Search This Blog

Friday, May 27, 2016

Menguak Rahasia Para Penulis Bestseller Dunia

Sesekali, saya suka menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran buku yang abal-abal. Maksudnya pameran buku yang diselenggarakan bukan oleh IKAPI namun oleh EO EO lokal yang kadang masih sering rancu antara pameran buku atau pameran gamis terbaru #eh. Namun, harta karun sering kali ditemukan di tempat-tempat tak disangka, termasuk harta karun pustaka alias buku. Sesekali--eh berulang kali--saya malah menemukan buku-buku lawas yang sudah susah didapatkan di toko buku konvensional maupun toko buku on line di pameran-pameran buku setengah hati ini. Buku-buku karya penulis besar namun kurang promosi karena diterbitkan oleh penerbit-penerbit minor sering bisa ditemukan dalam pameran-pameran lokal begini. Di antaranya, saya memperoleh Aesop in Fableland dan buku Menyusuri Lorong-Lorong Dunia Jilid 1 yang sudah langka itu di pameran yang serupa. 

Beberapa bulan lalu, saya kembali berjuang menembus belantara gamis dan para umi dan abi yang sedemikian bersemangat dengan ghirah ber-Islamnya di sebuah GOR universitas di Jogja. Tidak lain tujuannya adalah untuk memburu harta karun pustaka sejenis. Tepat seperti perkiraan, pulau harta itu masih menempati lapak mangkalnya yang lama yakni di pojok tenggara GOR, tepat di samping panggung utama yang saat itu sedang ramai oleh riuh rendah seorang muda yang dengan bersemangat terus mengumandangkan konsep khilafah dan rekan-rekannya. Dan, dimulailah petualangan pencarian harta karun itu di tengah hiruk pikuk gelora semangat para anak muda religius itu.

Dengan uang Rp80.000; saya berhasil membawa pulang 13 eh 14 buku. Saya memang paling tidak kuat melihat buku-buku bagus yang dihargai sedemikian murah sehingga tanpa pikir lima kali langsung saya punggut untuk menambah timbunan dikoleksi. Buku-buku karya penulis yang sepemahaman saya memang memiliki tulisan yang bagus banyak diobral di lapak itu. Secara sampul, buku-buku itu memang masih kalah jauh ketimbang buku-buku terbitan mayor yang memasung pandangan itu. Buku-buku tersebut berserakan di atas terpal sederhana, dibalut sampul yang gelap dan segelnya tidak utuh. Namun, jangan ditanya isi dari buku-buku kurang promosi ini. Dalam banyak hal, buku-buku seperti ini bagi saya ditulis dengan lebih jujur. Buku-buku ini ditulis dengan idealisme tinggi penulisnya sehingga tema-tema yang diangkat pun cenderung kurang laku di pasaran, atau pangsa pasarnya hanya sedikit. 

Buku 'Ngudud' dan Kamus Berima adalah dua di antara harta karun yang saya temukan seharga Rp5.000 saja per buku. Buku lain adalah Rahasia Sukses Bestseller Dunia yang bahkan di Goodreads pun sampulnya belum ada. Buku-buku lain di antara karya Oscar Wilde terbitan Serambi dan juga buku-buku tentang sastra yang mulai saya kumpulkan sebagai referensi. Tapi, karena ini adalah blog buku, tidak afdal rasanya kalau postingan kali ini tidak ada ulasan bukunya. Kali ini, saya akan mengulas buku Rahasia Sukses Bestseller Dunia yang mungkin sudah sulit dicari di toko buku ini. Buku karya Hadjid Hamzah ini diterbitkan tahun 2006 (cetakan kedua) oleh penerbit Grafindo. Buku yang 'pasaran' mungkin, tidak jauh beda dengan buku-buku 'how to write' lain yang sekarang ini bisa dengan mudah ditemui di toko buku. Saya selesai membaca buku ini dalam lima hari (lama amat) dan saya dapati isi buku ini ternyata lebih dari ekspektasi awal saya.



JK Rowling, Agatha Christie, dan Stephen King; kita semua sudah akrab dengan karya-karya mereka. Nah, buku ini mengajak pembacanya untuk lebih mengenal kehidupan para penulis tersebut dan juga proses kreatifnya. Menariknya, buku ini juga turut menyinggung hal-hal 'menyimpang' atau unik dari para penulis dunia yang jarang kita eh saya ketahui. Misalnya saja, Rowling ternyata belajar menulis Harry Potter dari novel Jane Eyre dan tulisan-tulisan pujangga Inggris William Shakespeare. Dalam khazanah Sastra Inggris, Shakespeare sering digelari sebagai the bard alias sang juru cerita. Masih ingat kan The Tales of Beedle the Bard karya JK Rowling? Banyak hal dari Harry Potter memang mengingatkan kita pada nuansa Inggris klasik. 

Selain itu, buku ini juga mengulas penulis-penulis terkenal dunia namun jarang dapat perhatian di negeri kita. Misalnya saja Barbara Cartland dengan novel-novel romannya yang telah mencapai angka 500-an judul. Satu hal unik dari penulis ini adalah dia selalu menjadikan karakter utama wanitanya tetap perawan dalam seluruh karya romannya. Bandingkan dengan novel-novel roman Barat keluaran terbaru yang bahkan dari sampulnya pun sudah buka-bukaan wkwkwk. Selain itu, ada juga disinggung Agatha Christie yang konon sering memikirkan konsep untuk ide tulisannya dengan cara berendam di bak mandi sambil mengigit apel.

Buku bagus tidak melulu adalah buku keluar penerbit mayor dan terkenal. Jika kita pembaca yang jeli, sering kali harta karun pustaka itu tersembunyi di balik sampul-sampul lusuh di pojok bagian obralan. Asal kita tidak malas mengobrak-abrik lapak, sering kali harta karun itu telah menunggu di sana untuk ditimbun dikoleksi. Bonusnya lagi, karena masuk buku lama dan 'kurang laku,' kita bisa menebusnya dengan harga yang sangat murah. Buku adalah pengetahuan, maka dari itu ayo bersama-sama kita selamatkan dengan cara ditimbun dibaca dan dikoleksi. 

Seperti kata Miminnya @divapress01: "Membeli buku adalah membeli yang tak pernah rugi." 

4 comments:

  1. Vinjaaaam, Kang...
    *eh, Hannibal masih di aku, ding
    Abis ntu, yak.
    Maacih << kode maksa

    Miminnya DIVA Press yang MinCob, yes?
    Tulisannya ngeselinnn... >_<
    Nyindir2 ngena gitu, huhuhu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ember bocor banget mbak, ngejlebbb kok. Ini bukunya kutinggal di kantor kok, Mbak.

      Delete
  2. Nah, Lho? Saya masih latah membeli buku berdasarkan judulnya pernah menjadi hit di lini masa, atau karena penulisnya wara-wiri disebut di kalangan blogger. selama ini malah kerap mengabaikan buku yang nama penulisnya tidak terkenal, sampulnya yang pas-pasan, dan penerbitnya enggak terkenal. Setelah membaca ini, saya merasa harus mulai membaca buku-buku terkubur namun berkualitas.

    ReplyDelete
  3. Ternyata ya.... ketahuan deh habis kalap nggak bilang-bilang *eh*. Beli buku sudah, beli hape kapan, mas? 44444444444 ;p

    ReplyDelete