Assassin’s Creed Black Flag

Judul : Assassin’s Creed Black Flag
Pengarang : Oliver Bowden
Penerjemah : Melody Violin
Cetakan : Pertama, Mei 2014
Tebal : 523 hlm
Sampul : Def
Penerbit : Fantasious

"Tidak ada jalan setengah hati menuju keberhasilan sejati." (hlm 413)

                Dalam seri-seri Assassin sebelumnya, Oliver Bowden telah mengajak pembaca memasuki dunia rahasia para assassin dan pertempuran mereka dengan ksatria Templar. Mulai dari daratan Inggris hingga pedalaman negeri Turki, kita telah diperkenalkan pada dunia kaum assassin yang berdarah-darah. Dan, kini, melalui seri Black Flag, pembaca diperkenalkan kepada dunia baru para pembunuh terlatih ini, yakni dunia di atas lautan. Dunia bajak laut.  Dan dalam buku ini, akan pembaca temukan petualangan  menerjang tujuh lautan ala bajak laut yang dipadukan dengan aksi tingkat atas dari sebuah novel  Assasin yang tidak tertandingi. Dua perpaduan dari dua petualangan yang (mungkin) belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya.

                 Edward Kenway memulai kehidupannya sebagai seorang pemuda desa yang suka mabuk-mabukan dan hanya piawai menggiring domba. Tapi, suatu malam, peternakan milik ayahnya dibakar oleh orang-orang Templar, dan sejak saat itu, sebuah takdir baru telah digariskan kepadanya. Sebuah takdir yang akan mengubah kehidupan Edward Kenway selamanya. Dari seorang pemuda desa hingga menjadi seorang privatir, kemudian bajak laut.  Terdorong oleh keinginannya mmebuktikan diri bahwa dirinya adalah seorang pria dan suami yang layak, Edward kemudian berusaha mengumpulkan uang dengan jalan yang resmi. Ia nekat mengajukan diri sebagai seorang privatir atau “bajak laut” resmi yang dipelihara oleh Kerajaan Inggris untuk merompak kapal-kapal milik negara yang menjadi musuh negara. Tetapi, kehidupan seorang privatir tidaklah seluruh kelihatannya. Dan intrik serta kejamnya lautan segera menggiring Edward Kenway menjadi seseorang yang lain: seorang bajak laut.

                Tanpa sadar, Edward telah dipaksa masuk ke dalam pekatnya perseteruan antara dua kelompok legendaries yang telah berperang sekian lama, yakni Ordo Assassin dan Ksatria Templar. Statusnya sebagai privatir yang membelot menjadi bajak laut tidak membebaskannya dari pertikaian antar kedua kelompok tersebut, terlebih ketika keduanya sama-sama mengincar sebuah harta pusaka paling besar di dunia kuno: Observatori atau Tempat yang Bisa Melihat Segala. Dan, masih terdorong oleh keinginan untuk menjadikan dirinya seorang yang kaya raya, Edward harus berjuang di dunia yang keras itu, terjebak dalam perselisihan antara dua kubu, berperang dan menebas serta menembak demi mempertahankan harga diri serta nyawanya, dan juga—pada akhirnya—prinsip kehidupannya. Pada akhirnya, seorang Edward Kenway harus memutuskan kepada siapa prinsip kehidupannya akan dilabuhkan. Ia tidak bisa selamanya menjadi seorang bajak laut. Ia harus memutuskan ke mana  kesetiaan dan kemampuannya akan diberikan: kepada Kaum Assassin atau Ordo Templar.

                Dengan detail sejarah yang menawan dan penggambaran dunia bajak laut yang luar biasa nyata, membaca buku ini mengingatkan kita kembali pada film Pirates of the Caribbean. Memang, hampir sebagian besar cerita dalam buku ini berlangsung dalam pulau-pulau indah di kepulauan Karibia, di tengah laut birunya, serta di atas kapal-kapal bajak laut yang megah. Cara penulis bercerita juga sangat deskripstif, seolah kita sedang menonton film bajak laut di dalam pikiran kita. Ini, plus satu lagi kelebihan dari seri assassin ini, yakni detail pertarungannya yang luar biasa rinci dan urut. Adegan perang dan pertarungan digambarkan dengan begitu apik, luar biasa mendetail, dan mudah dibayangkan. Begitu detailnya sampai-sampai kadang pembaca harus mengenyahkan bayangan leher yang tergorok belati atau dada yang tertusuk bilah, serta darah yang mengcur ke mana-mana. Menyeramkan memang, tetapi sebuah kisah bajak laut tanpa adanya pertumpahan darah memang terasa hambarkan?

                 Selain detail aksinya,  Assassin Creed Black Flag juga menawarkan petualangan pencarian harta karun ala bajak laut. Memang benar ini novel tentang kaum assassin, tetapi dengan tambahan upaya pencarian akan harta karun yang sudah menjadi ciri khas bajak laut, malah semakin membuat novel ini memikat. Konfliknya bertambah, tetapi pembaca tidak dibikin pusing karena mereka sudah telanjur larut dan terpesona oleh banyaknya aksi keren kaum assassin sebagaimana yang sering mereka mainkan di video game. Novel ini sendiri memang diadaptasi dari salah satu video game bertema sama yang dikeluarkan oleh UBISOF. Namun demikian, novel ini bisa dibaca oleh siapa saja, bahkan yang belum pernah membaca seri assassin sebelumnya. Sebuah bacaan sarat aksi keren yang sayang untuk dilewatkan, terutama bagi para penggemar game dan pecinta novel aksi.