Search This Blog

Friday, July 29, 2011

The Day of the Jackal

Judul               : The Day of the Jackal
Penulis            : Frederick Forsyth
Penerjemah    : Ranina B.Kunto
Penyunting      : Adi Toha
Pemeriksa Aksara     : Dian Pranasari
Pewajah isi      : Dinar R. Nugraha
Tebal               : 609 halaman
Cetakan          : 1, Juni 2011
Penerbit          : Serambi Ilmu Semesta





Bagian satu: Anatomi Sebuah Perencanaan


Perburuan dimulai, perencanaan disiapkan, transaksi besar diatur, perbincangan dan intrik politik rahasia diadakan, dan seorang kepala negara pun terancam. Perhatian, ini hanya fiksi, namun beberapa bagian di dalamnya adalah fakta, termasuk kisah kehidupan presiden Perancis paling termasyhur, Charles de Gaule dan organisasi teroris OAS (Organisation L’Armee Secrete). Semua diawali oleh kebencian, yang menjurus pada tuduhan pengkhianatan. OAS adalah para mantan loyalis Perancis yang berjibaku di IndoChina dan ALjazair. Demi negaranya, mereka rela mengorbankan hidupnya agar Perancis bisa berjaya di Asia maupun Afrika. Namun, semuanya berbalik ketika Charles de Gaule mendukung kemerdekaan Aljazair dari Perancis. OAS merasa telah terkhianati, Dan mereka marah, sedemikian marah hingga memutuskan untuk menghabisi Charles de Gaule atas nama Perancis versi mereka.

            Seorang pembunuh dipilih, ia adalah anonim bagi kepolisian Perancis maupun OAS sendiri. Sang pembunuh adalah tukang tembak jitu, berbadan tegap, berpikiran analitis, dan luar biasa berbahaya. Nama sandinya adalah Jackal atau Jakal. Dialah yang terpilih oleh OAS untuk menghabisi presiden Perancis. Dan, ibarat anak panah, sekali terlepas maka tidak ada jalan untuk mundur. Sang Jakal menyetujui perintah itu dengan bayaran tinggi, dan ia tidak bisa dihentikan. Tidak ada data tentang dirinya. Orang hanya mengenalinya sebagai orang yang tinggi dan pirang. Si Jakal benar-benar membuat polisi—sebagaimana kata  Lebel—“meraba-raba dalam gelap!”

            Perencanaan pun dibuat, dan pembaca dipaksa untuk sedikit bersabar menghabiskan lembar demi lembar bagian pertama ini. Bagaimana tidak, sesabar di Jakal, penulis menguraikan seluruh perencanaan eksekusi rencana pembunuhan itu dengan begitu detailnya. Mulai dari pembuatan dan pemilihan senapan, pembuatan paspor dan kartu identitas palsu, jati diri sosok yang dipalsukan, sampai pemilihan sudut tembakan dan cat warna rambut serta bola mata diuraikan dengan begitu detail. Sungguh luar biasa karena pasti dibutuhkan ketelitian tingkat tinggi bak  seolah detektif untuk menulis novel sedetail ini. Perhatikan detailnya!


Bagian Dua: Anatomi Perburuan Manusia
            Serapi-rapinya rencana, upaya pembunuhan terhadap presiden Gaule pun tercium polisi Perancis. Mereka melakukan segala daya upaya yang memungkinkan demi menemukan sang Jakal. Di bawah komando deputi komisioner Claude Lebel. Tampaknya, Jakal telah menemukan lawan seimbangnya. Lebel dengan pengalamannya mampu menguraikan benang kusut yang menyelubungi si pembunuh bayaran ini. Walau semuanya masih serba meraba-raba dalam gelap, namun secarik petunjuk muncul. Dan lewat komando Lebellah maka perburuan terhadap Jakal diitensifkan. Dari sini, alur kejar mengejar mulai memanas. Pembacaan memasuki bagian aksi, dan sekali lagi, detailnya membuat pembaca geleng-geleng. Pembaca seolah diajak untuk mengikuti bagaimana Lebel dan Jakal saling kejar mengejar dan kucing-kucingan. Semuanya diuraikan dengan begitu wajar, metodis, dan sangat terencana.
           
            Di bagian dua inilah, alur dan latar belakang cerita mulai menyatu. Pembaca mulai mengerti apa dan siapa si Jakal, bagaimana latar belakang di Lebel, dan betapa rumitnya situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para politikus Perancis. Seolah-olah penulisnya turut menghadiri rapat rutin yang dilakukan oleh para petinggi kepolisian Perancis. Perlahan tapi pasti, sang pemburu mulai diburu. Perhatikan detailnya!


Bagian Tiga : Anatomi  Pembunuhan
            Adegan pengejaran, pengengeledahan, pencegatan, hingga pemeriksaan kartu identisa mewarnai bagian akhir dari novel ini. Simak pula tips dan langkah cerdik yang digunakan sang Jakal untuk menghindar dari polisi, bagaimana ia menyembunyikan senjata, dan teknik apa saja yang ia keluarkan. Di sini, akhirnya tembakan dilepaskan dan Gaule? Yah, Anda harus membaca novel tebal ini sendiri untuk mencari jawabannya. Bagaimana nasib sang Jakal? Dan, yang lebih utama, siapakah si Jakal itu sebenarnya. Perhatikan detailnya!


Bagian Empat: Anatomi Review (Maksa :p)
Sekali lagi, perhatikan detailnya, dan Anda akan terpukau ada novel semendetail ini. Membacanya laksana mengamati detail-detail dari sebuah film aksi. Deskripsinya yang sangat vivid, alur kronologisnya yang luar biasa runtut tapi terarah, pemilihan karakter yang begitu utuh, dan latar-belakang historisnya yang serba-cocok; kita ibarat memutar sebuah sinematografi tentang upaya pembunuhan presiden Perancis di tahun 1963. Detail ini mungkin didapatkan oleh Forsyth karena ia pernah bekerja sebagai wartawan Reuters di Perancis. Perhatikan, wartawan! Pantas deskripsi tempat, waktu dan latar sejarah yang ditampilkan begitu memukau.

Begitu memukau dan mendetailnya novel ini, sejumlah peristiwa besar dunia turut diinspirasi olehnya. Pembunuhan presiden Israel, Yitzak Rabin pada tahun 1995, konon diilhami oleh novel ini mengingat si pembunuh menganggapnya sebagai semacam “buku manual”. Bahkan, metode pembuatan paspor dan kartu identitas palsu dalam novel ini pernah ditiru dan diujicobakan … dan berhasil. Sungguh, The Day of the Jackal amat sangat pantas dimasukkan dalam 100 novel kriminal terbaik sepanjang masa.

Detailnya yang mengagumkan—terutama—merupakan kelebihan paling utama  dari buku ini. Penerjemahannya juga luar biasa, membacanya jadi  tiak terasa janggal walaupun buku ini begitu kental dengan berbagai jargon-jargon Eropa Barat. Konteks dan ketegangan yang disampaikan pun mampu terbangun dengan baik. Hanya saja, membaca novel yang termasuk tebal ini memang memaksa kita untuk lebih bersabar—terutama pada bagian-bagian awal. Namun, hujan detail itu akan terbayar dengan eksekusi yang mantap di setengah bagian akhir. Benar-benar memukau.




11 comments:

  1. "Bahkan, metode pembuatan paspor dan kartu identitas palsu dalam novel ini pernah ditiru dan diujicobakan … dan berhasil"

    Oya?? Tapi emang sih pemalsuannya menginspirasi :) :)

    ReplyDelete
  2. Yak, sudah aku perhatikan detailnya! Sampe ke anatomi yang maksa juga! hehehe...

    Dion, yg paling diinget kok meraba-raba dalam gelapnya seh? wkwkwk... *kaburrrr*

    ReplyDelete
  3. @mbak annisa: hehehe saya blm punya paspor...coba yuk hihihi

    @mbak fanda anatomi meraba-raba dalam gelap jiahhhh ...*sembunyi di garasi pake jaket plus terpal

    ReplyDelete
  4. Ayo belajar pada Jakal Dion...
    jago dalam hal strategi dan jago dalam hal cewek juga, termasuk jago dalam menyamar jadi bencong. wkwkwkwkwk

    ReplyDelete
  5. Eh eh ada typo di bagian paragraf akhir. hehehe

    Baca review kalian bikin aku makin nggak sabar ngabisin buku ini. Gambarimasu

    ReplyDelete
  6. @ine: hahaha iya ada bagian bencong juga ya hohoho amit-amit dah

    @Aleetha: iya typonya tiak hahaha ... sory aku blm bisa koment temen2 yg lain, net kantor lemot hiks pdhal repiu kalian mengoda u/ berkomentar

    ReplyDelete
  7. uff maaf postingan saya terlambat. tadi malam sudah tak sceduled post karena pagi ini saya tidak bisa terhubung ke internet. tapi gak tahu kenapa blogger gak mau posting otomatis.
    bagi saya, kelemahan dari buku ini ada di halaman 97 baris - baris akhir, karena di sana akhir dari novel ini sudah bisa ditebak.
    untung kelemahan ini bisa ditutupi dengan detil itu tadi. kalau bukan karena detil yang mantap, mungkin saya berhenti membaca di halaman 97 deh. he he he

    ReplyDelete
  8. rupanya mas dion ini mau jadi penerus Mas Forsyth ya? bikin reviewnya sampe maksa pake bab anatomi review segala... wkwkwk...

    ReplyDelete
  9. halam 97 bagian apa mas? bukunya dah masuk ke rak hehehe jd bagian koleksi.


    mas @tanzil hahaha anatomi maksa gara-gara terlalu hanyut sama detailnya xixixixi

    ReplyDelete
  10. saking detilnya pengungkapan Forsyth, laptopnya yang menulis novel2 thriller kemudian, diincar sama Amerika.
    wkwkwkwk

    ReplyDelete