Search This Blog

Tuesday, March 27, 2012

Takdir Elir

Judul : Takdir Elir 
Penulis : Hans J. Gumulia 
Penata letak : Mulyono 
Pem. Aksara : Reyner Nabeel 
Proofread : Bonmedo Tambunan, Dina Begum, Adit H. Pratama 
Pencpt. hikayat : Ami Raditya 
PR : Truly Rudiono 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Mengkristal bersama Vandaria 
               Ungkapan inilah yang mungkin dirasakan oleh para pembaca yang pertama kali membaca, dan kemudian jatuh cinta dengan dunia Vandaria. Dibentuk sekitar tahun 1999-2000, Seorang Ami Raditya sukses membangun sebuah universe yang begitu kompleks bernama Vandaria. Sebuah dunia dengan lini masa sepanjang ribuan tahun dengan aneka kisah, mitos, dan legendanya sendiri. Sebuah dunia unik dengan legenda kaum frameless, para raja dan ksatria pemberani, hingga penyihir dan makhluk-makhluk eksostis yang memenuhi ekspektasi para pecinta genre fantasi. Begitu luasnya alam Vandaria, sehingga penulisnya pun merasa kewalahan untuk mengisi tiap jengkal dari tanah dan waktu di Vandaria, sehingga Raditya kemudian mengajak para novelis, komikus, animator, pembuat game, musisi, atau siapapun yang terpesona dengan dunia Vandaria untuk bersama-sama mewujudkan dan membesarkan sebuah alam fantasi hasil kolaborasi anak negeri yang tidak kalah dengan Middle Earth-nya Tolkien. Sebuah konsep open world atau shared world dimana setiap orang dipersilakan mengisi alam Vandaria dengan kreativitasnya. 

                Dari sejumlah novel bersetting dunia Vandaria, telah ada tiga buku yang diterbitkan, masing-masing Ratu Seribu Tahun oleh Ardani Persada, Harta Vaeran oleh Pratama Wirya, dan Takdir Elir oleh Hans J. Gumulia. Saya berkesempatan untuk mulai mencintai dunia Vandaria lewat Takdir Elir (terima kasih atas kepercayaan yang diberikan). Kisah dibuka dengan perkenalan 5 tokoh utama yang disebut-sebut akan menentukan takdir Elir, sebuah benua terpencil di dunia Vandaria yang terancam terkoyak oleh perang. Adalah Rozmega (seorang gadis-ksatria dari kaum frameless), Liarra V. Flavianus (gadis flameless flavian), Sigmar Arvhelon (petualang pemberani dari gurun), Althor Serenade (Raja dari Kerajaan Serenade), dan Xaliber Reginhild (Raja Kerajaan Vandergaard); lima orang terpilih untuk menyelamatkan Elir. Dua raja yang disebut terakhir adalah raja dari masing-masing kerajaan yang hendak saling berperang di Elir. 

               Dimulai dari sebuah petunjuk dari para Vanadis (Dewa-Dewi bangsa Vandaria), Pendeta Agung memerintahkan Rozmega untuk berangkat ke Elir untuk menyampaikan pesan perdamaian kepada dua raja yang hendak saling berperang, Xaliber dan Althor. Di saat yang sama, di Hutan Tenteram Raz’Vinel di benua Elir, Liarra telah terpilih sebagai pemegang busur legendaris Valuminaire milik kaum flameless flavian , yang secara gaib busur ajaib itu langsung melontarkan Liarra ke Padang Pasir Tak Bernama di utara Elir. Takdir seolah telah menjalin kisah pertemuannya dengan Sigmar, sang pemuda dari gurun pasir, yang ternyata juga ditakdirkan untuk memiliki senjata pusaka kedua. Bersama-sama, mereka berdua kemudian menuju tengah gurun untuk menemukan belati pusaka. Perpaduan petualangan yang biasa kita lihat dalam game dan film akan kita temukan dalam upaya pencarian mereka berdua. 

                 Sementara, Rozmega juga telah sampai di Elir. Di sana, ia kurang mendapatkan sambutan yang meriah karena ia dijebak oleh bandit. Namun, dengan keyakinan bahwa masih akan ada setitik cahaya terang dalam kegelapan, ia mampu melewati cobaan yang datang menghadang—tentu dengan bantuan tak terduga dari para Vanadis yang mengirimkan api naga untuk menyelamatkannya. Singkat kata, Rozmega berhasil mendatangi Althor dan Xaliber secara berurutan, seraya menyampaikan surat dari Sang Pendeta Agung yang meminta agar masing-masing pihak menahan diri. Saat itu, Liarra dan Sigmar yang berpetualang sampai kerajaan sihir di utara Elir tiba-tiba ditransportasikan secara sihir, masing-masing ke kemah kubu Serenade dan kubu Vandergaard. Kelima orang yang disbeut-sebut sebagai penentu takdir telah dipersatukan. Dan ketika kelimanya saling menyentuhkan masing-masing senjata pusakanya, kelimanya mendapati sebuah fakta yang mengejutkan. Bersama-sama, kelimanya harus bersiap menghadapi seorang tukang sihir berbahaya yang mengancam akan menghancurkan kedamaian di Elir. 

               Terlalu tipis, begitu impresi saya ketika menyelesaikan Takdir Elir karena kisahnya yang memikat namun terpaksa harus berhenti sejenak untuk menunggu sekuelnya. Buku ini memang hendak diterbitkan dalam bentuk trilogi. Kelebihan dari buku ini adalah kisahnya yang ditulis dengan runtut dan rapi, tidak berbelit-belit sehingga mudah untuk mengikuti alurnya. Ditambah dengan setting alam Vandaria yang telah eksis, mejadikan Takdir Elir mampu mengisi celah kosong di linimasa Vandaria, sekaligus sukses mengajak pembaca untuk mulai mencintai Vandaria. Saya yakin, setting alam Vandaria yang telah disusun mapan oleh Raditya memiliki banyak peran dalam proses utuhnya novel ini, sehingga penulis bisa berfokus pada alur cerita dan karakterisasi, menjadikan novel ini sebagai novel fikfan yang matang. 

                 Hanya saja, karakter-karakter di dalamnya agak sedikit mudah ditebak, walaupun penulis sangat piawai dalam membangun karakter-karakter yang unik. Rozmega sangat orisinal, Liarra cukup anggun sebagai frameless cantik, sementara Sigmar adalah semacam karakter yang sifatnya “harus ada” dalam setiap kisah-kisah petualangan. Ketiga karakter inilah yang mampu menghidupkan Takdir Elir . Namun, karakter Althor dan Xaliber sedikit terlalu “lurus” bagi saya, terlalu banyak kemiripan di antara keduanya; yakni sama-sama raja yang baik, tampan, pemberani, dan dicintai rakyatnya. Entahlah, mungkin karena porsi penceritaan kedua tokoh yang tidak sebanyak tiga tokoh pertama. Alur cerita di sepertiga bagian ke belakang juga saya rasa agak terlalu cepat karena saya masih ingin larut dalam alam Vandaria sebelum menuju klimaks di bagian penghujung akhir novel. Tetapi, elemen dan dasar cerita dalam Takdir Elir telah dibangun dengan mantap dan baik sekali, sehingga membuka peluang yang sangat bagus untuk sekuel-sekuel berikutnya. Semoga, alam Vandaria mampu membuai lebih banyak petualang dan orang-orang kreatif untuk turut membangun bersama di dalamnya. 

8 comments:

  1. wow! proofreadnyaaa! gak suka covernya, kenapa sih harus tokoh kartun, padahal klo liat ripiunya nih kayaknya baguus

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iya, kapan ya kita bisa ikutan jd proofreader juga gegegege itu covernya kayak gt soalnya didalamnya juga ada animasi2 yg digambar oleh siapa gt

      Delete
  2. Proofreadernya tiga orang boo'.. *keren.
    Ini buku seri pertama atau langsung selese ceritanya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buku pertama, critanya masih menggambang dan sangat "belum selesai" #elap keringet

      Delete
  3. Buzzz Buzzz Buzzz
    lam Kenal

    Nice review, jadi mo cari bukunya
    thanks

    Salam Madu Juga sengat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga buk buk buk ... salam buku hehe

      Delete