Judul :
Shatter Me
Pengarang :
Tahereh Mafi
Penerjemah :
Dina Begum
Penyunting :
Prisca Primasari
Cetakan :
1, Oktober 2012
Sampul :
Windu Tampan
Tebal :
445 hlm
Penerbit :
Mizan Fantasy
Satu lagi novel bergengre dystopia yang meramaikan pasaran. Kali ini,
ada sebuah karya dari seorang penulis perempuan asal Iran yang membawa pembaca
menuju dunia Juliette, seorang gadis yang dikurung dikucilkan masyarakat
karena dianggap berbahaya. Juliette bisa membunuh seseorang hanya dengan
menyentuhnya. Dia adalah senjata hidup yang berjalan, kutukan maut yang
melenggang bebas di Bumi yang semakin hancur. Dia adalah ancaman. Karena
itulah, Juliette kemudian dikurung dalam sebuah penjara rumah sakit
jiwa, tidak mengetahui dunia luar, tidak ada yang peduli, terkurung sendirian,
dijauhi, dibenci. Sampai kemudian, datanglah Adam. Pemuda tampan itu tiba-tiba
dimasukkan begitu saja pada suatu hari atau malam ke dalam kamar sel
penjara Juliette, dan untuk pertama kalinya, keberadaan Adam membuat Juliette
kembali ingin bersentuhan dengan manusia lainnya.
Dituliskan dengan sudut pandang
Juliette, kita bisa mengamati kondisi jiwa dan pikiran si gadis yang sudah
begitu lama tak tersentuh dikucilkan ini. Dunia membencinya, orang-orang
menjauhinya karena sentuhan mautnya, karena itulah bagian-bagian awal buku ini
terasa begitu muram, lambat, dan membikin depresi, gelap sekali. Kita bisa
merasakan bagaimana menderitanya Juliette sampai dia seolah telah tiba pada
tahap ketika dia tidak peduli akan hidup atau mati. Dia membenci kutukan yang
menimpa dirinya. Sampai kemudian, kedatangan Adam dan persinggungannya dengan
pemuda itu kembali memantik bara-bara gejolak jiwa remaja kehidupan
dalam diri Juliette. Untuk pertama kali dalam hidupnya yang mengenaskan, dia
ingin menyentuh dan disentuh oleh Adam. Seluruh tubuhnya gatal ingin merasakan
sentuhan sang pemuda, juga disentuh olehnya. Tapi, haruslah Juliette
mengedepankan kegatelannya cintanya dan membuat Adam terbakar oleh
sentuhannya?
Belum selesai dengan Adam,
datanglah Warner. Sebagaimana Adam, pemuda ini juga memiliki perhatian khusus
terhadap Juliette. Untuk yang pertama dalam kehidupannya, gadis itu mendapati
ada dua pemuda yang tiba-tiba tertarik kepadanya. Hanya saja, sementara Adam
mungkin tulus mencintai dan ingin menyelamatkan Juliette, Warner menganggap
Juliette sebagai senjata dan dia ingin menggunakannya. Sekali lagi, Juliette
menyadari bahwa kutukan yang menimpa tubuhnya ternyata dianggap sebagai sebuah
kelebihan oleh orang lain. Gadis itu harus kembali mempertimbangkan kenyataan
yang menimpa dirinya, sentuhan maut yang dimilikinya itu, sebenarnya sebuah
kutukan ataukah kelebihan?
Ramuan cinta segitiga sepertinya
memang menguasai genre young
adult-dystopian di pasaran. Sebagaimana Bella-Edward-Jacob dan Katniss-Peeta-Gale,
dalam Shatter Me pembaca disuguhi
dengan perebutan satu cinta oleh dua pemuda: Juliette-Adam-Warner. Dalam buku
pertama dari trilogi ini, Juliette tampaknya lebih condong kepada Adam, entah
kalau di buku kedua atau ketiga, karena penulis zaman sekarang menurut saya
gemar sekali membuat twist yang
keterlaluan beloknya, bikin pembaca gemes. Karena dituturkan dari sudut pandang
Juliette, pantaslah kalau novel ini terasa begitu lambat dan muram di awal.
Perkembangannya mulai menanjak saat sampai di pertengahan buku, ketika Juliette
akhirnya mulai mengenal Adam dan Warner, serta munculnya sebuah dunia baru
dengan kedatangan kedua pemuda itu. Semakin ke belakang semakin seru.
Sangat disayangkan, mengapa
keseruan di belakang itu tidak lebih awal saja datangnya. Maksudnya begini, ada
terlalu banyak jeda dan mutar-mutar galau yang harus dialami Juliette sebelum
akhirnya dia tiba di titik ketika dia menyadari kutukan itu adalah kelebihan.
Terlalu banyak romantisme yang merentang antara jari-jari berkekuatan super milik
Juliette dengan tembok tebal yang bisa dihancurkannya dengan sentuhan. Ini
seperti kisah pencarian Rogue dalam X Men sebelum akhirnya dia bertemu Dokter
Xavier, kecuali ada tambahan romance yang luar biasa membludak di antara kedua
titik peristiwa itu. Seadainya saja, banyak adegan aksi disisipkan diantara relung-relung
romansa yang memenuhi hampir ¾ buku ini, pasti Shatter Me akan terasa lebih petjah.
Tentang
karakter, saya sebenarnya suka dengan karakter gatel Juliette yang
begitu menyakinkan, tapi jujur. Dia tidak menyembunyikan kegatelan
keinginan hormone remajanya yang meluap-luap, bayangkan saja seumur hidup
dilarang menyentuh orang dan kemudian dia tiba-tiba mendapati cowok yang dia
sukai ternyata ada di dekatnya, dan dia juga ingin menyentuhnya. Suka juga
dengan ungkapan-ungkapan hiperbolis yang sering diceletukkan oleh gadis ini.
Whoa, pipinya merona seperti gunung mau
meletus, senyumnya selebar Planet Jupiter, langit malam adalah segentong ter
yang mencekik leher kami. Sebaliknya, karakter Adam terasa sangat kaku dan
formal, tipe-tipe cowok hero standar yang berjuang hingga berdarah-darah demi
Juliettenya. Untuk Warner, saya masih belum dapat kenapa dia tiba-tiba bisa
ikut cinta tertarik pada Juliette. Karakter paling menyita perhatian
menurut saya adalah karakter Kenji yang ceplas-ceplos, urakan, dan dianugrahi
kepedean selebar planet Jupiter. Keberadaannya memusnahkan aura muram yang
menguasai buku ini. Sampulnya, wow! Tiga bintang untuk buku ini: satu untuk hiperbolis Juliette, satu untuk sentuhan dahsyatnya, dan satu untuk Kenji Mishimoto.
Saya jadi ingin membaca dua buku
selanjutnya. Semoha aroma Xmen semakin kuat di buku 2 dan 3.
Waah. Sudah dibaca aja. Aku juga pengen baca ini. XD
ReplyDeleteAkkk ayo Kang baca baca baca
Delete