Judul: Kitab Naga NagaPengarang: E. NesbitPenerjemah: Titik AndarwatiEditor: SetyaningsihSampul: Satria AdhiCetakan: Pertama, Mei 2024Penerbit: Bukukatta
Kitab Naga-Naga berisi tentang … naga, tentu saja. Buku yang terbit pertama kali pada tahun 1901 ini (atau 123 tahun yang lalu—Indonesia masih dikuasai Kolonial Belanda weh) ini berkonsep kumpulan cerita anak dengan mengangkat sosok naga dalam setiap ceritanya. Ada 8 kisah naga tetapi hampir semuanya menggambarkan sosok naga sebagai entitas yang jahat dan kejam. Mengingat waktu ditulisnya buku ini, wajar karena kala itu naga ala Eropa dipandang sebagai sosok yang kejam. Penggambaran naga di sini pun mirip dengan naga-naga ala barat, yang bersayap, bersisik keras, menyemburkan api, punya kekuatan magis, dan kejam. Ia digambarkan menelan kota, memakan manusia, melahap binatang, dan camilannya api. Para pecinta naga pasti bakal suka dengan buku ini sebagai salah satu karya awal yang mempioniri karya-karya fiksi fantasi tentang naga di Eropa.
1. Kitab Binatang
Seorang bocah mendadak ditunjuk menjadi raja sebuah negeri yang tadinya republik. Para sejarahwan kerajaan melacak garis keturunan kakek buyut dari kakek buyutnya sehingga sampailah mereka pada Lionel, pewaris terakhir. Selain mewarisi kerajaan, Lionel juga mewarisi perpustakaan istana. Dan dia suka membaca. Hanya saja, dia membaca buku yang salah, Kitab Binatang. Sebuah kitab sihir bergambar yang bisa menghidupkan dan mengeluarkan binatang di dalamnya. Aman jika yang keluar kupu-kupu atau burung berwarna cerah. Tapi bagaimana kalau yang keluar adalah naga? Lionel harus membuktikan dirinya layak dengan mengembalikan naga itu ke Kitab Binatang. Bagaimana Lionel yang kecil bisa mengalahkan naga yang raksasa dan bisa memakan kota? Kadang kala, otak lebih dibutuhkan daripada otot.
2. Paman James atau Mahkluk Asing Ungu
Kisah khas kerajaan, seorang putri pewaris sah dengan seorang paman jahat yang hendak merebut takhta. Tapi, si putri terlalu polos. Gawatnya, si paman juga seorang penyihir. Dia lalu mengatur agar putri dikorbankan kepada naga agar negerinya selamat. Sang putri tentu saja bersedia (kalian tahu kan kalau si putri berhati emas). Endingnya seperti yang sudah-sudah, kebajikan mengalahkan kejahatan dan naga!
3. Para Penyelamat Negeri
Kisah favorit di buku ini. Spesies naga mendadak muncul di kehidupan nyata. Bentuknya bermacam-macam, dari awalnya sebesar lalat (yang lalu menjadi perhatian pada ilmuwan, karena ada spesies baru) hingga sebesar rumah. Awalnya naga-naga ini hanya sekadar mengigit saat terusik, mirip serangga. Tapi, lama-lama naga semakin besar dan bervariasi hingga akhirnya mereka menguasai seluruh negeri. Naga di sini jadi mirip dinosaurus yang pernah menguasai bumi. Manusia terpaksa berdiam diri di dalam rumah saat siang hari dan baru beraktivitas ketika malam hari, saat naga tidur. Kalau tidak, naga akan memakan mereka. Keselamatan seluruh negeri bergantung pada dua anak kecil pemberani. Mereka harus menemukan kran yang tepat untuk bisa mengusir naga-naga itu selamanya dan merebut kembali siang hari mereka.
4. Naga Es, atau Lakukan Apa yang Diperintahkan
Dua anak menemukan jalan pintas menuju kutub utara. Mereka mendapati seluncuran ajaib yang bisa membawa seseorang (dan naga) langsung dari Inggris menuju pusat Kutub Utara. Awalnya hanya untuk melihat Cahaya Utara (Aurora Borealis), dan akhirnya berujung bertemu naga es. Lewat kisah ini, penulis hendak menunjukkan betapa kadang impian anak-anak tidaklah seindah kenyataan. Kutub utara sedemikian dinginnya dan tempat itu sangat berbahaya. Ini perlambang bahwa rasa penasaran tetap harus ada batasnya. Dan jika menurut rang dewasa sesuatu itu berbahaya, maka turutilah. Jadi buat anak-anak: Jangan ya dek ya, jangaaannnn!
5. Pulau Sembilan Pusaran Air
Kisah seorang putri yang dikurung di Menara oleh ayahnya, yang penyihir. Selain dikurung, ayahnya juga membuat pusaran air di sekeliling pulau, plus menambahkan naga sebagai penjaga. Siapa pembebas sang putri: tentu saja seorang pangeran atau calon pangeran. Metode mengalahkan naga di kisah ini pake perhitungan (yang lumayan rumit). Waktu yang tepat selalu menciptakan peluang yang harus digunakan. Hal menarik di kisah ini, 9 pusaran air timbul dari 9 tetes darah si raja. Karena darah si raja penyihir sedemikian jahatnya, laut berusaha menolaknya dengan membentuk pusaran air.
6. Para Penjinak Naga
Beberapa politisi dan pejabat kok kelakuannya nggak jauh beda ya, baik sekarang atau dulu. Mereka hanya mau dapat nama baik tapi tidak mau berkarya. Ketika ada seseorang yang berhasil memenangkan medali emas, atau menangkap seekor naga buas, para pejabat kerajaan berebutan ikut tampil. Mereka ingin dianggap berjasa juga. Mirip dengan kisah ke enam ini. Pada akhirnya, keberanian sejati tetap akan menampilkan diri. Mereka yang pengecut akan kelihatan aslinya.
7. Naga Api, atau Hati Batu dan Hati Emas
Putri yang dikurung di Menara oleh sepupunya yang ingin merebut kerjaan. Tema ini lagi! Tapi, ini di Menara antinaga, lengkap dengan segala peralatan anti naga. Sayangnya si putri begitu polosnya sehingga …ya manut-manut saja dikibulin. Tetapi, sekali lagi, hati yang murni akan mengalahkan hati yang jahat. Bahkan mahkluk naga pun tahu siapa yang hatinya jahat dan dengan demikian, bisa dimakannya.
8. Edmund Kecil yang Baik, atau Gua-Gua dan Cockatrice
Mengingatkan pada Edmund di kisah Narnia, rasa penasaran berujung pada kemalangan. Edmund ini bocah yang selalu ingin tahu, dia suka membolos karena sekolah terasa tidak cocok untuknya. Dia adalah tipe perintis, penjelajah, dan penemu. Tetapi oleh pengarang digambarkan seorang anak tidak boleh terlalu bersikap seperti itu kalau tidak mau celaka. Bahkan ketika Edmund berhasil menyelamatkan seisi kota dari naga, dia tetap dihukum. Orang lebih memilih mempercayai apa yang ingin dia dipercayai ketimbang apa yang harusnya dia percayai.
Kisah-kisah di buku ini sedikit banyak mengingatkan saya pada seri Narnia. Wanita yang anggun dan berhati bersih serta pria yang pahlawan dan pemberani. Setelah baca profil penulis di belakang buku, baru paham kalau E.Nesbit ini memang salah satu pengarang yang punya dampak besar terhadap karya-karya bertema anak di Inggris pada era-era berikutnya. Salah satunya, tentu saja C.S. Lewis. Pantas jika terasa aroma Narnia saat membaca buku ini, karena memang buku ini ditulis jauh sebelum seri Narnia muncul.
Kehati-hatian, kebaikan budi, keberanian, kebaikan mengalahkan kejahatan; hampir seluruh cerita digerakkan oleh tema-tema ini. Jatuhnya mungkin membosankan kadang, bahkan beberapa kali pengarang juga terasa mengurui saat menyampaikan petuahnya. Tetapi pembaca juga harus mempertimbangkan masa ketika buku ini ditulis, yakni akhir abad ke-19. Bukunya sendiri terbit 1901, di Inggris. Jadi wajar jika kondisi, situasi, dan sosial politik saat itu jauh berbeda di banding pertengahan abad ke-20 misalnya. Bagian "saling berciuman" ini juga agak gimana gitu. Walau masih ada yang tetap sama, misalnya bahwa dengan belajar kau akan pintar, dengan berani kau akan jadi mumpuni, dan dengan berkorban kau akan dapat kawan serta teman. Eh ada satu lagi yang tidak berubah: beberapa pejabat yang suka nebeng kesuksesan warganya …eh.
Untuk penggemar naga, baca buku ini, harus.
Karya-karya Edith Nesbit masih jarang diterjemahkan ke Indonesia. Saya cuma punya Anak-Anak Kereta Api (GPU) & Enchanted Castle (Atria). Saya sempat kaget saat ada penerbit yg menerjemahkan & menerbitkan karya beliau yg lain. Semoga ini bukan satu-satunya karya E. Nesbit yg diterbitkan dan semoga saya bisa memilikinya juga :)
ReplyDelete