Jatuh Cinta karena Perkara Bulu Mata

Judul: Perkara Bulu Mata
Penulis: Nina Addison
Editor: Harriska Adiati & Neinilam Gita
Desain sampul: Orkha Creative
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: September 2018
Tebal buku: 296 halaman

Tema sahabat jadi cinta kayaknya sudah begitu sering digunakan dalam banyak sekali roman remaja kekinian. Awalnya teman sekelas, lalu cinta perlahan tumbuh seiring seringnya berinteraksi, sapai kemudian rasa galau itu hadir. Mana yang harus dipilih? Tetap jadi sahabat atau naik kelas jadi pacar. Sering banget kan nemu cerita begituan? Tapi, gimana kalau rasa suka itu muncul setelah mereka sahabatan selama 15 tahun? Vira, Jo, Liliana, dan Albert sudah sahabatan sejak SMA, dan hingga di usia akhir 30-an, keempatnya masih rutin bertemu dan nongkrong bareng ketika walau sama-sama asyik dengan dunianya sendiri. Kemudian, rasa cinta itu muncul di antara salah duanya. Jadi, ceritanya di Vira kok ya kebetulan lagi curhat sama Jojo dalam satu sesi kongkow mereka berdua. Vira ini baru ditolak Tom, cowok idamannya btw. Saat curhat itulah, Vira iseng liatin bulu mata Jojo yang panjang dan lebat ... dan tiba-tiba rasa suka itu muncul. Yap, betul sekali, cinta muncul dari bulu mata. 

"Dari (bulu) matamu, (bulu) matamu, kumulai jatuh cinta." (Bukan Jaz, Bulu Matamu)

Sepanjang buku ini, kita akan disuguhi drama sahabat jadi cinta yang gemes-gemes kesel.  Kedewasaan para karakternya menurut saya adalah yang paling bikin  novel ini beda. Baik Jo, Vira, juga Albert, dan Liliana adalah anak-anak muda urban yang sudah selesai dengan alay-nya. Masing-masing karakter telah menunjukkan figur kedewasaan dan kemapanan yang khas. Mungkin, ini yang bikin gemes gimana gitu ketika para eksekutif muda ini terserang virus merah jambu yang umumnya menjangkiti anak-anak remaja. Awalnya, Vira yang panas dingin nggak karuan setiap ketemu Jojo. Si Jojonya nggak sadar kalau Vira suka dia. Di sisi lain, Vira nggak mau kalau hubungan persahabatannya kandas gara-gara cinta. Bingung juga ya. Pengen memiliki tapi takut malah dianya pergi.

"Sejarah punya cara aneh untukmengawetkan keabnormalan manusia dalam istilah yang terkesan polos. " (hlm. 23)

Untung, takdir berbaik hati dengan menurunkan makcomblang yang tidak lain tidak bukan adalah Liliana. Cewek ini asli tubir banget, radarnya kuat banget kalau soal gosip dan ghibah. Begitu tahu kalau Vira naksir Jojo, Liliana langsung autoember dengan nyebarin berita hot ini ke Albert. Yang nggak cewek itu tahu, Albert lagi nongkrong sama Jojo, dan Jojo pun dengan suksesnya membaca chatingan Liliana soal Vira. Duar .., perang dunia kelima pun mulai ditebar. Nggak kebayang banget malunya si Vira, merasa bersalah bangetnya si Liliana., kagetnya Jojo, dan ngakaknya Albert. Campur-campur dan asli si penulis ini jago banget ngegambarin adegan akward yang muncul di antara mereka. Jojo sempat menjauh dari ketiganya. Ya, siapa sih yang nggak kaget kalau sohib yang belasan tahun maen bareng tiba-tiba suka sama elo. Lucu unyu gimana gitu liat para orang dewasa ini bisa galau juga wkwkwk.

"Romance in the office is a bad idea. lesson learned." (hlm. 27)

Satu hal yang bikin novel ini beda adalag gaya berceritanya yang lepas banget. Penulis menggunakan bahasa ujaran yang santai tetapi nggak alay. Ini sesuai dengan karakter dewasa mereka. Walau galau, setiap persoalan diselesaikan dengan bijak sebagaimana orang seusia mereka menghadapi masalahnya. Setting serta latar belakang kehidupan empat tokoh utamanya juga digarap dengan mulus banget. Ibaratnya, pembaca ini kayak diajak nongkrong bareng sama geng Vijolibert ini. Belum lagi karakter Liliana yang asli nyablak banget. Cewek ini bocornya minta ditambal banget tetapi dia juga sahabat yang baik. Hiburan banget pokoknya dia tuh. Belum lagi gregetnya si Jojo yang galau soal perasaan hatinya ke Vira. Dan itu semua disebabkan bulu mata. Saya suka novel metropop ini karena mampu menghadirkan romansa dengan jalan yang tidak menye-menye, kocak, sekaligus penuh aroma persahabatan.