Wednesday, September 13, 2017

Bercinta Lewat Puisi dalam Kasmaran

Judul: Kasmaran, Sepilihan Puisi
Penyusun: Usman Arrumy
Cetakan: Pertama, September 2017
Tebal: 144 hlm
Penerbit: DIVA Press



Puisi-puisi di buku ini disusun berdasarkan rentang tahun penulisannya, dimulai dari tahun 2016 lalu mundur hingga ke tahun 2013. Secara tidak langsung, pembaca juga bisa turut merasakan serta mengalami perkembangan yang dialami Usman Arrumy dalam proses berpuisinya. Favorit saya adalah puisi-puisi dari tahun 2016. Coraknya pendek tapi lugas, sederhana tapi tetap dapat maknanya. Rima dan alur penulisannya sedikit mengingatkan saya pada puisi-puisi Jokpin. Dan, benarlah. Ada satu puisi khusus persembahan penulis untuk Joko Pinurbo di buku ini. Puisi yang berjudul "Insomnia II" ini menggunakan kata-kata yang sering banget kita temui pada baris-baris Jokpin. Apalagi kalau bukan 'kopi'.

Insomnia terbuat dari mata kopi
Yang menyerahkan tatapannya
Pada mata seorang pecinta. (hlm. 28)  

Bahkan baris pertamanya langsung membawa kita pada satu baris epik puisi Jokpin:  “Jogja itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.” Pun jika kita telusuri lebih lanjut puisi ini, jejak Jokpin masih kentara, terutama dalam penggunaan si aku sebagai subyek yang menanggung untuk kepentingan si tercinta. Pola puisi yang pendek-pendek, kaya makna, dan diwarnai dengan permainan kata-kata ala Jokpin ini juga terlihat jelas di beberapa puisi penulis dari tahun 2016. Salah satu yang menjadi favorit saya adalah puisi "Buku dan Kamu" di halaman 42.

Buku dan kamu tak ada bedanya;
Buku menampung kata-kata.
Dan kamu menampung air mata.
Keduanya sama-sama berasal dari cinta.


Rupanya, saya lebih cocok dengan puisi-puisi pendek tapi berima dan bermakna dari tahun 2016 ini ketimbang puisi-puisi penulis dari era sebelumnya. Semakin ke belakang, puisi-puisinya entah kenapa kok terasa semakin panjang. Usman Arrumy konsisten menggunakan asmara sebagai tema utama, tetapi--sebagaimana disebut Sapardi Djoko Damono dalam pengantarnya untuk buku ini--sebelumnya puisi-puisinya bercorak panjang. Juga semakin banyak perlambang. Puisi-puisi dari era 2015 bisa dibilang berjenis puisi permenungan yang lahir dari tirakat sang penyair. Kita agak harus sedikit mengeryitkan dahi untuk bisa memahami dan menyerap makna dari puisi-puisi panjangnya. Untungnya, bahkan dengan mengesampingkan maknanya, saya sudah sangat terhibur dengan aplikasi perimaannya

Jika kauletakkan di mata, aku penangkal kelimun kantukmu
Meraba rabunmu agar manik dunia dapat kauintip melalui naluriku
Aku penimba luh yang mudah luluh jika sesaat saja kau merasa jauh
(Terzina Rindu, hlm. 48)

Selain konsisten dengan tema cinta, yang patut diacungi jempol dari penyair ini adalah konsistensinya dalam mempertahankan rima serta pemilihan diksi yang rupawan. Seandainya digarap oleh orang kebanyakan, tema cinta dan rindu mungkin hanya akan jatuh pada puisi alay. Berbeda dengan puisi-puisi di buku ini, ketika cinta dan rindu bisa hadir dalam kecantikan penuhnya.

Rinduku padamu, kekasihku
Hanya bisa dijelaskan oleh batu
yang selalu mengasingkan dari keriuhan waktu
Kesunyiannya bersikeras mewakili kesendirianku
(Milestone of Adore, hlm. 54) 

 Jika engkau sedang dimabuk cinta, atau hendak mencari kado yang tepat untuk para perindu, buku kumpulan puisi ini untuk kamu.


No comments:

Post a Comment