Search This Blog

Monday, January 30, 2012

Clara’s Medal

Judul                          : Clara’s Medal
Pengarang                  : Feby Indirani
Penyunting                  : Miranda Harlan, Melvi Yendra
Penyelaras aks           : Noviyanti Utaminingsih, nunung Wiyati
Cetakan                     : 1, September 2011
Penerbit                     : Mizan Publika




“saat mimpi terasa mustahil, mungkinkah kita berharap pada semesta?”

            Inilah sebuah novel tentang MESTAKUNG, sebuah konsep temuan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. yang sudah menelurkan bakat-bakat baru dalam dunia fisika dan membawa mereka berprestasi di tingkat dunia. Inilah novel tentang pembuktian konsep “semesta memberikan apa yang kita inginkan, hanya ketika kita benar-benar memikirkan, berfokus, dan berjuang sekuat tenaga untuk menuju ke arah itu”. Lebih dari itu semua, inilah novel tentang perjuangan para bakat-bakat muda yang telah mempercayai sekaligus membuktikan kebenaran dari konsep MESTAKUNG, bahwa setiap perjuangan pasti ada imbalannya, tidak ada yang sia-sia.

            Adalah FUSI (Fisika Untuk Siswa Indonesia), sebuah lembaga yang bergerak dalam penggemblengan 16 bakat fisikawan terbaik dari seluruh Indonesia. Lembaga ini menyeleksi seluruh peserta Olimpiade Fisika Nasional untuk kemudian dipilih 16 siswa terbaik yang akan digembleng, diasramakan, dan dididik secara intensif selama 5 bulan dengan materi fisika yang sepadan dengan 8 semester kuliah di jurusan fisika. Mereka-mereka ini ditempatkan sedemikian rupa dengan latihan intensif, pembelajaran yang terus-menerus hingga tercipta kondisi kritis, yakni proses ketika terjadi pengaturan diri sendiri—dan individu-individu lain di sekitarnya—sehingga memunculkan potensi nan luar biasa dahsyat. Sederhananya, ketika diri ditempatkan dalam kondisi kritis, dipaksa untuk mengerahkan segenap potensi, maka setiap molekul di alam (termasuk dalam diri kita) akan menempatkan diri sedemikian rupa untuk membantu kita mengeluarkan yang terbaik.

            “Pada dasarnya, ketika sebuah unsur memiliki tujuan, maka seluruh dirinya akan memancarkan energi untuk  mencapai tujuan itu. Dan, ketika unsur-unsur pendukung satu tubuh memiliki tujuan yang sama, akan terjadi penyatuan energi yang menimbulkan pancaran kuat ke alam semesta.” (hlm 358)
           
Dan, Clara adalah salah satu dari 16 anak muda terpilih itu. Lolos dalam seleksi olimpiade tingkat provinsi, gadis muda ini menjadi satu-satunya wanita yang berhak mendapatkan pelatihan intensif di FUSI. Belajar bersama, menguji soal, mendalami teori, membaca buku-buku tebal, semuanya harus ia lakukan bersama 15 cowok remaja yang pasti sedang ajaib-ajaibnya di usia itu. Karena berasal dari seluruh Indonesia, para peserta FUSI membawa serta kebiasaan dan cerita baru, yang satu demi satu dirangkai dan dijalin indah oleh Clara. Inilah hiburan alias selingan paling indah yang dialami Clara dalam 5 bulan menjalani hari-hari super ketat di FUSI. Ibaratnya, FUSI adalah Indonesia mini dengan pribadi-pribadi yang berlainan wataknya—kesamaannya mungkin satu, rata-rata mereka kutu buku, luar biasa cerdas, dan suka senewen kalau belajarnya diganggu hehehehe.

Aneka kisah dijalin apik dalam FUSI. Lewat Clara’s Medal, penulis dengan apik mampu menuturkan apa saja yang dialami oleh para peserta pelatihan FUSI yang dididik untuk mengikuti olimpiade fisika internasional. Bagaimana Clara dan teman-temannya harus belajar sampai jam dua pagi, bagaimana mereka harus membaca buku setebal 5 cm hanya dalam satu minggu, bagaimana mereka harus menyelesaikan bundel-bundel latihan soal yang super tebal, hingga betapa kuatnya perjuangan anak-anak terpilih ini demi bisa mewakili Indonesia di ajang internasional. Yang lebih menariknya lagi, kisah pada kutu buku fisikawan ini juga dibumbui dengan aroma dunia anak muda, yang membuatnya tidak membosankan. Diceritakan dari sudut pandang Clara (dan alam beberapa bab juga dari sudut pandang sejumlah peserta yang lain), Clara’s Medal benar-benar mencerminkan apa yang dialami dan dirasakan Clara sebagai remaja. Terlepas dari kumpulan jagoan fisika, FUSI juga diwarnai dengan indahnya persahabatan, ketatnya persaingan, bumbu-bumbu romantisme, serta berbagai candaan remaja tanggung yang kadang suka slengean.

Alurnya yang maju dan kemudian mundur di beberapa bab sempat membuat saya bingung, namun ternyata alur mundur itu hanya dibatasi dalam beberapa bab, selebihnya terus maju. Ini menjadikan pembawaan Clara’s Medal begitu berwarna—sebagaimana para peserta FUSI yang juga beraneka ragam. Kisah-kisahnya dijalin dengan apik, dengan beberapa kejadian pemantik yang seru, mulai dari ditangkapnya Bagas (salah satu peserta FUSI yang paling smart tapi cenderung asosial dan--uhuk--disukai Clara), insiden kecurangan yang dilakukan salah satu peserta FUSI (dengan meracuni peserta lainnya) hingga kegalauan hati Clara akan semua yang ia hadapi.
           
Novel ini juga mengajarkan kita akan pentingnya memiliki tujuan, tetap berfokus pada tujuan, serta berupaya memiliki semangat dalam mencapai tujuan tersebut. Juga tentang perbedaan dari orang bijak dan orang pintar (“Orang pintar itu berusaha menyelesaikan masalah, sementara orang bijak menjauhi masalah), tentang keberanian untuk tetap mencoba meskipun kegagalan selalu menghantui, tentang berfokus pada keberhasilan yang ingin dicapai alih-alih pada kegagalan, dan juga tentang fakta bahwa fisika itu asyik jika didalami.

Catatan: Saya kok juga kurang cocok sama covernya yang seperti majalah remaja, emang sih anak fisika belum tentu kuper dan berkaca mata tebal, dalam novel ini Clara digambarkan memang seperti model remaja, tapi kok posenya kurang mencerminkan semangat kompetisi dan ilmu pengetahuan *maaf sok tahu* hihihihi

7 comments: