Judul :
MARRY NOW, SORRY LATER
Penulis :
CHRISTIAN SIMAMORA
Tebal : x +
438 Halaman
Terbit : Mei
2015
Kategori :
Dewasa
"Lebih baik mencintai yang
tak bisa kau miliki daripada memiliki seseorang yang tak balas mencintai."
(hlm. 362)
Saya
memberikan 4 bintang untuk buku. Yah, setuju sama teman-teman yang lain, tema
pernikahan yang digunakan oleh penulis berhasil menghasilkan sesuatu yang segar
dari si penulis dengan karya-karyanya yang khas itu. Masih menggunakan metode
#JBF, kali ini ditampilkanlah Jao Lee—seorang pengusaha muda pemilik gerai
resmi Shylock cabang Indonesia—yang menikahi Reina Hardiansyah (putri dari
pengusaha kaya). Ketika meninggal, Reina mewarisi perusahaan dan juga
utang-utangnya ayahnya kepada Jao. Dan, karena utang itu sedemikian besar
sehingga Reina sendiri tak yakin bisa melunasinya, dia mengajukan penawaran
kepada Jao semacam kompensasi untuk membayar utang ayahnya itu, yakni dengan
‘tidur’ dengannya.
"Perlukah jatuh cinta dulu supaya
bahagia?" (hlm. 66)
Jao yang
awalnya menerima tawaran Reina sebagai bentuk ‘bersenang-senang mumpung lajang’
ternyata hanyut dalam olah asmara bersama gadis itu. Sesuatu dalam dirinya
tersentuh, getaran halus cinta merabat dalam dadanya. Sebagai seseorang yang
terbiasa dipatuhi dan mendapatkan keinginannya, Jao tahu bahwa dia harus bisa
memiliki Reina seutuhnya. Jao kemudian menawarkan untuk menikahi Reina sebagai
pembayaran utang-utang ayah gadis itu. Reina—sebagai cewek merdeka—tentu saja
menolak mentah-mentah tawaran itu (meskipun yang menawari adalah pria idaman
jutaan wanita Indonesia). Tapi, semakin lama dia berpikir, semakin yakin dia
bahwa menikah dengan Jao adalah satu-satunya jalan keluar. Maka dengan sangat
terpaksa, menikahlah mereka.
“Karena lo terlihat sedih. Dan, orang sedih
tidak boleh sendiri.” (hlm 161)
Seolah itu
semua kurang drama, Reina memutuskan untuk minggat saat resepsi pernikahannya
dengan Jao, meskipun dia sudah sah jadi istri pria itu. Selama 6 bulan, dia
menghilang sampai akhirnya Jao menemukannya dan menjemputnya paksa. Meskipun
dilimpahi dengan cinta dan romantisme yang tumpah-tumpah, Reina tetap saja
membenci Jao. Pernikahan bersyarat itu seolah membuatnya buta dengan segala
kelebihan Jao yang bukan tidak mungkin tidak akan ditemukannya pada pria lain.
Tetapi, sedikit demi sedikit, dinding dalam hati Reina mulai meleleh seiring
dengan kasih sayang dan cinta yang dilimpahkan Jao kepadanya. Mungkinkah
akhirnya mereka bersatu?
“Nggak ada yang memalukan dari merasa gagal
dan kecewa. Yang justru bikin malu itu ketika lo memutuskan untuk menolak bangkit
dari keterpurukan itu.” (hlm 161)
Selain
berubah dari segi status (yakni pasangan menikah), dalam MNSL ini terasa banget
teknik tulisan yang semakin rapi (meskipun saya yakin banyak pembaca yang tidak
keberatan dengan gaya menulis ChrisMor yang khas tapi ngangenin itu), tidak
banyak kalimat aneh-aneh (meskipun saya ngakak jungkel pas ketemu
Ganteng-Ganteng Simamora), dan adegan dewasanya #uhuk sangat plus plus di buku
ini. Jangan baca buku ini pas puasa pokoknya karena *duh kipas-kipas*, tapi
saya sedikit lebih bisa memakluminya toh keduanya kan sudah resmi jadi suami
istri (meskipun sering berantemnya). Pokoknya bikin iri #eh
“Terkadang, seseorang baru menyadari
betapasedikit yang diketahui tentang pasangannya justru setelah menikahinya.”
(hlm. 4)
Satu lagi,
banyak sekali kutipan-kutipan bijaknya. Khasnya beliau ini adalah mampu bikin
kalimat-kalimat quotable yang simple namun ngena, dengan bahas elu-dan-gue tapi
entah gimana kok malah nampol banget. Saya rasa, inilah salah satu keuntungan
besar dari membaca novel, yakni kita bisa belajar banyak tentang kehidupan
tanpa harus menjalani sendiri berbagai pengalaman orang banyak. Kita hanya
tinggal duduk dan membaca kehidupan ratusan orang-orang yang berbeda, dan
kemudian belajar banyak dari cerita-cerita itu. Luar biasa kan manfaat membaca?
Woh. Dapet bintang 4 dari MasDi, berarti memang sesuatu bingits ya buku ini. Aku pengen segera baca juga deh.
ReplyDelete