Thursday, February 29, 2024

Kematian Seekor Anjing pun Tak Ada Sebiadab Kematiannya

Judul: Kematian Seekor Anjing pun Tak Ada Sebiadab Kematiannya

Pengarang: Yuditeha


Judulnya terlampau sangar untuk sebuah kumcer yang ternyata dipenuhi kisah kisah sederhana dan sarat petuah. beberapa petuah kadang disampaikan dengan begitu gamblang. Tapi dalam kesederhanaan itu ada keluwesan tulisan yang membuat proses membacanya lekas dan terasa menyenangkan. Banyak kisah yang diakhiri dengan plottwist lumayan seru untuk jenis kisah yang tampaknya terlampau tersurat.

Beberapa cerpen yang saya sukai di antaranya

1. Biji Mata, yang mengingatkan saya bahwa pada dasarnya manusia bisa setuju atau tidak setuju sesuai dengan kondisinya. Hati selalu dibolak balik, susah sekali menetap.

2. Mbah Rayu, tentang stereotipe kebanyakan kita yg memandang banyak hal sesuai dengan apa yang orang kebanyakan katakan begini dan begitu. Gaya cerpen ini mengingatkan pada Kuntowijoyo.

Ada banyak cerpen bernuansa pelestarian lingkungan di buku ini, misalnya Penebang Pohon Angker dan Sendang Bening. Yang lain lebih menonjolkan permainan plottwist di belakang sementara beberapa cerpen lain terlampau sederhana seolah hanya sebagai pelengkap cerita.

PADA AKHIRNYA, kisah kisah di buku ini kembali menengaskan sifat alami manusia yang tidak hitam putih melainkan percampuran dari aneka warna sesuai latar belakang yang mengiringi perjalanan kehidupannya.

"Sehitam atau sejahat apa pun manusia, pasti tetap ada kebaikan di dirinya, meski hanya kecil. Itu berlaku pula untuk sebaliknya."

No comments:

Post a Comment