Search This Blog

Saturday, November 17, 2012

The Vampire Diaries, The Return: Midnight


Judul                   : The Vampire Diaries, The Return: Midnight
Pengarang          : LJ. Smith
Penerjemah : Nengah Krisnarini
Aksara                : Diksi Dik
Isi                       : Dina R. NUgraha
Cetakan              : 1, September 2012
Penerbit             : Atria





              Dari covernya, sudah kelihatan banget bahwa buku Midnight ini adalah tentang Damon. So girls, if you are one of those Damon’s freaks, you should get this book! I mean it. Dikisahkan sebagai episode terakhir dari seri kedua, novel ini masih memiliki keterkaitan dengan seri terbitan sebelumnya The Retuns, The Shadow Souls .

               Masih ingat, di kisah seru sebelumnya, ketika Stefan ditawan di Dimensi Gelap dan Elena dan kawan-kawan harus bahu membahu dengan Damon untuk menyelamatkannya? Mereka masuk ke Dimensi Gelap, menelusuri bahaya di dalamnya, berhasil mengeluarkan Stefan dan akhirnya bertempur melawan sepasang kitsune (rubah ekor sembilan), Sinichi dan Misao. Cerita kali ini masih terkait, terutama dengan, si dewa rubah, Dimensi Gelap, dan tentu saja Damon.





Arggg Damooooonnn #loh


MySpace

               Damon yang frustrasi karena berubah menjadi manusia akibat menghirup aroma bunga mawar hitam bertekad untuk kembali menjadi vampir. Dengan segala upaya, ia kemudian berhasil mengambil bola bintang (bola kekuatan milik kitsune) yg berhasil direbut Elena dkk. Damon hendak menggunakan kekuatan bola itu untuk membawanya ke Dimensi Gelap agar ia bisa digigit dan ditulari kembali oleh vampir yang kuat dan bisa kembali menjadi vampire yang angkuh dan sok seperti biasanya. Ia berhasil, tapi sayangnya ia membawa serta Bonnie bersamanya. Jadilah kelompok Elena heboh. Keadaan makin pelik ketika kota Fells Church semakin kacau akibat ulah Sinichi dan Misao. Kedua monster ini merasuki anak-anak dan remaja, membuat anak-anak melakukan apapun yang jahat dan mengerikan, termasuk merencanakan Tengah Malam ketika anak-anak itu akan “berperang” melawan orang tuanya sendiri.

             Sekuat tenaga, Elena, Matt, Meredith, Stefan, dan juga Mrs Flowers bahu membahu mempersiapkan diri demi melawan kejahatan yang ada. Rumah mereka bahkan sempat disambangi oleh dua siluman rubah yang berusaha mengambil kembali bola bintangnya. Pertempuran pun berlangsung seru, dan saat itulah terkuak siapa jati diri Meredith yang sebenarnya. Ia adalah seorang pemburu-pembunuh yang sudah terlatih dalam membasmi mahkluk-mahkluk kegelapan. Karena keadaan makin genting, mereka berbagi tugas. Stefan dan Elena akan menyusul Damon ke Dimensi Gelap, sementara Matt, Meredith dan Mrs. Flowers harus berjuang menyelamatkan Fell’s Church.

Petualangan di Dimensi Gelap pun dimulai lagi. Elena behasil menemukan Bonnie dan Damon, dalam keadaan selamat dan Damon telah jadi vampir yang kuat lagi. Tapi, mereka kini punya tugas untuk mendapatkan satu dari tujuh harta kitsune agar bisa menyelamatkan Fell's Church. Dan, dimulailah petualangan mereka menembus padang es. Di Fell’s Church, petualangan Matt dkk juga tidak kalah seru. Mereka harus melawan serangan sihir para kitsune dan menyelamatkan anak-anak yang belum kerasukan. Waktu Tengah Malam kian mendekat, dan mereka akhirnya mengetahui siapa musuh yang sebenarnya. Misao dan Sinichi ternyata hanyalah bawahan. Ada musuh lain yang jauh lebih kuat, lebih berbahaya, dan lebih dekat dari yang selama ini mereka kira. Mereka harus berjuang sekuat tenaga, membuktikan keberaniannya an juga pengorbanan, demi menyelamatkan kota tercinta.

Secara cerita, Midnight jauh lebih seru ketimbang The Shadow Souls. Lebih banyak adegan pertarungan di Fell’s Church ketimbang di Dimensi Gelap sehingga membuat novel ini terasa lebih hidup dan tidak terlalu absurb. Sihir dan “kekuatan klise yang mampu mengatasi segalanya” juga kurang begitu banyak muncul, buku ini benar-benar penuh dengan aksi laga yang memuaskan. Alih-alih membasmi musuh dengan “kibasan sayap-sayap pembinasaan”, Elena dkk harus berjuang jatuh bangun demi menyelamatkan kota dan teman-temannya. Ada banyak twist di novel ini, selain jati diri Meredith yang sebenarnya. Terkait Caroline dan para polisi di kota sebelah yang ternyata bukan manusia biasa, tentang Mrs. Flower yang ternya bukan wanita tua biasa, dan—akhirnya—tentang Damon. Ada sesuatu tentang Damon di akhir buku ini yang pasti membuat para penggemarnya teraduk-aduk emosinya. Saya ngak mau spoiler karena twist ini begitu mengejutkan.





Untuk edisi terjemahan, ada beberapa typo yang sudah muncul di depan. Tapi jumlahnya kurang dari lima dan saya yakin tidak akan begitu mengganggu para penggemar Damon. Penerjemahannya juga lancar, mampu mempertahankan suasana muram dan genting di sepanjang cerita. Begitu juga keputusan si penerjemah untuk menggunakan kata-kata gaul tanpa dicetak miring, menurut saya sudah pas karena seri Vampire Diaries ini memang bisa digolongkan ke novel ala teenlit dengan bahasa pergaulan tetapi tidak alay. Ada dua kutipan yang mungkin bisa menjadi bahan renungan kita bersama tentang manusia.

Orang-orang di sini sama seperti orang-orang di mana-mana. Perlakukan mereka sama seperti kamu ingin diperlakukan, dan semuanya akan baik-baik saja.” (halaman 560).

Semua orang tersambung. Tak ada yang sendirian.” (halaman 609)

So sweet .... Jadi kepingin berlari menyongsong para sahabat.

MySpace

No comments:

Post a Comment