Judul : Sejarah Rempah
Penulis: jack Turner
Penerjemah: Julia Absari
Cetakan: 1, September 2011
Tebal: 380 hlm
Penerbit: Komunitas Bambu
Tiga tahun lalu, saya membeli buku ini sebagai hadiah ulang
tahun saya sendiri. Harganya cukup mahal kala itu (Rp110.000 dan tidak ada
diskon), jauh melampau limit dramatis saya yang hanya Rp80.000/buku. Tapi,
sesekali nggak apa-apa deh toh buat ulang tahun juga (belinya pakai voucer
Gramedia pulak *jitak*). Butuh tiga tahun menyelesaikannya, dan setelah membaca
habis buku ini, uang Rp110.000 sungguh tidak ada apa-apanya jika dibandingkan
dengan tenaga dan dana yang dikeluarkan oleh penulis untuk meriset dan
menyelesaikan penulisan buku ini. Sungguh, harga segitu juga tidak ada
apa-apanya dibandingkan perjuangan dan petualangan yang harus ditempuh oleh
bangsa Eropa di Abad Pertengahan demi mendapatkan rempah-rempah.
Lada, pala, cengkih, merica, kapur barus, jahe, ketumbar,
jintan; sungguh tidak disangka bahwa bahan-bahan yang biasa kita temukan di
dapur ini ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang. Tidak sedikit darah
yang tumpah, uang yang dihabiskan, emas dan permata yang digadaikan demi
mendapatkan sejumput lada atau beberapa ons pala. Sejarah telah membuktikan
bahwa pencarian rempah-rempah bangsa Eropa ke pusatnya di Maluku turut menjadi
awal dari babakan sejarah yang kemudian mengharu-biru perjalanan bangsa kita:
penjajahan. Dimulai dari Portugis, lalu Spanyol, kemudian Inggris, dan akhirnya
Belanda. Kepulauan Nusantara telah menjadi bulan-bulanan dan rebutan dari
bangsa-bangsa tersebut. Dari yang semuka hanya demi mendapatkan pasokan rempah,
kemudian berubah menjadi niat untuk menjajah.
Mengapa barang seremeh sebiji pala dan sejumput lada bisa
kemudian menjadi salah satu bahan yang turut menggerakkan sejarah dunia? Buku
<i>Sejarah Rempah</i> karya Jack Turner ini menjawabnya dengan
sedemikian detail untuk pembaca. Dengan runtut, dituliskannya berbagai
peristiwa dalam sejarah yang berkaitan dengan rempah-rempah: betapa dulu lada
sangat digemari di Prancis dan Inggris, betapa Cleopatra dan syekh-syehk di
Arabia lama begitu tergantung pada cengkih dan pala untuk memanaskan rumah
tangga mereka, juga tentang aroma rempah yang konon bisa menghalau udara jahat
yang membawa penyakit (tentu saja kala itu virus penyakit belum ditemukan).
Inilah yang membuat rempah-rempah sedemikian berharga sehingga kadang nilainya
lebih tinggi dari emas.
Menyusul jatuhnya Konstantinopel ke tangan pasukan Turki
pada tahun 1495 (saya lupa tahunnya, CMIIW ya), pasokan rempah ke Eropa semakin
sedikit karena kota itu merupakan penghubung utama antara Barat dan Timur.
Selama ini, pasokan rempah dari nusantara dan India datang ke Eropa lewat Jalur
Sutra atau lewat Laut Merah sebelum kemudian singgah di Konstantinopel.
Jatuhnya benteng terakhir Bizantium itu menjadikan pasokan rempah ke Eropa
semakin jarang, sehingga bisa ditebak, efeknya harganya langsung melonjak
tajam. Padahal, rempah kala itu sangat disukai (bukannya dibutuhkan kalau kita
baca bab terakhir buku ini) sebagai sesuatu yang mahal, bumbu penyedap bagi
masakan Eropa yang hambar, bahkan untuk upacara keagamaan.Inilah yang kemudian
mendorong bangsa Eropa untuk mencari langsung rempah-rempah ke sumber aslinya,
yakni ke Kepulauan Nusantara. Salah satu babakan sejarah yang mendorong
datangnya abad penjelajahan samudra, penemuan benua Amerika,dan (sedihnya) era
kolonialisme dan penjajahan.
Mungkin, kaitan antara rempah dan penjajahan sudah banyak
disinggung di buku lain. Tapi di buku ini, isinya tidak hanya itu. Ada banyak
sekali peristiwa sejarah yang kita (eh saya ding) tidak tahu,
peristiwa-peristiwa kecil di sebuah biara terpencil di Prancis abad 10, atau di
sebuah hutan Eropa ketika seorang Raja besar tewas karena salah mengonsumsi
ikan. Penulis menyitir banyak sekali dugaan menarik dan keliru tentang rempah,
juga tentang berbagai kebiasaan aneh (dan kadang lucu) yang masih banyak dianut
bangsa Eropa di abad pertengahan dan masa sebelumnya. Juga, tentang kegunaan
rempah-rempah dalam banyak segi.
Paling menarik tentu bahasan tentang rempah-rempah sebagai
bumbu pemanas di tempat tidur. Bukan hanya konon-kononan, tapi penulis
mengisahkan banyak sekali kisah-kisah yang terasa nyata tentang para raja,
ratu, dan penguasa legendaris yang menggunakan rempah sebagai aroma pembangkit
kekuatan. Kemudian, efek dan manfaat itu diselaraskan dengan efek medis atau
penemuan terkini tentang kandungan-kandungan dalam lada atau merica. Kayaknya
berat, tapi enggak kok, membaca buku ini santai banget, seperti ikut bertualang
ke dunia rempah-rempah yang hangat dan menggoda. Buku yang komplet menurut
saya, dan bisa dibaca sampai selesai (walau kudu dicicil) karena narasinya yang
berbeda dari buku-buku referensi biasa.
Bukunya unik. Khas.
ReplyDeletehallo mas dion, saya tertarik dengan sinopsis sejarah rempah ini.
ReplyDeleteBisa minta kontak yang bisa dihubungi? mohon kirim kontak nya ke fitriyaniastutisos@gmail.com
Terimakasih