Search This Blog

Thursday, October 10, 2013

George Marvelous Medicine

Judul : George Marvelous Medicine
Pengarang : Roald Dahl
Ilustrasi : Quentin Blake
Halaman : 89 hlm
Terbit : 1991
Penerbit : Puffin


http://www.hiddentreasuresbookstore.com/wp-content/uploads/products_img/med.jpg

                “Fiery broth and witch’s brew
                Foamy froth and riches blue
Fume and spume and spoondrift spray
                Fizzle swizzle shout hooray
                Watch it sloshing, swashing, sploshing
Hear it hissing, squishing, spissing
Grandma better start to pray.” (p. 28)

                “This book is for doctors everywhere,” demikian bunyi kalimat pertama yang menyambut pembaca sebelum memasuki dunia George, dokter-anak luar biasa yang kisahnya begitu konyol dan mengocok perut. Semua berawal dari neneknya. George memiliki seorang nenek paling tidak  menyenangkan yang bisa dibayangkan seorang anak. Wanita tua itu pemalas, gemar sekali mencibir dan menyindir, tidak pernah puas atau bersyukur, sakit-sakitan, tidak bersemangat hidup namun sangat pemarah, dan suka menyuruh George seenaknya sendiri. George kecil yang tidak tahan akhirnya hendak melakukan pembalasan dendam kecil-kecilan untuk neneknya. Bukan pembalasan yang berbahaya, tapi cukup untuk membuat si nenek terkejut dan (diharapkan) tidak memarahi George lagi.

                Siang itu, beberapa waktu sebelum waktu pemberian obat untuk nenek, George memutuskan akan membuat obat untuk nenek hasil ramuannya sendiri. Kebetulan, di rumah saat itu hanya ada nenek dan dirinya. Maka, dicarilah berbagai bahan ajaib ala George. Ia masukan ke dalam ramuan obatnya bermacam benda di kamar mandi: shampoo, sabun, sikat gigi, semir; lalu aneka cairan pembersih, juga cat, terpentin, bensin, bibit kenari, bumbu kari, saos cabe,  pewarna rambut, dan semua bahan yang hanya bisa kita bayangkan. Begitu banyaknya campuran yang masuk sehingga George lupa mencatat urutan dan isi obat ajaibnya. Semuanya ia masukkan berdasarkan silogisme versi dirinya sendiri yang sangat polos dan bikin ngakak. Misalnya saat hendak memasukkan obat untuk sakit tenggorokan untuk kuda dalam campuran bahan obat:

                “Grandma may not have a hoarse throat, but she’s centainly got a sharp tongue. May be they’ll cure that instead.” (page 24)

                Muahahahahahaha *guling-guling di deket kuali
                Ketika akhirnya obat ajaib itu selesai—dan George menambahkan cat warna cokelat agar ramuan itu warnanya sama dengan warna obat Grandma—maka dimulailah keajaiban itu. Begitu meminumnya, tubuh Grandma mengalami kejutan-kejutan dan lonjakan-lonjakan aneh, asap keluar dari mulut dan lubang hidungnya, ia merasakan kepanasan sambil jungkir balik tak karuan. Keanehan berikutnya muncul, tumbuh sang nenek meninggi—bukan membesar—sampai kepalanya menembusa atap. Ia merasa lebih energik. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar menjadi pusat perhatian.

                Sang ayah yang tiba belakangan begitu terobsesi pada obat George. Mereka kemudian mengujicobakannya ke seluruh binatang ternak, dan semua binatang itu pun membesar begitu meminum obatnya. Setelah itu, ia memaksa George untuk membuatnya lagi. Tapi, George lupa. Alih-alih jadi ramuan pembesar, obat baru itu memiliki efek lain yang tidak kalah mengejutkan. Gimana nasib George selanjutnya? Dan juga nasib sang nenek? Apakah seterusnya George berada dalam bayang-bayang Grandma yang kejam? Ending dari buku ini begitu konyol dan menyenangkan, jadi tenang saja karena tidak ada hal-hal suram di dalamnya.

                Pantas sekali jika Roald Dahl menjadi penulis favorit anak-anak. Ide-idenya simpel namun mengena. Tulisannya reflektif sekali mencerminkan alam pikiran seorang anak. Kreativitasnya—yang walaupun mungkin jayus jika kita adalah seorang pembaca yang cerewet—patut diacungi jempol. Saya merampungkan buku ini dengan tertawa-tertiwi puas karena kekonyolan di dalamnya. Tapi, karena ada beberapa bagian yang melibatkan dendam dan pembalasan, buku ini sebaiknya dibaca oleh anak usia 8 tahun ke atas, dengan bimbingan orang tuanya tentu saja. So, kesampingkan dulu segala hal tentang editing atau proofreading atau bolong logika atau kreativitas semu. Saat membaca karya-karya Dahl, menikmati jauh lebih menyenangkan ketimbang mengkritisi.  


Postingan resensi ini diikutkan dalam event baca bareng buku anak yang di-host oleh >>> Bacaan Bzee

1 comment: