Judul : Manx Mouse
Penulis : Paul Gallico
Penerjemah : Maria Lubis
Penyunting : Abu Ibrahim
Sampul& Ilustr.:Ella Elviana
Penerbit : Media Klasik
Fantasi (Mahda Books)
Tebal : 227
halaman/April 2011
Selalu ada
imbalan untuk keberanian, dan petualangan yang seru serta mengasyikan untuk
dialami. Ada
beragam pelajaran kehidupan yang dapat direguk, serta teman dan musuh terbaik
dalam perjalanan kehidupan. Ada
beragam tantangan yang bisa menjadikan kehidupan itu sendiri menjadi utuh,
tidak sempurna memang, tapi utuh. Nilai-nilai inilah yang bisa diperoleh
pembaca dari novel simpel namun membawa pesan yang sangat besar ini Manx Mouse.
Embel-embel
“Buku favorit J.K. Rowling” yang tercetak di sampul depan novel inilah yang
pertama menggugah rasa penasaran saya terhadap novel indah ini. Kisahnya
sendiri sangat simpel, yakni perjalanan seekor tikus manx dalam menjelajahi daratan
Inggris. Alkisah, seorang pengrajin keramik tua berhasil membuat sebuah patung
keramik berbetuk tikus yang luar biasa. Begitu hidupnya patung keramik itu sehingga entah bagaimana patung itu benar-benar
hidup dan menjadi seekor tikus manx yang bisa bergerak. Tikus itu berwarna
biru, memiliki kaki belakang seperti kanguru dan telinga yang panjang seperti
seekor kelinci lucu. Ia juga tidak punya ekor. Ia adalah tikus manx satu-satunya di
dunia.
Maka
dimulailah perjalanan sang tikus manx berkeliling Inggris untuk menemukan
tujuan mengapa ia diadakan. Di perjalanan, ia bertemu dengan beragam
petualangan hebat. Pertama, ia bertemu dengan Clutterbumph, sang ketakutan itu
sendiri. Inilah hal pertama yang harus dihadapi oleh manusia saat berada di
dunia. Sejauh mana ia berhasil menaklukkan rasa takutnya, maka di situlah letak
kunci suksesnya. Lalu, tikus manx juga diajak terbang oleh seekor elang perkasa
dan menolong seekor rubah tua yang kelelahan dan sedang diburu oleh sekawanan
anjing dan kelompok pemburu. Di sebuah sirkus, ia bertemu dengan Nellyphanth,
gajah besar yang suka gugup di mana tikus manx berhasil membantu si gajah
menjinakkan kegugupannya sendiri.
Di sebuah
sekolah, ia bertemu dengan gadis baik bernama Wendy. Disinilah si tikus manx
tertangkap oleh guru-guru Wendy yang menganggapnya tidak lebih dari sekadar
sebuah specimen. Demi ilmu pengetahuan, mereka rela melakukan apa saja—bahkan
melanggar etika kemanusiaan dan mengabaikan perasaan. Lalu, ada juga harimau penakut yang menyesal
karena rasa penasarannya telah membuatnya terlibat dalam masalah. Sering kali, keinginan
kita begitu besarnya hingga imbalannya tak sepadan dengan pengorbanan yang
diberikan. Kadang kala, apa yang telah kita miliki, itulah yang terbaik.
Sayangnya, kita sering kali terlambat menyadarinya.
Lalu, ada pula ketika tikus manx
biru itu dijual di sebuah toko binatang peliharaan. Pemiliknya benar-benar
tamak dan culas. Ia berusaha menjual tikus unik ini dengan harga jual yang
setinggi-tingginya. Bahkan, tikus manx sampai dianggap sebagai barang lelang
yang kemudian diperebutkan banyak orang. Pada akhirnya, si pemilik toko yang
tamak malah kehilangan semua harta dan juga tokonya karena ketamakan dan
keculasannya itu.
“Manx mouse di atas landasan pilarnya
menatap para hadirin lelang itu dan bertanya-tanya, bagaimana begitu banyak
orang yang jelas tampak terhormat, dengan pakaian yang indah, bisa tampak
begitu liar karena ketamakan. Keinginan apa yang bisa membuat wajah mereka begitu
merah padam, mata mereka menyipit, dan mulut mereka cemberut serta ganjil.”(161).
Dalam setiap petualangannya,
tikus manx mengalami warna-warni kehidupan. Ada pengalaman menyenangkan dan menakutkan,
ada sahabat terbaik dan musuh terculas, ada tempat terindah dan tempat paling
buruk, ada orang baik dan ada orang jahat. Namun, kemanapun ia pergi, ia selalu
diingatkan pada takdirnya bahwa seekor tikus manx adalah milik kucing manx yang
tinggal di Pulau Man. Pada akhirnya, kepada kucing itulah ia harus memasrahkan
nasib dan ujung dari perjalanan kehidupannya. Dan, karena semua orang berkata
demikian, maka tikus manx yang awalnya tidak punya rasa takut dan tidak takut
apapun, kini menjadi takut dengan sosok kucing manx. Dengan berat hati, tikus
mungil ini akhirnya harus menghadapi ujung perjalanannya sebagai mangsa si
tikus manx.
Tapi, pada akhirnya, ia
membuktikan bahwa ia tidak boleh menjalani kehidupannya tanpa berbuat apa-apa.
Ia memutuskan untuk maju dan berjuang, untuk melawan dan berbuat sesuatu. Bukan
untuk melawan takdir yang telah ditetapkan olehnya, tapi lebih untuk mencoba
berupaya secara maksimal sebelum memasrahkan semuanya ke tangan sang takdir.
Lagipula, tak ada yang benar-benar mengetahui takdir kehidupannya selain Tuhan
sang pencipta.
“… bahwa dia, manx mouse, hari
ini akan berjalan dengan tenang ke kerongkongan Manx Cat. Dia telah datang ke sana dengan tekad kuat
untuk menghadapi nasib apa pun yang akan menunggunya, tetapi tidak berarti dia
akan mengalah saja tanpa perlawanan” (217)
Perjalanan tikus manx tampaknya
simpel, tapi sesungguhnya dalam perjalanannya yang singkat itu ia telah mengkritik
sekaligus menyindir kecenderungan-kecenderungan negatif dari diri setiap kita:
ketakutan, ketamakan, egoisme, pengecut, keinginan-buta, pengkhianatan, tidak
pernah merasa cukup, dan takut terhadap
takdir. Pada akhirnya, si kecil manx mouse mengajarkan kepada kita agar tidak
takut dengan musuh terbesar kita, yakni ketakutan kita sendiri.
Mereka yang
terbukti tetap maju dan berjuang--meskipun orang-orang lain mengatakan bahwa
pada akhirnya ia akan kalah--adalah seorang pejuang kehidupan yang sejati.
Mereka tidak takut pada nasib dan sanggup menanggung risiko dalam kehidupannya.
Dan, keberanian mereka terkadang menghasilkan imbalan yang sangat manis, ditambah
dengan sedikit hadiah-hadiah yang menyertai jalan keberaniannya, yakni
petualangan seru, sahabat-sahabat baru, dan pelajaran hidup yang luar biasa
berharga.
… Aku harus pergi dan mencari kucing manx di mana pun dia berada, dan
menghadapinya langsung tak peduli apa pun yang terjadi, dan tidak takut (217)
ayo, berjuang terus ! :)
ReplyDeleteterus lah meresensi sampai kelak karyamu giliran diresensi orang lain
Deleteaku suka ending ceritanya. :)
ReplyDeleteMe too ;))
Delete