Wednesday, October 4, 2017

Tahilalat, Puisi Fiksi Mini ala Jokpin

Judul: Tahilalat
Penyair: Joko Pinurbo
Cetakan: Pertama, Oktober  2017
Tebal: 108 hlm
Penerbit: Basabasi



Selalu  kangen dengan puisi-puisi Joko Pinurbo. Melalui puisi, Jokpin seperti membuat semacam fiksi mini tetapi tetap dengan aplikasi unsur-unsur puisi seperti rima dan ketukan. Jika fiksi mini mungkin terbatasi pada 140 karakter, maka cerita-cerita Jokpin ini terbatasi ketukan serta rima. Ini yang bikin puisi-puisi beliau terasa selalu khas. Awalnya dibuka dengan cerita, kemudian berlanjut pada permainan kata-kata dan nada, sebelum tanpa sadar pembaca sudah terseret dalam pesonanya.

Di rumah itu mereka tinggal berdua
Bertiga dengan waktu. Berempat dengan buku
Berlima dengan televisi. Bersendiri dengan puisi.
(hlm 72)


Puisi-puisi Jokpin juga dikenal karena penggunaan kata-katanya yang singkat dan efektif. Diksi atau pilihan katanya sederhana sehingga mudah dicerna, walau kadang makna puisinya butuh perenungan dulu untuk mencerna apa yang hendak disampaikan. Sayangnya, karena buku ini adalah penerbitan ulang dari buku beliau (pertama terbit September 2012) sehingga tidak banyak mencolek isu-isu aktual sebagaimana khasnya Jokpin dalam buku puisi terbarunya Buku Latihan Tidur: Kumpulan Puisi yang keren banget itu. Tapi, tetap saja, puisi-puisinya selalu layak dinikmati kapan pun.

Mungkin cara terbaik untuk mencegah
Kemunculannya adalah berhenti menulis

Tapi kawan saya bilang, “Bukankah
Tanpa dia sudah lama kamu mati?”

(hlm. 65)


Sayangnya, ada beberapa eh banyak puisi di buku ini yang sepertinya sudah pernah saya baca di bukunya yang lain, misal Cenala, Durrahman, dan Liburan Sekolah. Jika ada yang baru di buku ini mungkin puisi-puisi pendek yang mendominasi awal-awal buku ini. Seperti sajak Duel di halaman 11.

Ayo, buku, baca mataku! 

(2007)

No comments:

Post a Comment