Search This Blog

Thursday, June 2, 2011

BEASTLY


Judul               : Beastly, Beauty and The Beast Abad 21
Penulis             : Alex Flinn
Penerjemah      : Harisa Permatasari
Penyunting      : Prisca Primasari & Esti A.Budihabsari
Proofreader     : Ocllivia D.P.
Cetakan           : 1. Maret 2011
Tebal               : 409 halaman
Penerbit           : Mizan


            Tidak ada yang kurang dari seorang Kyle Kingsbury. Berbadan atletis, tinggi, rambut pirang, mata biru, masih belia, anggota tim olah raga sekolah, anak orang kaya pula; semua itu sudah lebih dari cukup untuk menjadikannya pujaan cewek-cewek satu sekolah. Semua kesempurnaan seorang cowok SMA seolah-olah telah ada dalam diri Kyle, kecuali satu, hatinya tidaklah setampan wujud fisiknya. Karena terbiasa dipuja dan populer, Kyle terbiasa pula mengejek dan mem-bullyteman-teman lain yang tidak seberuntung dirinya. Begitu jeleknya hatinya, hingga seorang penyihir berusia setua zaman dan semuda fajar pun terusik untuk memberinya sebuah pelajaran, sebuah pelajaran berharga yang tidak akan pernah dilupakan oleh Kyle. Ia mengubah Kyle  menjadi monster buruk rupa, seburuk hatinya.

            “Karena sekarang kau sudah buruk rupa, di bagian dalam, bagian yang paling penting … kau beastly—sangat kejam.” (hlm. 25)

            Begitulah, persis seperti dongeng Beauty and The Beast, cerita ini kemudian bergulir dengan manis dan penuh percikan cinta dunia SMA ala New York. Kyle yang semula pangeran sekolah kini berubah menjadi monster buruk rupa akibat mantra sakti sang penyihir. Dan, seperti yang bisa kita tebak, mantra sakti itu hanya akan terpatahkan ketika ada seorang gadis yang mau mencintai “monster Kyle” tanpa syarat, mencintai hatinya dan bukan tampangnya—sesuatu yang selama ini sangat dibanggakan oleh Kyle. Perubahan wujud dari tampan menjadi “amit-amit menjijikkan” tentu merupakan pengalaman yang luar biasa menyiksa, terutama bila itu terjadi pada diri seorang anak muda paling tampan di sekolah. Kyle dan ayahnya berjibaku sekuat tenaga demi mencari obat atau dokter bahkan orang pintar yang dapat mengembalikan wajah dan tumbuh Kyle menjadi manusia normal. Namun, semuanya sia-sia. Untuk mengubah bagian luar, maka bagian dalam mesti diperbaiki dulu, kira-kira begitulah inti dari mantra itu.

            Namun, tidak ada yang sia-sia di dunia ini, termasuk diubah menjadi buruk rupa sekalipun. Dalam kondisinya yang sekarang, Kyle mulai melihat, menyadari, dan menghargai hal-hal sederhana yang dulu sering kali ia abaikan. Melalui Will yang buta, ia menemukan seorang teman sejati. Lewat pelayannya, Magda, ia menemukan keluarganya yang sebenarnya. Dan, melalui Lindy, ia mulai bisa berani berharap. Menggunakan kuasa dan harta ayahnya, Kyle mengusahakan untuk “menawan” Lindy di rumahnya, memaksanya untuk mencintainya. Namun, cinta yang dipaksakan tidak akan pernah berhasil, dan seiring dengan cintanya yang semakin bertumbuh pada diri Lindy, Kyle sadar bahwa cinta yang tulus itu tidak memenjarakan.

            Akhirnya, Kyle membebaskan Lindy, sebagai bukti bahwa ia mencintainya. Melalui Lindy, Kyle belajar untuk juga mencintai hati. Dan, mantra sang penyihir terbukti mampu memberikan pelajaran hidup yang luar biasa berharga, hingga Kyle merasa “bersyukur” karena telah diubah menjadi buruk rupa. Ia bisa melihat hal-hal baik dalam sesuatu yang buruk, dan menguak beragam hal yang buruk dalam sesuatu yang terlihat baik. Ia pun mengubah namanya menjadi Adrian, untuk identitas sekaligus hati yang baru.

            “Jika aku tidak diubah menjadi seperti sekarang, mungkin aku tidak akan pernah tahu apa saja yang sudah kulewatkan dalam hidup ini. Setidaknya sekarang aku tahu. Seandainya aku akan menjadi makhluk buruk rupa untuk selamanya, maka hal itu akan jauh lebih baik daripada diriku selama ini. (Hlm. 303)

            Karena memang ditulis berdasarkan dongeng Beauty and The Beast, pembaca pasti sudah bisa menebak akhir dari dongeng modern ini. Namun begitu, dua jempol patut diacungkan untuk sang penulis, Alex Flinn, yang dengan piawai mampu memindahkan setting kastil dan hutan dalam buku-buku cerita bergambar ke gedung bertingkat dan taman kota di New York. Kisahnya pun ditulis dengan sangat segar, memadukan dongeng dengan kehidupan anak sekolahan tipikal Amerika yang  tidak jauh dari cinta, baseball, malam dansa, dan … ehem … ciuman. Di dalamnya, pembaca muda akan menemukan mutiara-mutiara kearifan cinta, sementara pembaca dewasa akan menemukan kedewasaan dalam merajut dan memupuk cinta. Bahwa cinta adalah sesuatu yang patut untuk diperjuangkan, semahal dan sejauh apa pun cinta itu berada. Sungguh sebuah perpaduan apik antara keindahan dunia dongeng dan romansa dunia modern.

            Terkadang, untuk berubah menjadi lebih baik, kita harus mengalami sendiri “menjadi sesuatu yang sangat tidak kita inginkan”. Karena, hanya dengan merasakan sendiri lah maka pelajaran itu akan terus menancap dalam relung jiwa. Kyle telah membuktikan sendiri bahwa keindahan fisik hanyalah sementara, sementara keindahan hati adalah yang utama. Penampilan memang penting, tapi mempercantik hati juga jauh lebih penting. Semoga, lewat Beastly ini semakin banyak orang yang menemukan cinta sejati mereka. Cinta yang bukan bertopang pada fisik semata, tapi juga dari ketulusan jiwa dan pengorbanan untuk mencintai. Buat cewek-cewek, jangan liat tampang dan isi dompet cowok doank—sesekali, lihat seberapa tulus dia mencintai Anda. Buat para cowok, carilah cewek yang tidak hanya cantik, tapi juga mau menghargai cintamu dengan tulus. Intinya, Cintailah dia yang mau mencintaimu karena kamu tulus mencintainya. Buat someone, terima kasih karena telah terlebih dulu mencintai hatiku, jauh sebelum kamu mencintai fisikku. Buat Penerbit Mizan, terima kasih telah mencintai saya dengan menghadiahkan novel luar biasa ini. Buat teman-teman semua, aku cinta kalian semua. Muuahhh  ^_^   

3 comments: