Search This Blog

Thursday, May 10, 2012

Diary of A Wimpy Vampire, Diari si Vampir Tengil 2


Judul     : Diary of A Wimpy Vampire, Diari si Vampir Tengil 2
Penulis   : Tim Collins
Ilustrasi  : Andrew Pinder
Penerjemah        : Harisa Permatasari
Penyunting         : Musa Annaqi
Penerbit            : Kantera, 285 halaman


            Pengen tahu bagaimana kalau seorang vampire abg lagi galau? Silakan simak puisi abadi karya Nigel ini:

Kupikir kau berbeda
Ternyata kau sama saja
Serakah dan egois
Dan tak tahu malu
Seandainya aku memerhatikan
 Apa yang tertulis dalam brosur Ayah
 Aku mungkin tidak punya denyut nadi
Tapi kau benar-benar mati

            Bagi yang belum kenal dengan Nigel, ia adalah seorang vampir mudayang diubah menjadi vampire pada saat usianya masih abg. Akibatnya, ia membawa ketengilan, kegalauan, dan segala asesoris seorang remaja canggung pra-puber bersamanya dalam keabadian. Seri ini merupakan kelanjutan dari Diary si Vampir Tengil pertama yang sama-sama ditulis dalam bentuk  diari, lengkap dengan gambar-gambar-gambar ekstra tengil dan luar biasa mengocok perut seperti model The Diary of Wimpy Kid.

 Natal ala vampire, menikmati puding darah B positif :p

            Jika di buku pertama Nigel belum mendapatkan pesona dan kekuatan vampirnya, maka di buku kedua ini Nigel digambarkan secara lebih baik lagi, walaupun nasibnya masih tetap saja mengenaskan. Hubungannya dengan Chloe mulai renggang karena gadis itu terus-menerus membujuk Nigel untuk mengubahnya menjadi mahkluk abadi. Nigel yang sudah berubah jadi vampire selama lebih dari 85 tahun tentu saja menolaknya. Ada kegetiran luar biasa dalam keabadian, ketika kau tidak pernah memejamkan mata, ketika kau terkena migren parah saat melihat salib atau simbol-simbol agama lainnya, atau langsung sakit kepala mendadak begitu mencium bawang putih. Menjadi vampire juga berarti harus siap bermusuhan dengan setiap binatang serta langsung terpicu insting membunuhnya saat bertemu manusia serigala. Begitu mungkin alasan Nigel yang enggan mengubah Chloe jadi vampire.

            Apa dia tahu betapa “tersisih” yang kaurasakan jika kau seorang vampire? Berkeliaran di tengah mmalam karena kau tidak tidur, menghindari sinar matahari karena menyakiti kulitmu, dengan lelah melihat dekade demi dekade berlalu dan tren terus berulang-ulang, dan bertanya-tanya apa akan lebih baik jika seorang pembasmi vampire memenggal kepalamu dan mengakhiri semua ini. (hlm 85)

            Di seri ini, yang entah mengapa seperti memplesetkan Twillight, Nigel bertemu dan harus bersaing dengan seekor manusia serigala. Walaupun diceritakan di sini bahwa vampire dan manusia  serigala adalah musuh abadi, namun Tim Collins mampu mewujudkan perseteruan itu lewat hal-hal remeh seperti berebutan pacar atau lomba lari dengan kecepatan supranatural, ibaratnya melihat Edward dan Jacob saling berlomba lari—hanya saja Edward yang ini kurus kering dan jerawatan hihihihi.

            Membaca Diari si Vampir Tengil ibarat membaca ironisasi kehidupan vampire yang gejalanya sempat merajalela era Twillight beberapa tahun dulu. Walaupun dalam seri ini vampire tetap digambarkan dengan segala kelebihan dan pesonanya, namun vampire dalam pandangan Nigel adalah vampire yang canggung, kikuk, dan tidak populer. Ia memang abadi, tulangnya cepat tumbuh saat patah.  mampu berlari dengan kecepatan puluhan kilometer per menit,  bisa bermain X-box semalaman tanpa mengantuk; tapi Nigel begitu keras berupaya untuk menjadikan dirinya sebagaimana abg-abg normal di luar sana. Dalam sejumlah curhatnya yang asli bikin ngakak, Nigel menyiratkan betapa vampire itu tidak sekeren yang kita lihat di depan TV. Ini adalah curhatan dari si vampire abg sendiri lho. Mungkin, jika ia diubah jadi vampire saat usianya 20-an, Nigel akan berpikiran lain.

            Pernah, Nigel berdandan ala punk dengan memakai model pakaian Gotik, telinga bertindik (palsu), eyeliner tebal, kaus baju zirah logam, dan celana hitam dengan banyak risleting. Dengan pakaian itu, Nigel merasa dirinya cocok sebagai Pangeran Kegelapan dan ia akan memakainya sampai kapan pun sebagai lambang bahwa ia adalah vampire yang derajatnya lebih bangsawan daripada manusia fana, dan tanda bahwa ia tidak akan tunduk pada aturan cara berpakaian manusia, tapi …

            Aku tidak perduli kalau Ayah dan Ibu tidak menyetujui penampilanku. Akhirnya aku terlihat seperti seorang pangeran kegelapan terkutuk yang tidak peduli pada aturan kehidupan manusia. Sudah pasti, aku tidak akan memakainya ke sekolah. Itu sama saja dengan meminta detensi atau hukuman dari para guru (hlm 104)

Prince of Dorkness (Pangeran Keculunan)

*ngakak guling-guling* masak ngaku vampire yang gak takut sama aturan umat manusia, tp dia sendiri malah takut kena hukuman di sekolah hadeh

            Masih banyak lagi tingkah aneh dan tengil si Nigel ini yang pasti akan membuat kita mengkoreksi ulang pandangan kita tentang sosok vampire tampan yang pernah menghiasi layar televisi dulu, tentunya dengan cara yang luar biasa konyol. Pada intinya, walaupun lebih banyak tengil dan konyolnya, Nigel sebenarnya hendak membawa sebuah pesan penting, terutama bagi para adik-adik remaja yang tengah bingung dengan identitas dirinya. Yakni, jadilah dirimu sendiri, yang terbaik dari dirimu sendiri. Kamu adalah dirimu sepenuhnya, jalanilah itu dan jangan berupaya untuk mencoba menjadi seperti orang-orang lain karena dirimu adalah dirimu sendiri, sepenuhnya.
            

No comments:

Post a Comment