Judul: Trials of Apollo, The Burning Maze
Pengarang: Rick Riordan
Penerjemah: Reni Indardini
Tebal: 540 hlm
Cetakan: Pertama, Juli 2018
Penerbit: Mizan Fantasi
Saya agak lupa dengan ending buku kedua, tetapi di Burning Maze ketiga karakter kesayangan kita sudah masuk saja ke labirin. Lester (a.k.a Apollo), Meg, dan Grover memasuki labirin dan harus menghadapi bahaya mengancam. Tidak ada Minotaur seperti di zaman kuno, alih-alih burung Stryx dengann cakar yang setajam silet dan akan membuatmu lumpuh jika tergores cakarnya. Kalau yang diserang Percy and the gank, burung-burung itu niscaya akan dibuyarkan pake riptide atau dihaguskan pakai petir oleh Jason. Tetapi berhubung di seri Apollo ini karakternya agak-agak gemes, burung-burung neraka itu hanya dihadapi dengan seruling Grover, panah Dodona (yang selalu teriak-teriak protes saat digunakan karena esensi sejatinya adalah pusaka untuk meramal dan bukan untuk menusuk mahkluk menjijikkan), serta sulur stroberi dan umbi-umbian. Perjuangan para pahlawan terasa lebih manusiawi dan malah makin kocak. Lester yang suka teriak-teriak, Meg yang kalau dimina penjelasan malah sukanya diem, serta Grover yang kadang suka bingung kalau dimintain saran. Tobat eh trio ini tapi malah bikin ngakak.
Ada alasan lain mengapa Riordan seperti nggak bisa move on dengan para demigod ini. Mitologi Yunani sedemikian kaya sehingga mustahil untuk bisa mengeluarkan semua tokoh adikodrati di dalamnya hanya dalam satu atau dua seri saja. Riordan menggunakan seri Apollo ini untuk memberikan panggung kepada dewa-dewi yang sepi perhatian. Jika di serial sebelumnya, hanya dewa-dewi kuat seperti Zeus, Athena, Hades, Poseidon yang dapat kesempatan berlaga, maka di seri ini giliran Dewa-Dewi “minor” untuk unjuk gigi. Tentunya lewat kekuatan para anak-anak blasteran. Demeter di Dewi Panenan menjadi focus utama lewat anaknya, Meg. Dalam banyak hal, Burning Maze ini mungkin memang menjadi ajang bagi golongan tetumbuhan untuk menunjukkan kekuatannya. Berbeda dengan dewa-dewi mayor lain yang unjuk kekuatan dengan gebrakan menghentak lewat sambaran supernova atau babatan pedang langit, Demeter—layaknya tetumbuhan—bekerja dalam diam dan pelan-pelan. Tetapi, hasilnya tidak kalah dashyat. Jika kita ingat, pohon-pohon raksasa mampu bertahan ratusan tahun dan bahkan menelan sebuah peradaban.
Untuk menggenapi kaisar Triumvirat, sosok kaisar jahat yang ketiga akhirnya dimunculkan. Kaisar ini sangat terkenal, bahkan kayaknya dia ini adalah yang paling terkenal di antara kaisar-kasiar Romawi kuno. Kita lebih sering mendengar tentang kehebatannya, tetapi sosok ini ternyata juga ada sisi jahatnya. Saya baru tahu keganasan kaisar ini saat baca Time Riders 5. Maka komplit sudah triumvirat keji Romawi kuno: Nero, Commodus, dan The Big C. Selain itu, Jason dan Piper juga akan tampil kembali yey … mana suaranya yang kangen trio Jason – Piper – Leo! Misi tiga pahlawan campuran kita kali ini adalah untuk menemukan serta membebaskan peramal ketiga yang ditahan triumvirat. Dalam penglihatan Apollo, sang peramal konon dibelenggu dengan rantai yang meleleh saking panasnya. Ketiganya harus menembus labirin yang dipenuhi dengan api misterius, api yag sama dengan api yang menyebabkan kebakaran besar di California.
NB: Endingnya --- nyesek asli. Selamat mencari tahu sendiri. Saya mau menyapa tanaman lidah buaya di depan rumah dulu. (less)
No comments:
Post a Comment