Judul :
H.I.V.E (Higher Institute of Villainous Education atau Sekolah Tinggi Ilmu
Kejahatan)
Pengarang :
Mark Walden
Penerjemah :
layna Ariesianti
Penyunting :
Moemoe dan Huda Wahid
Sampul :
Tim Artistik dan Deni S
Tebal :
394 hlm
Cetakan :
1, Maret 2014
Penerbit :
Mizan Fantasy
Jika
Hogwarts adalah sebuah rahasia untuk para penyihir muda, maka HIVE adalah
sekolah rahasia untuk mendidik calon penjahat. HIVE sendiri dibangun meniru
konsep Hogwarts. Keberadaannya dirahasiakan, berada di sebuah pulau tropis
terpencil di tengah samudra, entah di bagian mana dunia, dan siswa-siswi di
dalamnya tidak mengetahui dengan persis di mana mereka berada. Mereka dibawa ke
tempat tersebut, rata-rata karena dipaksa atau karena mau tak mau harus ke sana
karena perintah orang tua mereka, yang juga sama-sama penjahat. Tapi ada juga
beberapa yang “diculik” dan dibawa ke HIVE setelah dibuat pingsan dulu,
contohnya adalah Otto Malpense.
Otto
tidak ingat bagaimana dirinya bisa berada di dalam helicopter yang tengah
melayang di tengah samudra. Satu hal yang jelas, dia telah diculik dan dipaksa
untuk bersekolah di HIVE. Di tempat ini, dia menjalin sahabat karib dengan
Wing, yang sama-sama bertekad untuk melarikan diri dari sekolah misterius itu—yang
ternyata sangat sulit. HIVE terkungkung di segala arah oleh pengamanan
berlapis, dikelilingi hutan dan lautan luas, serta tidak memiliki akses keluar
masuk yang jelas. Karena itu, keduanya sepakat untuk mengikuti permainan sambil
mencari tahu cara keluar dari sekolah itu. Mereka pun ikut dengan murid-murid
lainnya menjalani pelajaran yang diberikan.
Sebagaimana
sebuah sekolah tinggi, materi pelajaran yang didapatkan pun sesuai dengan jenis
sekolahnya. Karena HIVE adalah sekolah untuk para penjahat, maka mereka juga
mendapatkan berbagai materi tentang kejahatan: bagaimana cara menerobos system
keamanan, bela diri untuk melawan pihak berwajib, cara meretas system computer,
hingga trik dan teknik berkonspirasi. Para lulusan HIVE adalah para penjahat
kelas atas di panggung kriminalitas dunia. Mereka adalah para pimpinan
kongsi-kongsi perdagangan yang menguasai dunia mafia, memiliki jaringan yang
mengurita, bahkan para pencurinya pun hanya mau mencuri barang-barang bernilai
tinggi yang dipajang di museum-museum kelas dunia. Dengan kata lain, HIVE
mengajari murid-muridnya untuk menjadi penjahat kerah putih, penjahat kelas
kakap yang mampu mengendalikan dunia.
Tetapi,
Otto merasa ada yang salah dengan HIVE. Sekolah itu tidak jelas keberadaannya,
dan dia juga masih bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa diculik dan dibawa ke
tempat itu. Lagipula, menjadi penjahat juga bukan menjadi pilihannya. Segera
saja dia merencakan pelarian bersama Wing (yang jago beladiri), Shelby (yang
jago menyelinap dan sangat akrobatis), serta Laura (ahlinya computer). Lalu apa
kemampuan Otto? Ternyata dia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Anak ini dari
kecil sudah suka membaca dan dia juga memiliki ingatan tajam serta kemampuan
untuk cepat belajar. Bersama-sama, keempatnya merencanakan untuk kabur dari
HIVE.
Di
bagian ini, pembaca akan disuguhi dengan adegan-adegan seru tentang upaya
pelarian keempat remaja tanggung ini. Penulis dengan piawai menggambarkan
teknik-teknik akrobatis untuk menyelinap, bagaimana mengakali system keamanan,
hingga berbagai hal teknis terkait mesin dan computer. Otto dan kawan-kawannya
akhirnya berhasil mencapai pintu keluar, dan apakah mereka berhasil? Silakan
cari tahu sendiri di buku ini.
Bagian
paling seru di buku ini ada di ending-nya.
Ketika sebuah kecelakaan laboratorium membuat markas HIVE yang tak tertembus
menjadi kacau balau. Pimpinan dan jajaran sekolah berusaha menyelamatkan
seluruh siswa akan ancaman yang ada. Dan di sinilah, Otto harus meninjau ulang
keputusannya. HIVE yang semula mengancam kini tengah terancam. Dan, Otto,
sekali lagi, harus turun tangan untuk menyelamatkan para penjahat di dalamnya.
Secara
konsep, seri HIVE ini memiliki premis yang unik, walau idenya sendiri mungkin
berasal dari Hogwarts yang mendidik penyihir. Tapi, penulis hanya mengambil
konsep sekolah sihir untuk kemudian diganti dengan sekolah para penjahat. Jika
Harry Potter betah di sekolahnya, maka tidak bagi Otto. Dia malah berusaha
kabur dari tempat itu dan melawan. Dari sinilah ceritanya menjadi berbeda, dan
unik. Penggunaan sudut pandang orang pertama di buku ini akan mengingatkan kita
pada Percy Jackson, tetapi juga tidak sama persis. Otto memiliki kepribadiannya
sendiri dan penerjemah tampaknya mampu menggambarkannya dengan begitu luwes di
buku ini. Secara cerita, separuh bagian awal agak lambat dan bikin ngantuk—walau tetap menarik,
sementara separuh bagian akhir sangat seru dan benar-benar page turner. Buku kedua sepertinya akan semakin seru. Ayo kita
lanjutkan ke buku kedua. Semangat!
Uwih.... covernya serem banget ya? :)
ReplyDeleteKuliner Malang Teknologi Dunia Peluang Usaha
Covernya membara banget ya?
ReplyDeleteSaya suka. :)
Secara keseluruhan saya menyukai H.I.V.E series. Jalan cerita memang berjalan sedikit lambat pada awal buku, akan tetapi semakin menarik di buku berikutnya.
ReplyDelete