Search This Blog

Wednesday, April 17, 2024

Sumur Anjing Gila

Judul : Sumur Anjing Gila

Pengarang: Yudhi Herwibowo

Penerbit: Elex Media Komputindo

Tebal: 151 hlm

Cetakan: Pertama, 2024



Tuah sebuah desa adalah tempat wingitnya. Begitu juga desa Ujung Daun, yang juga disebut sebagai desa Ujung karena posisinya yang memang berada di ujung desa-desa lain. Keberadaan sebuah sumur tua angker menjadikan desa ini semakin ujung karena orang banyak cenderung menghindari pergi ke desa itu, apalagi ke sumur tua yang konon dihuni oleh arwah anjing-anjing gila. Dari bab awal aja, pembaca akan disuguhi adegan horor ketika para pekerja jalan tol harus menghadapi serangan asap asal gelap menyerupai puluhan anjing yang benar benar bisa melukai orang yang diserang. 

Bagaimana asal muasal keberadaan sumur anjing gila itu? Begitulah kisah ini dimulai dan bergulir. Puluhan tahun sebelumnya, desa Ujung Daun didirikan oleh sepasang suami istri dengan otak bisnis yang jitu. Dari jasa keduanya, desa itu menjadi makmur dan ramai dihuni orang. Tetapi begitulah, kekayaan dan keberuntungan senantiasa mengundang rasa dengki dan iri orang lain. Kisah diawali dengan kepala desa Ujung Daun, Madajatra, yang tengah mencari keberadaan kakaknya. Kuat dugaan dalam pikirannya, sang Kakak tersayang telah tewas di tangan anak dan istrinya sendiri. Dari keterangan seorang pemabuk tuak yang sering mangkal di lapak dusun, dia mendapatkan info kalau ada sosok misterius uang mengotong karung seukuran manusia ke arah sumut anjing gila. 

Pencarian pun dilakukan. Puluhan anak buah bahkan dukun dikerahkan untuk masuk ke sumur angker itu demi mengambil jasad kakaknya. Namun, seperti yang sudah diduga sebelumnya, korban malah berjatuhan. Anak buah dan orang suruhannya keluar sumur dengan banyak luka berdarah bekas cakaran anjing liar. Baru setelah menggunakan jasa paranormal bernama Ki Setro Bajrungan, isi sumur itu dapat dimasuki. Alih-alih mendapatkan jasad sang kakak, mereka malah menemukan dia kerangka manusia yang telah dimasukan ke situ sejak puluhan tahun sebelumnya. 

Milik siapa kedua kerangka itu, dan di mana keberadaan sang kakak? Kisah kembali bergulir ke masa lampau desa Ujung Daun. Ada sosok ayah dari Madajatra yang rupanya sudah turut meramaikan desa itu sedari awal dengan kemampuannya sebagai semacam Matri, lalu bagaimana kedua pasangan pendiri Ujung Daun mengelola tanah dan menghasilkan pundi-pundi keuangan. Ada juga kisah keluarga dari kakak Madajatra yang rupanya diwarnai dengan KDRT, kemudian dinarasikan juga bagaimana sejarah keluarga kepala desa itu, mengapa KDRT terjadi, berbagai kecurangan dan tindakan culas terkait politik dan suksesi kekuatan khas tahun 1980-1990an, juga misteri tentang pusaka yang bisa bersinar sendiri seolah mengerti saat diajak berkomunikasi. 

Pada akhirnya, seiring dengan bergulirnya kisah, misteri sumur anjing gila mulai terkuak. Mengapa anjing-anjing itu bisa melukai, mengapa sumur itu ada di sana, mengapa kisah desa Ujung Daun yang sepertinya sederhana ternyata dibangun dari banyak intrik politik dan perebutan kekuasaan yang berdarah-darah. Pada akhirnya, sebuah keangkeran kadang muncul karena dendam yang tak selesai. Ketika manusia dizalimi dan tak berdaya, mungkin dibutuhkan kekuatan dari alam gaib untuk menunjukkan isyarat pembalasannya. Sumur anjing gila menjadi contoh betapa setiap kejahatan akan terkuak juga pada akhirnya, dan semua perbuatan keji pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal. 

Membaca novel setebal 151 halaman ini berasa membaca sebuah cerpen misteri koran. Diksinya bagus, alur lancar dan sederhana sehingga sangat menyenangkan untuk diikuti. Pengisahan dituturkan begitu rapi, dengan flashback yang ditempatkan dengan pas, tidak membingungkan. Misteri dibangun perlahan, tapi tidak sampai membuat pembaca kesal karena petunjuk ditebar di seluruh bagian buku. Dari awal, pembaca diajak untuk menyimak dan mengumpulkan petunjuk, sambil.menikmati cerita dengan kejutan baru yang terus muncul. Saya suka dengan konsep novelnya yang lebih ke arah misteri dan bukan horor. Elemen horor memang kental dan ada, tetapi faktor manusia tetap menjadi pelaku utama. Pembalasan dendam pun diplot dengan pemikiran dan rencana tersembunyi. Sedikit agak kecepetan mungkin pada bagian akhir di bagian pembalasan dendam. Bagian eksekusi terlalu lancar jaya dan cepat, tapi menurut saya itu pun sudah cukup. 

Tidak ada yang murni putih atau murni hitam di kisah ini. Semua tokoh punya lebih dan kurang, gelap dan terangnya, sebagaimana sebagian besar kita. Saya sendiri tidak bisa sepenuhnya memihak di anu karena si itu ternyata juga punya pengalaman masa lalu yang membuatnya begitu. Demikian juga si itu yang ternyata memang punya dasar untuk melakukannya. Bahkan ada tokoh dari pihak 'jahat' yang saya sukai karena strategi pemikirannya. Pada akhirnya, cerita ini sebagaimana cerita-cerita bagus lainnya, mengingatkan kembali kepada kita bahwa selalu ada konsekuensi dari setiap tindakan yang kita pilih dan kita lakukan, juga bahwa hidup tidak selalu terlihat lurus dan begitu-begitu saja. Mungkin saja, ada misteri yang terpendam sekian lama, menanti untuk dibuka.

Keren sekali mas Yudhi, saya selalu suka kalau beliau menulis genre novel horor misteri begini. Selalu dapat feel horor tapi ga berlebihan, dan ada penjelasan yang dapat diterima. Buku ini bisa dibaca di Gramedia Digital sepertinya.

1 comment:

  1. Wah, jadi penasaran sama bukunya. Ini ada di gramdig keknya ya, masdi

    ReplyDelete