Search This Blog

Monday, May 9, 2011

The Magicians' Apprentice

Judul                : The Magician Apprentice (Murid Sang Penyihir)
Penulis              : Trudi Canavan
Penerjemah      : Berliani M.Nugrahani
Penyunting        : Esti Budihabsari dan Nur Aini
Proofreader      : M. Eka Kurniawan dan M. Kadapi
Ilustrator isi       : Sweta Kartika
Tebal                : 959 halaman
Cetakan           : 1, Februari 2010
Penerbit            : Mizan Fantasy


             Selamat datang di Kyralia, negeri berbatas Sachaka, tanah yang kaya akan sihir dan bakat-bakat mempesona, di mana kalian akan menemukan rangkaian intrik yang terbalut kabut sihir merumitkan. Jika Anda ingin melihat sihir dalam bentuknya yang sejati, bacalah The Magician’s Apprentice karya Trudi Carnavan ini. Daratan Kyralia menawarkan masa ketika para penyihir masih begitu berkuasa atas umat manusia. Masa-masa ketika di daratan utara-timur, para penyihir masih menganggap manusia non-penyihir sebagai para budak. Inilah masa ketika sihir masih menjadi sesuatu yang begitu elemental, rapuh, dan sekaligus perkasa. Ketika itu, sihir tersimpan dalam diri setiap orang, namun hanya beberapa yang terpilih saja yang bisa meraih dan menggunakannya.

            Adalah Thessia, seorang anak pelayan biasa yang mengabdi pada seorang pemilik tanah-penyihir hebat bernama lord Dakon. Suatu saat, Thessia dipojokkan oleh Penyihir Sachaka bernaman Takado, dan dalam keadaan terdesak, keluarlah sihir alaminya. Saat itu baru ketahuan kalau Thessia adalah seorang penyihir alami, jenis penyihir yang paling kuat jika dididik dengan benar. Dari seorang gadis asisten penyembuh, Thessia  pun ia mulai meniti jalan menuju seorang penyihir penyembuh—sesuatu yang selama ini diharamkan keberadaannya di negeri Kyralia maupun di Sachaka. Dengan bantuan Jayan—teman magangnya—serta sang guru nan bijaksana, Thessia terseret dalam pusaran konflik politik antara dua kerajaan besar, Kyrralia dan Sanchaka. Ketika desa indah mereka diserang oleh seorang penyihir kejam Sachaka, Thessia pun mau tidak mau harus terjun langsung ke kancah pertempuran—karena dia adalah seorang penyihir.


            Bab demi bab berjalan menanjak dan sarat ketengangan seiring dengan semakin dekatnya perang besar antara Kyralia dan Sachaka. Thessia mau tak mau turut terjebak di dalam duel sihir serta intrik-intrik politik. Uniknya, perang dalam buku ini benar-benar lebih mirip duel sihir jarak jauh ketimbang perang kontak fisik konvensional. Pertempuran dengan pedang dan tombak memang masih ada, namun perisai sihir dan sinar panas gaib lebih mendominasi halaman demi halaman dalam novel ini. Semakin ke tengah, konfliknya juga semakin terbangun dengan puncaknya ketika ibukota Kyralia terkepung oleh para penyihir Sachaka.

            Di tengah kepungan konflik dan ancaman sihir itu, ikatan cinta mulai terbangun diantara Thessia dan Jayan. Thessia juga berhasil menemukan bakat barunya, yakni menggabungkan antara kekuatan sihir dan teknik penyembuhan. Ternyata, selain untuk meremukkan tulang, sihir juga bisa digunakan untuk meluruskan posisi tulang yang salah posisi. The Magician Apprentice juga menawarkan sedikit pelajaran anatomis—lebih mirip teknik pengobatan tenaga dalam—serta gambaran tentang kondisi masyarakat Eropa di abad–abad lampau. Inilah yang membuat buku tebal ini tidak terasa membosankan untuk dibaca berlama-lama.

            Lalu, apakah Kyralia akan jatuh ke tangan Sachaka? Mengingat buku ini merupakan prekuel dari Magicians’ Guild, pembaca yang telah terlebih dulu membaca trilogi The Black Magician Trilogy pasti bisa menebaknya! Mungkinkah kemenangan itu berbalik? Apakah para penyihir Kyralia bisa memukul mundur para penyihir Sachaka dan berbalik menyerang? Bagaimana kelanjutan kisah cinta Thessia dan Jayan? Apakah Thessia kelak bisa menjadi seorang penyihir-penyembuh? Ada banyak sekali kejutan yang lebih baik Anda baca sendiri melalui buku ini.

            Dengan detail yang menawan dan karakter-karakter yang terbangun dengan sangat kuat, The Magician Apprentice benar-benar sebuah novel yang sepenuhnya disetir oleh ketegangan. Sihir yang ditawarkan didalamnya juga tidak tanggung-tanggung—bahkan terkesan di luar batas pemahaman. Alih-alih hanya mengubah seseorang menjadi kodok atau membuat benda melayang-layang, sihir di daratan Kyralia adalah sihir yang mampu melumatkan tulang dan mengisutkan kulit. Sihir di sana juga mensyaratkan seorang penyihir untuk menyedot sari sihir yang ada dalam diri budak dan manusia taklukkan. Intrik dan cerita pendukung dalam novel ini juga dibangun dengan sangat baik, sehingga jalinan cerita yang ada adalah cerita yang benar-benar baru dari buku-buku tentang penyihir lain.

           Sekali lagi, berhati-hatilah saat membaca The Magician Apprentice karena pesona yang ditorehkan Canavan melalui buku ini terlalu kuat untuk diabaikan. Akhirnya, ada satu kutipan yang sangat saya sukai dari buku ini:

            “Kalian akan membuktikan bahwa seseorang tidak perlu menjadi penyihir agar memiliki kekuatan dan pengaruh untuk mengalahkan musuh.” (hlm. 750).

No comments:

Post a Comment