Judul : The Naked Traveler
Penulis : Trinity
Editor : Imam Risdiyanto
Cetakan : 7, Mei 2011
Penerbit : B-First (Bentang Pustaka)
Jika dunia traveling dan backpacking menjadi sedemikian marak dan populer di Indonesia seperti akhir-akhir ini, maka salah satunya kita harus berterima kasih kepada seorang Trinity yang telah menuliskan perjalannya sebagai seorang backpackers wanita Indonesia melalui seri Trinity’s Naked Traveler. Naked disini, sebagimana telah diwanti-wanti oleh si penulis bukanlah naked dalam arti telanjang—walaupun penulis mengaku pernah mandi telanjang di sebuah pemandian di Jepang dalam buku ke-3nya—namun lebih pada menceritakan sebuah perjalanan dengan apa adanya alias naked, tidak ditutup-tutupi.
Trinity tidak ragu mengatakan bahwa tempat A jelek, tempat B orangnya kasar, etnis C bau badannya bau, dan di negara D prosesnya dipersulit. Dalam hal ini, Trinity berhasil mendobrak pakem yang menyatakan bahwa sebuah perjalanan wisata itu selalu indah dan menyenangkan. Melalui laporan pandangan matanya yang apa adanya, pembaca diajak untuk menyelami beragam kebudayaan, orang-orang yang berbeda, keindahan-keindahan yang terselip, dan trik-trik berwisata murah ala backpacker.
Bagi saya, tidak ada tempat yang bagus atau jelek, hany saja berbeda. Saya selalu membuka kelima indra saya untuk merasakan sesuatu yang baru dan menikmatinya. Saya bisa nongkrong di pinggir jalan hanya untuk memperhatikan orang berpakaian, berjalan, berbicara, berjualan, atau hanya sekadar menikmati harum kopi yang sedang dipanggang, atau aroma kopi panas. (hlm xiii).
Bagi Trinity, keindahan sebuah perjalanan terletak pada perjalanannya itu sendiri. Dengan badannya yang bongsor dan gede, wanita single ini merasa bahwa dunia bukanlah tempat yang menakutkan, tapi eksotis untuk dijelajahi. Sebagaimana The Naked Traveler pertama, dalam buku ini si Trinity sukses membuat pembacanya iri. Ia yang mengaku telah berpetualang di lebih dari 42 negara merasakan bahwa setiap perjalanan itu indah dan harus dinikmati, walaupun pada kenyatannya ia harus menahan urusan buang air kecil di Hong Kong, membayar hotel yang kelewat mahal di China , dan dilamar oleh orang berkulit hitam di Roma.
Melalui buku ini, Trinity mengompori pembacanya untuk bepergian dan menjelajahi dunia. Uang bukanlah masalah karena dapat diakali dengan traveling murah ala backpacker. Intinya adalah membawa sesedikit mungkin barang bawaan dan sesedikit mungkin rombongan, jago berbahasa Inggris, dan memiliki keberanian untuk bertemu dengan orang-orang dan situasi baru. Walau ada beberapa bagian dalam buku ini yang secara umum tidak bisa diterapkan untuk sebagian besar penduduk negeri ini—terutama karena tidak semua penduduk Indonesia memiliki keluarga yang tinggal di luar negeri dan modal “berasal dari keluarga cukup berada” sebagaimana sang penulis. Saya juga kurang setuju sat penulis bilang bahwa belum lengkap jadi orang Indonesia kalau belum pernah pergi ke Bali . Namun Trinity benar dalam satu hal, bahwa perjalanan keliling dunia itu tidak akan pernah dimulai jika kita tidak segera mengambil tindakan nyata untuk berani memulainya.
Saya sangat menyukai terutama bagian “Belajar dari Sini” yang mengungkapkan beragam pengetahuan rahasia tentang dunia backpackers yang kini mulai marak di Indonesia. Paling suka ketika penulis membentak bapak-bapak sok ihim yang tidak mau mematikan hp saat pesawat hendak landing, atau ketika Trinity menyarankan bahwa Indonesia adalah surganya para backpackers karena ada begitu banyak hal indah, ajib, eksotis, dan luar biasa yang bisa ditemukan di negeri yang luas ini. Yuk, mulai menabung untuk sesekali jalan-jalan dan melihat dunia yang luas di luar sana .
udah dari dulu kepengen baca seri ini, ak juga pengen banget keliling dunia, hahahaha
ReplyDeleteaku keliling Indonesia dulu deh hehehe
ReplyDeletegolden goose outlet
ReplyDeletegolden goose sneakers
supreme
goyard handbags
goyard tote
moncler
yeezy shoes
golden goose shoes
adidas yeezy
moncler
xiaofang20191213