Judul : Pegasus
Pengarang : Robin McKinley
Penerjemah : Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Penyunting : Reni Indardini
Sampul : Tyo/RAI Studio
Cetakan : 1, Agustus 2012, 483 halaman
Penerbit : Mizan fantasi
Pegasus, mahkluk mitologis ini
selalu berhasil mempesona imajinasi manusia sejak zaman dahulu kala. Mahkluk
ajaib yang dalam bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai kuda sembrani ini
mungkin muncul dalam pikiran orang-orang dahulu yang begitu mendambakan sesosok
binatang yang bisa berlari cepat sekaligus terbang. Jadilah mereka
menggabungkan dua binatang yang sangat mereka kagumi: kuda dan burung. Dalam Pegasus, Robin McKinley menegaskan
kembali mengenai kecintaan manusia terhadap mahkluk yang satu ini. Dia menyusun
sebuah cerita, lebih tepatnya sebuah kronik karena cerita dalam buku ini begitu
panjangnya, begitu mendetailnya, dan juga begitu deskriptif. Dalam satu hal,
novel ini adalah penggambarann lebih lanjut dan lebih lengkap mengenai sosok
Pegasus menurut imajinasi penulis.
Dalam Pegasus, dikisahkan manusia telah menjalin hubungan persahabatan
dengan para Pegasus. Hubungan ini dimulai ketika rombongan pertama manusia
datang ke Tanah Perawan yang kala itu menjadi alam liar tempat mahhluk Pegasus
biasa mencari makan. Saat itu, Pegasus begitu rentan akan serangan
makhluk-mahkluk seperti ladon, wyvern, taralian, dan norindour. Meskipun cerdas
luar biasa, kaum Pegasus adalah mangsa empuk dari mahkluk-makhluk jahat
tersebut, dan akibatnya populasi mereka pun semakin berkurang. Dengan datangnya
manusia ke Tanah Perawan, kedua kaum pun saling bekerja sama. Manusia dengan
senjata dan kemapuan tempurnya akan menghalau dan membasmi para predator
Pegasus sementara kaum Pegasus mengizinkan manusia untuk mengelola Tanah
Perawan. Sejak saat itu, berdirilah kerajaan Basiland.
Untuk memperkokoh ikatan antara
kedua ras, maka diputuskan untuk memasangkan setiap anggota kerajaan Basiland
dengan seekor Pegasus. Raja Basiland otomatis akan dipasangkan dengan Raja Pegasus. Keduanya kemudian akan selalu
bersama-sama, dalam perang, perjalanan, maupun urusan kerajaan. Karena
menggunakan bahasa yang berbeda, komunikasi antara manusia dan Pegasus
pasangannya dilakukan melalui perantaraan seorang penyihir manusia atau syaman Pegasus, walaupun komunikasi yang
dilakukan hanya mencapai kurang dari 20 persen. Agaknya, hubungan tersebut
masih belum bisa berlangsung lancar, hanya via gerak-gerik dan isyarat saja.
Ikatan dan hubungan isyarat
seperti ini berlangsung selama kurang lebih 800 tahun sejak Kerajaan Basiland
berdiri. Hingga, tibalah waktu ketika Putri Sylviianel untuk dipasangkan dengan
Pegasus pasangannya. Pada hari pemasangan, sejenak setelah para penyihir dan syaman mengadakan ritual pemasangan, ia
tiba-tiba bisa berbicara dengan Pegasus pasangannya yang bernama Ebon. Ini adalah
sesuatu yang luar biasa, di luar kebiasaan, sekaligus berbahaya. Sudah ratusan
tahun sejak ada orang pertama yang mengaku bisa mendengarkan atau berkomunikasi
langsung dengan Pegasus pasangangnya. Selama ini, komunikasi antara kedua ras
diperantarai oleh penyihir. Tapi, baik Silvi atau Ebon masing-masing bisa
berbicara dan mendengar sejelas berbicara melalui telepati. Dan, dimulailah kegemparan
itu. Para penyihir marah, mereka
menyusun intrik untuk melarang Silvi dna Ebon agar tidak saling berkomunikasi
karena manusia dan Pegasus seharusnya tidak bisa saling berbicara. Tapi, Silvi
menolak dan tetap maju.
Maka, dimulailah petualangan
Silvi dan Ebon. Persahabatan mereka yang erat merupakan perlambang eratnya
hubungan manusia dengan kaum Pegasus. Keduanya bahkan sering terbang bersama,
walau itu dilarang. Pada akhirnya, hubungan keduanya begitu dekat sehingga
Silvi pun mendapat kehormatan besar yang bahkan belum pernah didapatkan oleh
orang-orang sebelumnya, yakni mengunjungi negeri Pegasus. Apakah yang akan ia
jumpai di sana? Apakah kenyataan di sana seindah yang ia bayangkan? Bagaimana
pula dengan kaum penyihir? Apa yang akan Silvi lakukan demi mempertahankan
persahabatan uniknya dengan Ebon? Semua dijawab dalam novel indah ini.
Bersetting disebuah negeri antah
berantah, novel Pegasus adalah novel
yang luar biasa indah dan detail. Kekayaan detailnyalah yang sangat
mengagumkan. Penulis berhasil mengeksplore mahkluk mitologis ini dan
menjadikannya lebih manusiawi. Bahwa Pegasus punya tangan kecil di ujung
sayapnya, bahwa mereka lebih kecil dari kuda, dan bahwa Pegasus sangat dilarang
untuk ditunggangi oleh manusia; pengetahuan-pengetahuan seperti ini yang belum
kita ketahui. Penulis juga mampu menggambarkan segala ritual dan prosesi di
Kerajaan basiland dengan begitu detail, mulai dari acara penobatan, sistem
politik istana, sejarah dan kronik bangsa manusia dan Pegasus, hingga
rahasia-rahasia paling dalam dari mahkluk mitologis yang satu ini.
Sayangnya, alur novel ini agak
datar dan bisa-bisa membuat bosan para pembaca yang tidak sabaran. Meskipun
menawarkan premis yang menarik, buku ini lebih menyerupai sebuah buku roman
fantasi ketimbang buku petualangann fantasi. Adegan perangnya sangat minim!
Untungnya, keindahan dan detail yang dipaparkan penulisnya, yang disebar merata
dalam seluruh isi buku, akan mempesona pembaca. Buku ini ibarat sebuah pintu
menuju dunia lain yang sangat eksotis dan indah, indah dan juga detail. Salut
juga untuk sang penerjemah yang berhasil menghadirkan novel ini dalam bahasa Indonesia
yang sangat luwes sekali. Rupanya, beliau memilih untuk mengambil padanan
alih-alih menyerap langsung beberapa kata dalam novel aslinya. Alhasil, jadilah
kita mendapati kata-kata unik dan cantik seperti paseban, balai agung, dan tabik.
Novel ini juga minim typho. Selamat
untuk penerjemahan yang bagus dari buku cantik ini.
No comments:
Post a Comment