Search This Blog

Monday, July 8, 2019

Eksplorasi Dunia Penulis melalui buku Zen dalam Menulis

Judul: Zen dalam Menulis
Penyusun: Ray Bradburry
Tebal: 212 hlm
Cetakan: September 2018
Penerbit: Basabasi

"... bahwa semua fiksi sains adalah sebuah upaya untuk memecahkan masalah dengan berpura-pura memandang ke arah lain."

Buku Zen dalam Menulis menghadirkan kumpulan esai dan tulisan nonfiksi dari Ray Bradburry, pengarang novel Fahrenheit 451 nan legendaris tersebut. Kebanyakan isinya merupakan catatan-catatan hasil refleksi atau perenungannya dalam menjalani proses menulis sekaligus menjadi penulis itu sendiri. Ray berpedoman pada kredo bahwa untuk menjadi penulis yang sukses maka orang harus totalitas dalam menulis. Nasihat utama darinya, bahwa mumpung kita masih diberikan umur dan kesehatan serta kesempatan untuk menulis, jangan sia-siakan. Hidup telah memberikan sarana dan peluang, dan kita harus membalasnya dengan memberikan yang terbaik yang kita bisa. Dalam hal ini, seorang penulis harus mampu menghadirkan tulisan terbaiknya sebagai bentuk "bayaran" atas anugrah kehidupan. 

"Dengan melatih dirimu sendiri dalam menulis, dengan latihan yang diulang-ulang, imitasi, contoh baik, kau menciptakan sebuah tempat yang bersih dan terang untuk menjaga Inspirasi."

Selain menulislah selagi sempat, Ray juga berpandangan bahwa seorang penulis harus menjadikan menulis sebagai bagian dari kehidupannya. Bahwa menulis itu membahagiakan. Seolah-olah, penulis tidak akan bisa bertahan hidup jika dia tidak menulis barang sehari saja. Teorinya ini memang banyak benarnya. Hampir kebanyakan penulis sukses menulis rutin setiap harinya. Tentu, ada sementara penulis yang hanya bisa menulis ketyika ada ilham yang tiba-tiba menclok. Tapi, untuk kebanyakan penulis pemula, teknik terbaik untuk menjadi penulis (atau menyelesaikan tulisanmu) adalah dengan rutin menulis. Sebuah kutipan dari buku ini dengan indah sekali melukiskan mengenai hal ini:

"Pada akhirnya, usaha paling kecil sekalipun untuk menang berarti sebuah kemenangan." (hlm sampul belakang)


Esai-esai Bradburry di buku ini memang cenderung lumayan "berat" dibaca para penulis yang masih pemula, terutama karena pengarang menyembunyikan tips-tips praktisnya dalam belantara pengalaman kehidupan penulis. Untuk mendapatkannya, pembaca terlebih dulu harus bersabar membaca tulisan-tulisan yang menurut saya lumayan melelahkan. Menurut saya, cara penyajian seperti ini adalah gaya khas dari penulis era tahun 1970-1990-an--masa-masa ketika perpustakaan dan buku-buku menjadi sumber utama penulis dalam menulis.

"Dalam bacaanmu, pilihlah buku-buku untuk meningkatkan indra warna dan indra bentuk dan ukuran di dunia. ... Kenapa bersikeras dengan indra-indra ini? Karena untuk meyakinkan pembacamu bahwa ia ada di sana, kau harus menyerang setiap indranya, secara bergiliran, dengan warna, suara, rasa, dan tekstur. Kalau pembacamu merasakan matahari di dagingnya, angin menyibak lengan bajunya, maka kau memenangi separuh pertempuran."

Tapi, penyuka karya-karya serius akan menyukai esai-esai di buku ini, terutama bagian imajinasi dan tips "bekerja, relaksasi, dan jangan berpikir."Ray banyak menyinggung proses kreatif di balik penciptaan novel atau cerita pendeknya yang terkenal. Sumber-sumber itu banyak berasal dari kejadian sehari-hari yang dialaminya, hal-hal yang dulu pernah membuatnya ketakutan, atau terheran-heran. Dari situ, Ray kemudian memikirkan "bagaimana kalau seandainya begini dan bagaimana kalau seandainya begitu". 

"Dengan hidup sehat, dengan mengamati saat kau hidup, dengan membaca dengan baik dan mengamati saat kau membaca, kau telah memberi makan Dirimu Yang Paling Orisinal."

Ide-ide itu kemudian dieksekusi sehingga membentuk plot cerita untuk kemudian diolah menjadi sebuah cerita yang selesai. Inilah sebabnya Ray bisa dibilang produktif banget dalam menghasilkan ceriota pendek dengan tema-tema yang bisa dibilang ganjil tetapi futuristis. Para pembaca yang menginginkan bacaan nonfiksi tentang menulis yang berbobot pasti akan menyukai buku ini. Selain itu, buku ini juga diterjemahkan dengan cukup baik. 

"Jadi, tidak ada yang gagal. Semua berlanjut. Pekerjaan itu selesai. Kalau bagus, kau belajar dari situ. Kalau buruk, kau belajar lebih banyak. Tidak ada kegagalan kecuali kalau kau berhenti. Tidak bekerja berarti berhenti, kaku, menjadi gugup, dan karena itu destruktif untuk proses kreatif."









No comments:

Post a Comment