Judul: Traveling Aja Dulu!
Penulis: Olivia Dianina Purba
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2018
Tebal: 256 halaman
Mengapa
kita disarankan untuk bepergian untuk jalan-jalan alias travelling? Alasannya banyak sekali. Olivia telah merangkumkan
sebagian besar alasannya di buku ini. Travelling
itu penting, di antaranya selain dapat membuat kita bahagia dan rileks,
travelling juga menjadikan kita pribadi yang lebih ramah dan berpikiran
terbuka, mengasah kemampuan memecahkan masalah, menambah pengalaman, menjajal
keberanian, mendapat banyak teman, dan masih banyak lagi. Dalam bahasa yang
agak lebai, bisa dikatakan bahwa seorang manusia belum menjadi seorang manusia
yang utuh, yang telah selesai dengan dirinya sendiri, jika dia belum pernah traveling.
Jadi, nggak rugi kok buat kamu yang memang suka travelling alias jalan-jalan.
Traveling mahal? Ya, memang nggak
salah juga sih. Apalagi jalan-jalan ke luar negeri tentunya membutuhkan uang
saku, biaya transportasi, serta akomodasi yang tidak sedikit. Tapi, selalu ada
jalan ketika kita mau berusaha. Olivia membuktikan hal ini. Dalam bukunya yang sangat
padat isi ini, penulis membuktikan bahwa hobi travelling yang dikenal mahal
ternyata bisa diakali dengan banyak cara. Tentunya diakali di sini adalah
dengan cara yang baik-baik serta tidak melanggar hukum. Misalnya saja, Olivia
menggunakan kelebihannya di bilang intelektual dan pendidikan untuk bisa
melanglang buana ke setidaknya 35 negara berbeda di penjuru dunia. GRATIS pula!
Kok bisa? Bisa kok. Ada banyak
cara untuk menjadi traveller. Cara paling gampang sih punya uang dalam jumlah
banyak atau bekerja sebagai duta besar. Tetapi, jika kamu belum keduanya, ada
banyak cara yang bisa dilakukan. Kadang, jawaban itu ada di dalam diri kita
sendiri. Olivia dalam buku ini menunjukkan caranya dengan berperan aktif dalam
bidang yang dia tekuni: dunia kampus. Dengan kecerdasan otak serta kematangan
intelektualnya, Olivia mengejar cita-cita untuk berkeliling dunia gratis lewat
jalur pendidikan. Entah sudah berapa kali dia menjadi perwakilan kampus untuk
acara-acara pertemuan muda-mudi internasional, atau ikut program voluntering
alias menjadi sukarelawan dalam proyek-proyek internasional.
Tentu tidak mudah untuk bisa
jalan-jalan ke luar negeri gratis. Dalam buku ini, Olivia menjelaskan dengan
rinci langkah-langkah yang harus dilaluinya hingga dia bisa menjadi seorang
traveller gratisan tapi tetap bermartabat seperti saat ini. Diawali dengan
perjuangan masuk universitas paling bergengsi di Indonesia, di mana lagi kalau
bukan di Universitas Indonesia. Sebagai universitas yang dianggap mewakili
Indonesia, kampus ini tentu memiliki jaringan kuat dengan berbagai kampus atau
institusi dari penjuru dunia. Bisa berkuliah di UI menjadi langkah strategis
bagi Olivia untuk memulai perjalanan gratisnya ke seluruh dunia.
Perjuangan ini tentunya tidak
mudah. Dalam bab-bab di dalam buku ini, kita bisa melihat jatuh bangun Olivia
dalam mendaftar program internasional, lalu berlomba dengan ratusan calon
peserta lain sampai akhirnya dia bisa lolos mewakili entah kampus, entah
lembaga, entah negara tercinta di berbagai negara asing. Lucunya, Olivia yang
berasal dari Indonesia malah pernah ditunjuk untuk mewakili negara Australia di
sebuah forum Internasional MIKTA yang
diadakan di Seoul, Korea Selatan. Seru juga mengikuti berbagai kegiatan muda-mudi
internasional ini.
Lah, dari tadi kegiatan formal
internasional melulu, kapan jalan-jalannya? Nah di sinilah cerdiknya Olivia. Di
sela-sela mengikuti berbagai kegiatan internasional inilah Olivia jalan-jalan. Kadang,
dia datang sehari-dua hari lebih awal dari acara, atau pulang lebih lambat dua
atau tiga hari. Waktu sela ini ia gunakan untuk travelling solo di
tempat-tempat yang berada di sekitar tempat berlangsungnya konferensi. Di buku
ini, kita bisa mengintip jalan-jalannya saat di Srilanka, Beijing, Kamboja,
Vietnam, Kanada, dan masih banyak lagi. Kadang, dia malah dapat rekan
seper-travelling-an yang sama-sama peserta konferensi. Asyik deh.
Hanya saja, karena terfokus pada
kegiatan konferensinya, acara jalan-jalan di buku ini menurut saya jadi kurang
banyak. Foto-fotonya juga kurang banyak, dan kalau ada pun fotonya juga tidak
berwarna. Berbagai tempat keren digambarkan sekadar asal lalu saja sehingga
pembaca hanya bisa mupeng dan (kalau
rajin) mencari sendiri info serta foto-fotonya di internet. Namun, kekurangan
ini terbayar dengan berbagai kisah seru mulai dari lucu hingga horor yang
dibagikan penulis di buku ini. Selesai membaca buku ini, saya semakin sadar
bahwa setiap impian layak untuk dikejar. Dan, bahwa tidak ada sesuatu pun yang
mustahil dicapai ketika kita bersedia untuk berjuang sekuat tenaga dan sepenuh
hati, termasuk jalan-jalan keliling dunia gratis.
No comments:
Post a Comment