Judul : ENIGMA
Pengarang : Yudhi Herwibowo
Pengarang : Yudhi Herwibowo
Penyunting: Anin P
Sampul : Rio
Cetakan: 1, 2013
Tebal: 224 hlm
Penerbit : Grasindo
Lima sahabat dan lima kisah, yang kelimanya terpencar oleh waktu, dipertemukan lagi oleh waktu. Hanya saja, waktu telah banyak mengubah semua. Dan kini, pertemuan itu tidak lagi sama.
Kota Jogja memang menawarkan setting yang sangat eksotis untuk cerita cinta dan kisah kaum muda. Seorang Yudhi Herwibowo, penulis yang sangat produktif ini, adalah salah satu yang menggunakan kisah ini untuk membangun cerita indah dan penuh teka-teki tentang sekumpulan anak manusia, yang sempat bersama-sama di kala muda sebelum kemudian waktu merenggut semua.
ENIGMA, novel ini berkisah tentang kebersamaan masa muda yang hanya bisa dikenang ketika kemapanan, pekerjaan, dan keluarga telah mengambil sebagian besar waktu dan kehidupan. Ini adalah kisah tentang persahabatan yang pernah ada, dan bahwa kita harus menghargai persahabatan itu bagaimanapun adanya, karena kita tidak pernah tahu, sebagaimana sebuah enigma, bagaimana roda-roda hidup akan berputar di masa depan, entah menghancurkan atau mempertemukan kembali ikatan-ikatan yang pernah ada.
"Aku tahu bagian tubuh kita tak hanya terdiri dari tulang-tulang dan daging, sarah serta air. Ada juga yang mungkin tak terdeteksi. Itu adalah: kenangan.” (Chang, 91)
Hasha, Gozza, Chang, Patta, dan Isara. Kelimanya sahabat sejak masa kuliah. Dipertemukan dalam acara orientasi mahasiswa baru, dan kemudian dipersatukan oleh warung lotek (sejenis gado-gado) yang berada di bilangan dekat kompleks Kanisius Yogyakarta. Bersama-sama, kelima sahabat ini menjalani masa muda yang penuh warna, dengan gelak tawa maupun haru duka, sebelum akhirnya waktu memudarkan semua. Memaksa kelima sekawan ini berpencar dan mengapai mimpi masing-masing. Patta menjadi pengusaha sukses dan menikah dengan Isara (sebelum kemudian bercerai). Isara menikah dengan Patta (sebelum bercerai). Chang memutuskan mengelana dan mencari tujuan hidupnya lewat sebuah perkumpulan kebatinan (sebelum perkumpulan itu dinyatakan sesat karena berbeda). Hasha menjadi seorang wartawan yang idealis (sebelum sebuah pembunuhan terhadap rekan sekerjanya mematikan idealisme itu), sementara Gozza, sang bad boy dalam kelompok ini, menjadi pembunuh bayaran dan pemikat wanita.
Lima cerita yang dulu satu kini terpencar, dan seolah merindukan masa-masa indah itu, kelimanya secara tidak sadar saling tertarik untuk kembali ke muaranya: ke kota Jogja tempat pertemuan mereka yang pertama. Dan saat itulah kisah persahabatan itu kembali dibuka untuk yang kedua kalinya. Chang kembali ke Jogja untuk membuka cabang baru dari aliran kebatinan pimpinan Dewi yang berpusat di Jakarta. Gozza mendapatkan perintah untuk menghabisi seorang target dalam sebuah upacara pernikahan di kota gudeg itu juga. Patta dan Isara, mereka tengah berupaya lari dari takdir yang membelit mereka dengan cara mendatangi kota pelajar ini. Sementara, bagi Hasha, kota ini ibarat masa lalu yang kelabu tapi begitu memukau untuk dikunjungi. Dan, kelimanya kembali dipertemukan. Hanya saja, kali ini cerita itu tidaklah sesederhana canda-tawa di bangku kuliah dulu.
Dikisahkan dengan sudut pandang orang pertama, pengarang akan mengajak pembaca menelusuri kisah ini melalui lima tokoh utamanya. Masing-masing berkisah tentang dirinya, tentang kehidupannya. Di bagian awal, pembaca mungkin bosan dan tidak mengerti dengan cerita yang sepenggal-penggal dalam Enigma. Tetapi semakin ke belakang, ada benang merah yang dengan sangat manis menghubungkan semua cerita ini. Semakin dalam kita larut dalam Enigma, semakin kita menyadari betapa kisah-kisah ini bukan semacam picisan, tetapi jauh lebih indah dari itu.
Ini adalah kisah tentang kehidupan itu sendiri, tentang pesahabatan, tentang cinta, tentang misteri, tentang keluarga, tentang kebersamaan, tentang politik, tentang pekerjaan, tentang menghargai perbedaan, juga tentang idealisme. Lebih dari itu, novel ini mengajak kita untuk belajar melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Dan baru dengan begitu kita akan menjadi manusia yang lebih bijaksana. Benarlah bahwa terkadang hidup itu rumit seperti teka-teki, dan Enigma dengan begitu indah—seindah sampulnya—telah menggambarkannya untuk kita.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletewahh, hobi baca buku yaa gan? perlu belajar banyak nih dr agan :)
ReplyDeletebuka toko GRATIS cuma di Pasar Lokal
tengkyu mas dion.
ReplyDeleteijin share yaaa... :)