dirumah motor itu sudah lecet parah di bagian bumper sama bawahnya (Kata temen adikku yg bawa motor itu sampai rusak sih bilangnya jatoh tapi aku yakin itu keseret juga )

    Aku tau barang berhargaku rusak parah ityu setelah pulang kerja, ngeliat kondisinya yg kaya gitu rasanya Jantung pengen copot, kaki lemes & emosi memuncak. Aku berusaha ikhlas.

    Dan aku cuman bisa sabar & nasehatin adik aku (Biar dia tau gimana rasanya kalo barang kesayangannya dirusakin sama orang lain itu gimana).
    Dan sampai saat ini temen adik aku yg ngerusakin motor itu "malu" kalo ngeliat muka aku.(yaa semoga tidak terulang)
    Itu aja sih share dari barang kesayangan dan doain aku ya supaya aku masih bisa merawatnya.

    Sukses dan salam kenal dari aku..
    Anisa :)

    Fb: Anisa Fitri
    Twitter : @anisa_ainunf3
    email : anisafitri22@ymail.com

    ReplyDelete
  14. Harta yang paling berharga buat saya adalah LAPTOP.

    Banyak banget fungsi dari benda canggih ini. Dari menulis, download, baca blog, ikutan GA, dan masih jutaan fungsi lainnya. Saya menganggap laptop barang berharga karena pengalaman pernah memilikinya. PERNAH. Artinya, sekarang saya tidak memilikinya.

    Dua kali pernah beli laptop, dan dua kali juga harus saya jual. Laptop pertama harus dijual karena saya harus berobat TB hingga 8 bulan. Dan saya nggak mau merepotkan orang tua sehingga benda kesayangan dan berharga ini harus masuk ke toko lagi.

    Laptop kedua harus terjual lagi karena saya terdesak dengan biaya kuliah. Saya lebih mementingkan kuliah untuk masa depan saya daripada kesenangan sesaat. Saya juga berharap ilmu yang saya dapat di bangku kuliah akan mengganti laptop saya yang baru. Dan semoga laptop berikutnya sekelas APPLE.

    Tapi saya belajar banyak dari kehilangan benda ini.

    Pertama, saya selalu tidak maksimal menggunakannya. Awal saya beli laptop untuk menyediakan fasilitas menulis karena saya ingin sekali membuat novel. Apa daya,begitu laptop di ujung jari, saya malah terlena dengan mendowload MP3, video bokep, dan main game sampe berjam-jam. KHILAF.

    Kedua, benda ini tidak pernah jatuh ke tangan adik saya yang mau pinjam. Saya pelit. Saya begitu butuh untuk menyeimbangkan dunia saya yang introvert. Dan ini kesalahan. Begitu saya tidak punya laptop, saya justru ingin sekali berbagi guna dengan adik, teman yang memang perlu banget menggunakannya.

    Ketiga, saya bisa menghabiskan berjam-jam nggak berguna untuk banyak hal menggunakan laptop. Main game terutama. Dan begitu saya tidak punya laptop, saya menyesal karena saya masih teralihkan oleh kesenangan game yang tidak lebih berguna daripada menggunakannya untuk menulis.

    Penyesalan selalu di ujung. Saya tahu kalau saya masih berhak berharap mendapatkan laptop baru. Dan saya paham bergunanya laptop untuk hidup saya yang terbatas setelah kehilangannya. Jadi sangat wajar kalau saya menempatkan Laptop sebagai barang paling berharga. Saya kira semua juga akan memahaminya apalagi bagi mereka yang tergolong introvert.

    Akun Twitter: @adindilla
    Email: hapudincreative@gmail.com

    ReplyDelete
  15. yang paling berharga? notes dan pensil. dua benda ini nggak akan pernah terpisahkan dari aku. mungkin memang untuk sebagian orang dua benda ini nggak penting, tapi buat aku seperangkat benda ini udah banyak banget ngasih pengalaman baru. entah itu cuma sekedar coret-coret nggak penting, atau cuma dipake buat gambar-gambar ketika aku malas merhatiin penjelasan guru. selain itu, mereka juga nyimpen jutaan ide dan rahasia yang aku tulis disetiap lembarnya.
    mereka kayak mesin waktu yang bawa kita flashback ke masa lalu dan kayak reminder untuk kehidupan kita di masa depan.
    notes+pensil ini udah jadi kewajiban yang harus dibawa kemana-mana :)
    notes+pensilku ini berharga banget karena mereka udah memberi kebahagiaan buat aku hampir sama selama aku belajar sampai sekarang. and that's kinda amazing for such a simple things :)

    Twitter: @miaannisautami
    Facebook: Mia Annisa Utami
    Email: miaannisa29@gmail.com

    ReplyDelete
  16. Bukan buku, buku bukan (lagi) benda bagiku, tapi Sherina.

    Aku menyayanginya tapi sekaligus membencinya. Dia temanku, sahabat terbaikku, teman kerjaku, tapi kadang juga menjadi alasanku marah-marah. Tentu ada kalanya sesuatu, bahkan yang kita cintai, bikin kita menelan tak enaknya rasa kecewa.

    Hal yang paling aku benci adalah saat dia sakit. Dan dia harus menginap di klinik perawatan. Aku benci karena... terpisah dengannya. Kesepian, kesendirian akan sontak merundungiku. Pekerjaanku berantakan. Jalan meraih impianku tersendat.

    Tapi, tentu, aku tak bisa marah atau benci padanya. Dia, bagaimanapun, adalah teman terbaikku. Kemanapun aku pergi, aku selalu mengajaknya. Bahkan termasuk ke kamar mandi. Bahkan saat hujan badai memperingatiku untuk membunuhnya, aku akan tetap mengajaknya keluar dengan membungkusnya dengan baju ekstra anti-air.

    Saat aku tidur dia akan kurebahkan di sisiku. Saat aku terbangun dia adalah yang pertama kucari. Aku bersyukur memilikinya. Aku bersyukur dia jarang marah meski aku memaksanya bekerja siang malam.

    Sherina, kumohon jangan pernah sakit lagi, ya. Aku tak mau menulisi blogku dengan kisah sedih kita berdua lagi.

    Sherina, I love you.

    *Siapa Sherina? Sherina adalah nama ponselku :')*

    @FJrean / Fj Ismarianto / reatheryan [at] gmail [dot] com

    ReplyDelete
  17. Benda paling berharga buat aku sih,hmmmm.......sim c aku,kenapa?mungkin ini agak aneh karna sebagian orang bisa mendapatkannya dengan mudah tinggal bayar sejumlah uang tunggi foto dan jadi!

    Tapi buat aku sim C ini berharga banget,karna aku dapetinnya dengan usaha yang ga mudah,mulai dari melengkapi seluruh dokumennya,menolak calo,serta mengikuti seluruh ujiannya disertai beberapa kali kegagalan,dan puluhan kali kegagalan dalam latihan juga beberapa kali dimarahi polisi,akhirnya aku bisa mendapatkannya.....

    Buat aku sim C ini sekaligus penyemangatku,ketika aku lg lesu,hilang semangat dalam menggapai cita2ku,maka aku akan melihat sim ini dan teringat seluruh usaha untuk mendapatkannya,maka semangatku akan kembali naik....

    Dan buat aku sendiri sim ini perwujudan bahwa kejujuran harus terus dipertahankan,idealisme tidak boleh tergerus oleh rusaknya zaman,serta penolakan terhadap seluruh cara2 yang tidak jujur.

    Yah mungkin jawaban ini dianggap sebagian orang g penting atau kuno.tapi inilah aku.
    Inilah jawabanku....

    Muhammad Iqbal Anshori(fb)/miqbal.anshori@yahoo.com.

    ReplyDelete
  18. Benda yang berharga bagi saya itu Buku Nikah.
    Alesannya ya simpel aja, dengan benda itu, kisah cinta saya berlanjut :')
    Dan benda itu menjadi awal untuk memulai keluarga saya sendiri.

    FB : Gentur Kakak Aji Satyananto
    Twitter : @elfstan
    Email : elfstan23[at]gmail[dot]com

    ReplyDelete
  19. Benda yang paling berharga bagi saya adalah pakaian. Ya itulah menurut saya yang paling berharga, karena bagaimanapun pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia. Tanpa pakaian bagaimana cara kita hidup di lingkuangan kita? apa cuma mengandalkan menutup badan kita dg dedaunan seperti jaman pra sejarah? itupun juga termasuk pakaian. Bagaimanapun juga pakaian sangatlah berguna bagi kita, baik hanya untuk menutupi tubuh atau untuk bergaya. Selain itu pakaian juga bisa melindungi kita dari hawa dingin, panas maupun sebuah luka yang kita dapat dari sebuah kecerobohan maupun kecelakaan. Yang jelas pakaian adalah suatu benda yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita

    FB: Vando Arvest (https://www.facebook.com/vando.messi.1)
    Twitter: @vandoarvest

    ReplyDelete