Search This Blog

Friday, April 1, 2011

Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken

Judul                : Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken
Pengarang        : Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup
Penerjemah      : Ridwana Saleh
Penyunting        : Andityas Prabantoro
Proofreader      : Emi Kusmiari
Cetakan           : I, Maret 2011
Tebal                : 282 halaman
Penerbit            : Mizan

Peringatan bagi Anda yang memutuskan untuk membaca buku ini:

            Anda termasuk ke dalam sedikit orang terpilih yang bisa memasuki aula suci ini. Di sini akan Anda temukan semua buku yang ditulis sepanjang sejarah umat manusia. Saat ini kami mengisi rak dengan buku-buku yang masih ditulis. HATI-HATI!

Dua saudara sepupu, Berit dan Nils mengalami petualangan istimewa mencari sebuah perpustakaan ajaib yang ada di bawah gunung.  Semua dimulai ketika Berit  memungut sepucuk surat yang terjatuh dari tas wanita misterius bernama Bibbi  Bokken, yang kemudian berlanjut menjadi sebuah petualangan korespondensi penuh intrik-intrik ala Empat Sekawan yang seru.
Bersama dengan setiap kiriman buku-surat, Nils dan Beit pun menemukan semakin banyak fakta misterius tentang Bibbi Bokken. Dari sini, kita bisa belajar banyak tentang sistem klasifikasi buku ala Dewey yang sering digunakan untuk menandai buku-buku di perpustakaan itu, misalnya saja, kode 010 untuk biografi dan 080 untuk koleksi umum, nilai filsafat dalam Winnie The Pooh hingga sejarah mesin cetak Gutenberg.
Ketika keduanya akhirnya berhasil menemukan perpustakaan dengan rak buku sepanjang 40 km, maka dimulailah petualangan kedua, yakni tentang perpustakaan berisi buku yang akan ditulis dan diterbitkan tahun depan. Bingung kan? Cari jawabannya dalam buku ini. Namun, sebelum halaman terakhir selesai ditulis, Nils dan Berit harus menghadapi satu lagi sosok penjahat yang berupaya menghalangi jalan mereka. bagaimanapun, sebuah petualangan akan terasa kurang greget tanpa kehadiran tokoh antagonis.

Hal paling mencolok dari buku ajaib ini adalah isinya yang hanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama, lebih seperti korespondensi antara Berit dan Nils terkait dengan sepak terjang Bibbi Bokken yang misterius menggunakan buku surat. Inilah kreativitas para penulis yang tampak pada penggunaan buku surat, yakni semacam buku catatan yang dikirim bolak-balik sehingga pengirim dan penerima bisa saling berbalasan melalui lembaran-lembaran buku itu. Sungguh metode yang kreatif dan jarang terpikirkan sebelumnya. Bukankah dengan jalan ini, file catatan bisa tetap tersimpan dengan rapi dan runtut karena terbundel dalam satu buku.
 Sementara, bagian kedua lebih menyerupai bentuk novel yang sebenarnya, dengan aksi-reaksi-puncak krisis-resolusi-catatan sejarah-intrik-ketegangan yang berbaur dan saling susul-menyusul. Seperti di Dunia Sophie, Gaarner mengajak kita untuk tersesat sejenak dalam dunia yang penuh imaji, penjelasan, sedikit filsafat, dan sentuhan petualangan.

Sungguh tak dapat dibayangkan, fantastis dan ajaib bahwa ke-26 huruf dalam alphabet kita dapat  dipadukan sedemikian rupa sehingga memenuhi rak raksasa penuh buku-buku dan membawa kita ke sebuah dunia yang tak pernah berujung.
Membaca Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken, saya teringat kembali pada kondisi ribuan perpustakaan di Indonesia yang sepi, bahkan beberapa diantaranya terancam ditutup karena minim pengunjung dan kurangnya dana untuk perawatan. Ironis sekali mengingat Bibbi Bokken yang seorang wanita tua saja berani membangun perpustakaan raksasa demi melindungi buku-buku sepanjang zaman. Dia bahkan sampai mengali gunung di Norwegia. Lalu, kapan kita akan mulai mencintai buku layaknya Bibbi Bokken yang mengabdikan hidupnya demi melindungi buku? Atau, paling tidak seperti Nils dan Berit yang langsung melambung gembira saat melihat buku? Bacalah buku, maka saat itulah buku akan mencintaimu! Sebagaimana kata Bibbi:
“Siapa yang bisa menemukan buku yang tepat, akan berada di tengah teman terbaik. Di sana kita akan berbaur dengan karakter yang paling pintar, paling intelek, dan paling luhur; di sana kebanggaan serta keluhuran manusia bersemayam. (hlm 226). Sungguh, Perpustakaan Bibbi Bokken layak menjadi bacaan wajib bagi para librarian dan juga pecinta buku!

              

No comments:

Post a Comment