Wednesday, May 15, 2024

Politik Santun dalam Kartun

Judul: Politik Santun dalam Kartun

Ilustrator: Muhammad Mice Misrad

Cetakan; Pertama, 2012

Penerbit: NALAR



Ada yang masih ingat dengan kasus Gayun Tambunan yang dengan rambut palsunya dia kedapatan tengah menonton turnamen tenis internasional di Bali? Uniknya lagi, saat itu dia tengah berstatus sebagai tahanan karena kasus suap dan pencucian uang. Bagaimana ceritanya seorang tahanan bisa menonton pertandingan tenis, di Bali pula! Ada pula kasus Nunun dan Melinda Gultoem, lalu kasus Wisma Atlet dan Skandal Bank Century nan luar biasa itu. Juga sejumlah buronon politik kasus korupsi lain yang anehnya butuh waktu berbulan-bulan untuk menangkapnya.



Publik mungkin perlu diingatkan lagi dengan sosok Nurdin Halid yang saat itu menjabat ketum PSSI. Betapa sepak bola Indonesia yang begitu dicintai tapi ternyata sangat minim prestasi di era kepemimpinan beliau. Publik yang sudah jenggah dengan tingkah polah para politisi ini meminta ybs untuk turun. Tetapi, seperti biasa, kursi ketum PSSI mungkin terlalu empuk sehingga susah untuk meningggalkannya. Demikianlah salah beberapa dari banyak contoh kejanggalan sekaligus kelucuan dunia perpolitikan negeri ini.

Banyak dari kita yang sekarang mungkin sudah lupa dengan betapa lucunya para wakil rakyat itu dulu. Zaman berubah sedemikian pesat. Dunia digital yang bergerak cepat serta perputaran roda pemerintahan mungkin telah membuat banyak peristiwa besar itu lewat. Tetapi sejatinya kita manusia butuh untuk selalu diingatkan agar tidak jatuh terperosok dalam lubang yang sama. Di situlah peran buku kumpulan karikatur politik seperti ini menjadi sangat penting.



Komik, karikatur sebagaimana karya sastra dapat menjadi dokumentasi dari suatu masa. Kumpulan karikatur yang pernah dimuat di surat kabar Rakyat Merdeka karya Mice ini menjadi dokumentasi politik (gonjang-ganjing) di negara ini pada kurun waktu 2010 - 2011. Satu gambar dapat bercerita banyak, terutama untuk mereka yang sempat menyimak kekisruhan dan keramaian politik negeri ini pada kurun waktu tersebut. Banyak yang lupa, tetapi karya-karya seperti ini selayaknya terus ada sebagai pengingat bahwa perjuangan kita untuk bisa menjadi bangsa dan negara yang besar masih belum berakhir.

No comments:

Post a Comment