Search This Blog

Thursday, March 2, 2023

Rasina (Sampel), Batavia dan VOC dalam Karya Terbaru Iksaka Banu

Judul : Rasina

Pengarang: Iksaka Banu

Tebal: 86 halaman (Sampel)

Terbit: Maret 2023

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia



Saya mendapatkan sampel awal novel Rasina atas kebaikan Steven (Ksatria Buku) yang menghubungkan saya dengan pihak KPG. Pihak penerbit lalu mengirimkan sampel Rasina yang rencana baru akan terbit 2 Maret 2023. Terima kasih Steven dan KPG.

Sampel ini memiliki stempel "Reading Copies" pada setiap halamannya. Bukunya sendiri tipis, hanya empat bab pertama dari keseluruhan manuskrip novel Rasina, serta tambahan cuplikan buku harian Henriek Cornelis Adam, kakek dari Jan Aldemaar Staalhart, salah satu tokoh utama dari Rasina.

Untuk lebih memudahkan mengikuti alur cerita, pembaca sebaiknya membaca dulu keterangan pada ilustrasi dan struktur organisasi VOC di awal buku ini. Keterangan ini akan sangat membantu karena dalam Rasina, kita akan menjumpai banyak istilah asing terkait jabatan di era VOC. Seperti sudah disebut di awal, tokoh utama dalam Rasina adalah Staalhart, seorang baljuw (atau sepangkat dengan kepala kepolisian) di Batavia.  

Dalam bertugas, seorang baljuw akan dibantu oleh landdrost (setingkat sheriff) yang bertugas mengurus ketertiban di wilayah Ommelanden (kawasan di luar tembok kota Batavia). Novel Rasina dikisahkan dari sudut pandang Joost Borstveld, Landdrost di Ommelanden Timur.

Bab satu memperkenalkan pembaca dengan sosok baljuw Batavia yang baru, Tuan Staalhart. Sosok ini sejak awal udah ada "aneh-aneh"nya dalam pandangan Borstveld. Selain masih bujang, bosnya ini juga sangat disiplin, teguh pendirian, punya harga diri tinggi, dan antisuap--sesuatu yg jarang ditemui dalam sosok pejabat VOC. Staalhart juga menunjukkan kepeduliannya pada nasib para budak pribumi. Dalam bab dua, kita akan melihat bagaimana kepribadian Staalhart ini lama-lama turut mempengaruhi bawahannya (meskipun diam-diam Borstveld masih mengunjingi bosnya itu di dalam hati).

Di bab 3, kita mendapat sedikit gambaran kehidupan warga Batavia di abad ke 17. Orang Eropa ternyata juga suka pamer harta. Hari Minggu saat beribadat ke Gereja menjadi ajang pamer harta dalam bentuk banyak-banyakan budak. Mereka yg terpandang akan membawa banyak budak bahkan sekadar untuk membawakan tas yg seharusnya bisa dibawanya sendiri.

Ikut tersenyum saat membaca curhatan  Borstveld. Dia pernah ditertawakan karena hanya membawa satu budak saat berangkat ke Gereja. "Budak kok hanya satu, itu budak apa selir?" Begitu kira-kira candaan rekannya.

Memasuki bab 4, situasi makin panas. Kebijakan baljuw baru rupanya bersinggungan dengan kepentingan seorang warga Batavia kaya yang selama ini suka bertindak sewenang-wenang. Tuan Staalhart dan Borstveld, dua petugas hukum ini mulai petualangan mereka dalam berbagai intrik yang melibatkan banyak petinggi penting VOC di Batavia. Sebelum kemudian, cerita terpotong oleh buku harian dari kakek Staalhart yang mengisahkan peristiwa tragis di Banda pada masa pemerintahan Jan Pieterzoen Coen.

Saya merasakan efek yang sama seperti saat saya membaca buku "Semua untuk Hindia" di novel Rasina ini. Iksaka Banu mengajak pembaca memandang sosok kompeni sebagai sosok-sosok manusia biasa, tidak jauh beda dengan kita. Jika selama ini kita sering memandang penjajah Belanda sebagai orang-orang bengis tanpa kemanusiaan, pengarang mengingatkan kita bahwa VOC juga terdiri atas banyak manusia-manusia. Di antara mereka ada yg baik dan taat hukum, juga memiliki belas kasih pada budak. Ada pula kompeni yang memang keji dan sewenang-wenang.

 yang tak kalah menarik, kita mendapat gambaran bagaimana situasi sosial ekonomi di Batavia pada abad ke-17 dan ke-18. Iksaka Banu bisa menyusun semua arsip sejarah terkait Oud Batavia ini dalam format cerita yang tidak membosankan sebagaimana materi sejarah seharusnya juga tidak membosankan untuk disimak.

1 comment:

  1. Penasaran ama isi novel ini. Tapi tebel banget. Hehe

    Eh, masdi bacanya yang samplenya ya. Ditunggu review lengkapnyaa :D

    ReplyDelete