Judul : George Marvelous Medicine
Pengarang : Roald Dahl
Ilustrasi : Quentin Blake
Halaman : 89 hlm
Terbit : 1991
Penerbit : Puffin
“Fiery broth and witch’s brew
Foamy froth and riches blue
Fume and spume and spoondrift spray
Fizzle swizzle shout hooray
Watch it sloshing, swashing, sploshing
Hear it hissing, squishing, spissing
Grandma better start to pray.” (p. 28)
“This book is for doctors everywhere,” demikian
bunyi kalimat pertama yang menyambut pembaca sebelum memasuki dunia George,
dokter-anak luar biasa yang kisahnya begitu konyol dan mengocok perut. Semua
berawal dari neneknya. George memiliki seorang nenek paling tidak menyenangkan yang bisa dibayangkan seorang
anak. Wanita tua itu pemalas, gemar sekali mencibir dan menyindir, tidak pernah
puas atau bersyukur, sakit-sakitan, tidak bersemangat hidup namun sangat
pemarah, dan suka menyuruh George seenaknya sendiri. George kecil yang tidak
tahan akhirnya hendak melakukan pembalasan dendam kecil-kecilan untuk neneknya.
Bukan pembalasan yang berbahaya, tapi cukup untuk membuat si nenek terkejut dan
(diharapkan) tidak memarahi George lagi.
Siang
itu, beberapa waktu sebelum waktu pemberian obat untuk nenek, George memutuskan
akan membuat obat untuk nenek hasil ramuannya sendiri. Kebetulan, di rumah saat itu hanya ada
nenek dan dirinya. Maka, dicarilah berbagai bahan ajaib ala George. Ia masukan
ke dalam ramuan obatnya bermacam benda di kamar mandi: shampoo, sabun, sikat
gigi, semir; lalu aneka cairan pembersih, juga cat, terpentin, bensin, bibit
kenari, bumbu kari, saos cabe, pewarna
rambut, dan semua bahan yang hanya bisa kita bayangkan. Begitu banyaknya
campuran yang masuk sehingga George lupa mencatat urutan dan isi obat ajaibnya.
Semuanya ia masukkan berdasarkan silogisme versi dirinya sendiri yang sangat
polos dan bikin ngakak. Misalnya saat hendak memasukkan obat untuk sakit
tenggorokan untuk kuda dalam campuran bahan obat:
“Grandma may not have a hoarse throat, but
she’s centainly got a sharp tongue. May be they’ll cure that instead.” (page
24)
Muahahahahahaha
*guling-guling di deket kuali
Ketika
akhirnya obat ajaib itu selesai—dan George menambahkan cat warna cokelat agar
ramuan itu warnanya sama dengan warna obat Grandma—maka dimulailah keajaiban
itu. Begitu meminumnya, tubuh Grandma mengalami kejutan-kejutan dan lonjakan-lonjakan
aneh, asap keluar dari mulut dan lubang hidungnya, ia merasakan kepanasan
sambil jungkir balik tak karuan. Keanehan berikutnya muncul, tumbuh sang nenek
meninggi—bukan membesar—sampai kepalanya menembusa atap. Ia merasa lebih
energik. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar menjadi pusat perhatian.
Sang
ayah yang tiba belakangan begitu terobsesi pada obat George. Mereka kemudian
mengujicobakannya ke seluruh binatang ternak, dan semua binatang itu pun
membesar begitu meminum obatnya. Setelah itu, ia memaksa George untuk
membuatnya lagi. Tapi, George lupa. Alih-alih jadi ramuan pembesar, obat baru
itu memiliki efek lain yang tidak kalah mengejutkan. Gimana nasib George
selanjutnya? Dan juga nasib sang nenek? Apakah seterusnya George berada dalam bayang-bayang
Grandma yang kejam? Ending dari buku ini begitu konyol dan menyenangkan, jadi
tenang saja karena tidak ada hal-hal suram di dalamnya.
Pantas
sekali jika Roald Dahl menjadi penulis favorit anak-anak. Ide-idenya simpel
namun mengena. Tulisannya reflektif sekali mencerminkan alam pikiran seorang
anak. Kreativitasnya—yang walaupun mungkin jayus
jika kita adalah seorang pembaca yang cerewet—patut diacungi jempol. Saya
merampungkan buku ini dengan tertawa-tertiwi puas karena kekonyolan di
dalamnya. Tapi, karena ada beberapa bagian yang melibatkan dendam dan
pembalasan, buku ini sebaiknya dibaca oleh anak usia 8 tahun ke atas, dengan
bimbingan orang tuanya tentu saja. So, kesampingkan dulu segala hal tentang editing
atau proofreading atau bolong logika atau kreativitas semu. Saat membaca
karya-karya Dahl, menikmati jauh lebih menyenangkan ketimbang mengkritisi.
Jempol sepuluh! I Like It bianget... ^_^
ReplyDelete