Friday, October 27, 2017

Review and Giveaway: A Thing Called Us

Judul: A Thing Called Us
Pengarang: Andry Setiawan
Penyunting: Ayuning
Cetakan: Pertama, Oktober 2017
Tebal: 290 hlm
Sampul: @teguhra
Penerbit: Haru 


Shun, Kotoha, dan Shinji; ketiganya bersahabat sejak SMP. Ketiganya menghabiskan masa kecil dan masa remaja bersama, susah dan senang, duka dan bahagia, cinta dan lara dirasakan semuanya. Pokoknya mereka seolah tidak terpisahkan. Kemudian, semuanya berubah ketika Shinji menghilang entah kemana tanpa meninggalkan kabar berita. Bahkan orang tua dan teman-teman dekatnya pun tak mengetahui di mana keberadaan sang pemuda. Kotoha yang memendam cinta kepada Shinji adalah yang paling menderita. Baru sepekan mereka jadian, Shinji keburu menghilang tiba-tiba. Shun juga tak kalah merana. Pemuda yang diam-diam menyukai Kotoha itu juga merasakan kehilangan dalam wujud yang berbeda. Sudah lima tahun Shinji menghilang, dan selama tahun-tahun lamban tersebut, luka tidak makin kering tetapi malah semakin mengangga. Inilah cerita tentang anak-anak muda yang harus move on karena hidup adalah perihal berjalan dan bukan tentang berhenti di tempat.

"Dan untuk bahagia atau tidak, itu adalah pilihannya sendiri." (hlm. 152)

Lima tahun berlalu, Kotoha masih menunggu Shinji pulang dan Shun masih menunggu Kotoha melupakan Shinji. Menunggu sering kali menjadi satu-satunya jalan yang paling mudah ketika kita tak tahu apa yang harus dilakukan. Inilah yang dilakukan keduanya. Tetapi, sampai kapan mereka harus menunggu? Waktu terus berlalu sementara Shinji tidak kunjung datang. Kotoha semakin muram dan mengurung diri, sementara Shun seolah turut menanggung beban. Sepeninggal Shinji, Kotoha dan Shun memang terus melakukan pertemuan untuk mengenang persahabatan mereka bertiga. Tetapi, pertemuan-pertemuan itu menjadi tidak lebih dari sekadar rutinitas yang biasa mereka lakukan setahun sekali. Sebuah pertemuan yang selalu terasa kosong dan hampa makna. Kotoha yang terus larut dalam sepi sendiri, Shun yang mulai lelah menanti, dan Shinji yang tak kunjung memunculkan diri. Apakah menunggu itu selamanya menjadi satu-satunya jalan yang harus dijalani?

Tetapi hidup tidak mau hanya untuk menunggu. Baik Kotoha maupun Shun harus mulai mau berjalan lagi agar kisah mereka bisa bertahan—meskipun dengan cara yang memaksa. Shun akhirnya dipertemukan dengan Aki dalam sebuah pekerjaan yang melibatkan keduanya di sebuah proyek pembangunan hotel. Aki yang tipe cewek periang ini berbeda 180 derajat dengan Kotoha yang selalu murung. Bersama Aki, Shun seperti menemukan semangat hidupnya kembali. Wanita ceria yang kadang terlalu aktif itu menyadarkan pemuda itu bahwa setiap orang berhak mencintai dan dicintai. Shun mulai melepaskan Kotoha pelan-pelan. Penantiannya selama ini tidak hanya untuk menunggu Shinji, tetapi juga menunggu luluhnya hati Kotoha. Namun, lewat Aki, pemuda itu mulai merenungkan apakan dia benar mencintai Kotoha ataukah perasaan itu hanya sebentuk beban tanggung jawab sebagai teman untuk wajib menggantikan Shinji di sisi Kotoha.

Langkah move on Shun rupanya dipandang berbeda oleh Kotoha. Cewek itu menuduh Shun telah menyerah menunggu Shinji. Tetapi, wanita itu kini juga harus belajar untuk tidak egois.  Mulai hilangnya Shun dari sisinya menyadarkan betapa selama ini dia telah terlalu mengekang pemuda itu atas nama persahabatan. Persahabatan memang sesuatu yang layak untuk dipertahankan, tetapi ada saatnya ketika persahabatan juga harus mengalah jika memang itu untuk kebahagiaan. Lagi pula, yang namanya persahabatan tidak akan pernah menghilang, yang ada hanyanya ia bertambah atau berkurang. Lewat kisah mereka, kita belajar betapa cinta dan persahabatan sebaiknya jangan dicampuradukkan. Meskipun persahabatan bisa berkembang menjadi hubungan percintaan, atau percintaan yang mundur menjadi persahabatan semata. Tetapi ketika cinta dan teman harus berjalan seiring, ada satu yang harus dikorbankan.

Selain kisah tentang menunggu Shinji, buku ini juga menghadirkan aneka konflik lain dari para tokoh-tohoknya. Memang benar betapa manusia itu tidak hitam-putih, tetapi mereka berwarna dan warna-warna itu dibentuk dari masa kecil mereka. Setiap orang memiliki cerita, begitu juga Shun dan Kotoha yang memiliki kisahnya sendiri. Pun demikian Shinji, dia juga memiliki jawaban atas kisahnya sendiri.  Kisah persahabatan dan cinta mereka akhirnya menemukan ujungnya, tepat di akhir cerita buku ini—bersama kisah-kisah lain yang menyusun A Thing Called Us karya Mas Andry Setiawan ini. Saya sungguh menikmati membaca novel roman ini. Rasanya, buku ini adalah sebuah perjalanan ke negeri Jepang dengan segala eksotismenya. Saya suka dengan aromanya yang Jepang banget. Setting Jepang di novel ini sama sekali tidak terasa seperti asal tempel, tetapi mampu menyatu dengan karakter-karakternya. Tokoh-tokoh di dalamnya juga sangat “Jepang” banget, rata-rata workoholic dan diwarnai aura-aura suram khas kaum urban Jepang. Tiga bintang untuk buku indah dengan sampul cantik ini.

Masalah hati ya, memang kalau nggak dibicarain baik-baik nggak bakal selesai. Dibutuhkan kejujuran, keberanian, serta kerelaan untuk  menyelesaikannya. Yuk temenin saya menyelesaikan membaca cerita indah ini. Dari penulisnya langsung, Mas Andry Setiawan akan menghadiahkan satu novel ‘A Thing Called Us’ ini kepada satu pembaca yang beruntung. Silakan tinggalkan komentar di postingan status ini beserta akun Twitter atau Facebook yang bisa saya hubungi jika kamu terpilih sebagai satu yang beruntung. Jawaban ditunggu paling lambat 3 November 2017. 

8 comments:

  1. Aku dulu pernah iseng beli novel Koh Andry yang Sayap-Sayap Kecil. Alasan belinya sih kebetulan ada diskon pas aku jadwalku belanja. Gak punya ekspetasi apa-apa sama novelnya. Ternyata aku puas banget. Novel yg satu itu tipis, tapi padat. Suka banget sama novel-novel yg bisa bikin cerita sama amanatnya sama-sama terlihat secara jelas.

    Karena sampai saat ini kesan novel Sayap-Sayap Kecil masih berasa, aku jadi penasaran sama A Thing Called Us ini :D penasaran aja apa bedanya novel Koh Andry yg ditulis dgn latar Indonesia dengan latar Jepang. Terus yg ini kan lebih romance daripada sebelumnya. Penasaran juga romance seperti apa yg dibawakan dan terlebih lagi penasaran dengan penyelesaian ceritanya :D (di Sayap-Sayap Kecil endingnya antara ngeselin, bikin mikir, sama gak nyangka aja). Wishlist banget deh pokoknya ^^

    Twitter: @fira_yoopies

    ReplyDelete
  2. Cinta dan persahabatan memang sesuatu yang berat karena melibatkan rasa. Sentuhan Jepang dalam roman ini sangat terbayangkan dalam pikiran saya. Saya jadi penasaran tentang ending kisah ini.

    Twitter @Sandra_artsense

    ReplyDelete
  3. Pertama baca novel-novel nya koh andry di web novel bbm penerbit haru. Baru baca dua novel nya beliau yang dua-dua nya bikin kokoro retak T.T. Selalu suka tema - tema yang diangkat meskipun terkesan ringan namun related sama kehidupan sehari-hari.

    Untuk novel terbaru nya koh andry, penasaran dengan penulisan dan plot nya meskipun tema yg diangkat sudah umum pada cerita romance kebanyakan. Selain itu penasaran dengan setting Jepangnya yang jepang banget ><

    Semoga bisa kesampaian baca buku terbaru nya koh Andry yang ahli bikin cerita bolong hati ><.

    Twitter: @faninos

    ReplyDelete
  4. Cinta segitiga, ini kisah yg sudah banyak ditulis. Tapi lebih memikat bila setting lain daripada yg lain. Cukup cerdas memilih Jepang karena pesonanya yg luar biasa. Tutur kata dan kesopanan serta budayanya membuat kita betah berlama-lama menghabiskan waktu dan membayangkan bagaimana lelahnya menunggu dan ada "orang baru" yg datang

    Twitter @artha_amalia

    ReplyDelete
  5. Halo, Kak.
    Saya ikutan, ya :))

    Awal tahu Kak Andry Setiawan gara-gara baca buku non-fiksi tentang perjalanan yang ditulis sama Kak Andry, dan tiga penulis lain. Kak Andry di sana cerita tentang bagaimana hidup di Jepang, dan menurut saya pengalaman yang diceritakan seru banget.

    Saya baru baca satu karya itu aja. Makanya waktu lihat info tentang A Thing Called Us ini, dan suka sama gambaran singkat kisahnya, saya jadi penasaran. Temanya memang sudah nggak jarang lagi, tapi penasaran gimana penulis menceritakan kisah tokoh-tokohnya :)

    Twitter: @sapta_resita

    ReplyDelete
  6. suka sama reviewnya ka, jadi enasaran kan jepang udah negara romantis yaa, kira kira kalau ditambah tokoh tokoh romantis macam mereka betiga, keseruan ceritnya jadi kaya gmna ya ? selain itu, aku belum pernah baca karya ka Andry, semoga dapat kesempatan kali ini.
    thankyuuu kaa :)

    akun twitter : @jawarifah

    ReplyDelete
  7. Halo, Mas Dion. Saya ikutan, ya.

    Pertama kali penasaran sama karya Koh Andry itu pas When The Star Falls terbit. Kayaknya kok ceritanya suram banget (dan saya suka cerita suram dan sendu). Terus kemarin pas lihat interview dengan Koh Andry di youtube, WTSF dan ATCU ini termasuk novel yang Koh Andry banget. Jadi makin penasaran sama novel ini.

    Saya juga selalu penasaran dengan karya penulis cowok dalam negeri yang nulis romance. Mungkin karena keseringan membaca novel romance karya penulis cewek kali, ya. Hehe.

    Terima kasih atas kesempatan ini, Mas.
    ��

    [Twitter: @aa_muizz]

    ReplyDelete
  8. Memang menunggu itu harus punya kesabaran yang panjang bahkan untuk menunggu seseorang yg berarti dalam hidup kita berat jika tidak ada kejelasan sampai kapan kita harus menunggu orang tersebut. Tetapi kalo saja untuk move on saja dari orang yang selama ini sudah sangat berarti dalam hidup apalagi sudah timbul cinta antara keduanya itu sangatlah berat, seperti halnya kotoha dengan shinji yang baru sepekan jadian tapi shinji mengilang tanpa kabar.

    Dan saya sangat penasaran sekali apakah nanti shinji akan muncul dihadapan kotoha atau tidakkk? duhh penasaran wkwl give me luck kak :))
    Twitter : @nurulmoetzmoetz

    ReplyDelete