Wednesday, October 4, 2017

Tolong, Saya Keterusan Borong Buku di GrabBuku/MacaBuku




Terkadang, seperti di kisah-kisah FTV, hal-hal manis bermula dari kesalahpahaman. Seperti perjumpaan pertama saya dengan Grab Buku/Maca Buku yang cukup heboh. Awalnya ada seorang teman BBI yang melaporkan bahwa ulasannya digunakan untuk promosi tanpa izin oleh Grab Buku di Facebook. Ahem ...teman ini kebetulan cewek. Saya yang cowok sejati bagian Divisi HUMAS Blogger Buku Indonesia pun gerak cepat dengan mengirimkan inbox ke toko daring tersebut. Ternyata responnya sangat cepat, saudara-saudara—walau tidak secepat datangnya jodoh ihiks. Pihak Grab Buku akhirnya meminta maaf karena mereka mengaku belum mengetahui sistem kerja sama dengan BBI. Kesalahpahaman kecil itu pun akhirnya terselesaikan, dengan bonus saya mendapatkan jodoh kenalan satu lagi toko buku online dengan aplikasinya yang asik: Maca Buku. Jadi, walau belum dapat jodoh, dapat toko buku yang murah pun patut disyukuri bukan? Oke skip. Lanjut. Dalam bahasa Jawa, ‘maca buku’ bermakna ‘membaca buku’. Dengan demikian, sudah jelas kalau aplikasi ini adalah untuk para penimbun pembaca buku. Bahasa awamnya: Elo bisa beli buku secara online di sini.


Sebelum lanjut ke MacaBuku, saya ingin sedikit berbagi pengalaman berbelanja buku secara online selama ini. Walau terhitung sering beli buku secara on line, saya jarang sekali membeli buku dari toko-toko buku online kelas atas (idih bohong banget!). Paling banyak, saya hanya hanya membeli dari teman-teman Facebook yang saya kenal dan mereka kebetulan juga menjual buku. Entah ya, rasanya kok lebih tenang gitu kalau saya beli buku kepada orang-orang yang juga suka membaca buku. Gimana ya, beli buku ke toko-toko online gitu serasa beli sama mesin, padahal ya nggak juga. Halah, bilang aja kalau mesin nggak bisa dimodusin, Yon *tampar diri sendiri* Mungkin, karena interaksinya kurang kali ya (Tuh kan bener, cuma mau modus doang!) Belum lagi ribetnya: kudu mendaftar dulu lah, kudu jadi member dulu, dan lain-lain. Hal-hal ribet seperti inilah yang bikin saya nggak kunjung dapat jodoh males.

Nah, penampakan *halah* yang sama sebetulnya juga saya temukan saat memesan buku melalui aplikasi MacaBuku.  Tetapi, tidak ... ada sesuatu yang beda dari MacaBuku. Aplikasi ini memiliki tampilan yang simpel. Dia tidak terlampau meriah sebagaimana toko-toko buku online lain. Ibaratnya macam Kim So Hyun sebelum diendors pabrikan kosmetik. Simpel tapi bikin pengen ngapel. Keunggulan lain, tampilan MacaBuku tidak dipenuhi oleh baner-baner yang berebut perhatian calon pembeli. Memang ada 7 atau 8 banner, tetapi tidak semuanya adalah iklan preorder buku baru. Sekitar lima atau empat di antaranya adalah banner pemesanan buku yang dibuat dengan gaya minimalis. Pokoknya bikin pembeli nggak grusa-grusu saat hendak membeli buku. Pokoknya, jadi nggak kayak risih pas beli macam pas lagi milih-milih underwear di toko baju tapi malah diikuti sama mbak-mbak SPG yang heboh nawarin piranti lunak itu: “Mari Mas, sempaknya diskon 25%, yang ini karetnya warna pelangi dan bisa muat banyak.” Duh ngelantur, abaikan.  

 Tetapi justru dengan format seperti ini pembeli serasa dibebaskan saat hendak memilih buku untuk dibeli. Tiap mau beli buku, kita tinggal mencari lewat kolom pencarian (perhatikan tanda kaca pembesar di bagian atas) dengan mengetik judul buku atau penulisnya (jangan nama gebetanmu!). Setelah ketemu, tinggal klik JODOH BELI. Kemudian, akan muncul kolom konfirmasi agen pengiriman yang dipilih. Komputer akan secara otomatis menghitung total tagihan setelah dikurangi diskon dan ditambah ongkos kirim. Eh, sebentar. Diskon? Yup, beli buku lewat aplikasi MacaBuku juga akan mendapatkan diskon yang bervariasi antara 15% hingga 25% untuk buku baru. Sementara, untuk buku bekas berkualitas bagus, harga tertera adalah harga pas. Saya nggak tega mau nawar karena bukunya sudah dibandrol murah banget. Sayangnya, koleksi MacaBuku belum selengkap toko-toko buku online lain. Saat saya mencari seri Time Riders, yang tersedia hanya nomor 5 dari total 8 seri. Gimana kalau saya ngeklik ‘calon jodoh’ ya? Jangan-jangan jawabannya: Stok Kosong! Duh.

Gimana cara mengunduh MacaBuku? Tinggal masuk ke Playstore dan carilah aplikasi MacaBuku di sana. Dengan tampilannya yang simpel dan minimalis, saya rasa MacaBuku tidak terlalu berat di HP. Lebih berat file-file saru eh seru yang sering kamu unduh saat lagi khilaf itu. Dosanya juga lebih gede broh, jadi mending unduh MacaBuku aja deh. Lanjut.  Saat sedang mencari buku ataupun membelinya, langkah-langkahnya sederhana. Bahkan langsung dari telepon pintar pun bisa, tidak harus dari komputer pribadi atau laptop. Proses membeli buku berlangsung cepat, segera, to the point, tanpa pembeli dilempar ke sana kemari atau disuguhi dulu dengan iklan-iklan buku lain yang tidak dicarinya. Fasilitas lainnya apa? Selain buku baru diskon dan buku bekas harga murah, ada buku gratisnya juga. Jadi pembeli bisa ‘meminta’ buku gratis dari daftar judul yang disediakan dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Saya kebetulan belum pernah mencoba fasilitas buku gratis ini, ya sadar diri sih timbunan buku yang belum dibaca masih sepanjang jarak menuju hatimu.

Gimana dengan ongkos kirim? Jujur, saya termasuk orang yang sangat sensitif dengan ongkos kirim (dan harga buku tentunya). Sering kali, saya membatalkan pesanan karena ongkos kirimnya yang mahal (kadang hampir sepertiga harga buku) padahal kalau dipikir-pikir, Jogja juga nggak jauh-jauh amat dari penerbitnya yang di Jakarta. Masalahnya, sekian banyak toko buku online yang ada hanya melayani pengiriman dengan agen-agen besar macam (maaf ya Kak sebut merek) JNE, TIKI, dan POS Indonesia yang biayanya lumayan bikin manyun. Untuk satu buku ke Jogja, ongkirnya bisa Rp22.000. Lha kalau harga bukunya Cuma Rp50.000, sudah hampir separuh harga buku dong ya. Nah, di Grab Buku/MacaBuku inilah akhirnya saya menemukan jodoh toko buku yang melayani pengiriman lewat ekspedisi pengiriman junjungan saya: WAHANA (duh sebut merek lagi). Dengan ekspedisi ini, ongkir bisa dipotong hingga separuh, bahkan lebih ketimbang jika menggunakan kurir konvensional. Memang sampainya agak lama, tetapi demi efisiensi dan cadangan beras di rumah, lama sedikit nggak apa-apa. Aku nungguin kamu saja kuat, apalagi cuma nungguin mas-mas Wahana eaaak. Btw, ini saya sedang mengulas MacaBuku loh bukan agen ekspedisi Wahana. Kesimpulannya, saya sangat puas dengan pelayanan yang diberikan MacaBuku--apalagi kalau diskonnya ditambah #eh *dijambak Mbak Miminnya (*^*)/

2 comments:

  1. Ya ampunn, 22rb mah kecil (sombong, sok banyak duit) hahahahha....

    Udah makanan sehari-hari juga dgn ekspedisi yang ongkirnya hampir sama dgn harga satu buku. Ke Aceh contohnya. Kadang ongkirnya sampe 60 pernah, wlpn keseringan 50-an

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bwhahahaha duh aku nggak bisa ngebayangin ongkos kirim 50rb lebih, duh. Eh ke Aceh juga bisa pakai Wahana kan Mbak? Cobain deh lebih murah kok

      Delete