Search This Blog

Thursday, May 18, 2017

Drama Sepasang Sejoli di Caraval

Judul: Caraval
Pengarang: Stephanie Garber
Penerjemah: Jia Effendi
Cetakan: Pertama, Maret 2017
Tebal: 436 hlm
Penerbit: Nourabooks


34673451



Caraval, sebuah parade magis akan berlangsung di sebuah pulau misterius, Isla de los Suenos. Ini bukanlah parade atau sirkus biasa. Caraval adalah hiburan seru sekaligus petualangan yang berbahaya. Dalam Caraval, semua orang bisa ikut bermain, tetapi mereka juga bias terluka. Sebuah perpaduan antara permainan, acting, teka-teki, serta tarik ulur siasat, Caraval akan menjadi pelarian yang sangat tepat untuk melupakan sejenak rutinitas keseharian yang membosankan atau mungkin malah penuh tekanan. Dalam Caraval, peserta akan diajak menelusuri terowongan-terowongan rahasia, kanal-kanal penuh muslihat, hingga penginapan-penginapan yang seperti menyimpan sejuta rahasia. Caraval juga menawarkan beragam sihir yang bisa kau beli dengan rahasiamu, parfum yang bisa mencegah orang melukaimu, gaun yang berubah-ubah sesuai emosi pemakainya, dan masih banyak lagi. Semua ini masih ditambah dengan satu hadiah istimewa yang telah menanti sang juara di akhir permainan.

“Caraval lebih daripada sekadar sebuah permainan atau sebuah pertunjukan. Itu adalah hal terdekat dengan sihir yang bisa kau temukan di dunia ini." (hlm. 18)

 
Scarlet dan Tella, dua bersaudari ini telah bermimpi bisa menonton Caraval sejak keduanya masih kecil. Scarlet yang begitu menyayangi adiknya, Tella, bahkan sudah mengirimkan surat kepada sang pemilik Caraval, yakni Legend nan misterius. Hamper setiap tahun surat dikirim dan sekalipun tak berbalas. Hingga akhirnya kesabaran itu berbuah hasil pada tahun ketujuh: Legend mengundajng keduanya untuk tidak saja manjadi penonton Caraval, tetapi ikut bermain di dalamnya. Sebagai gadis yang beranjak remaja, undangan ini tentu tak dapat ditolak. Scarlet tumbuh jadi remaja yang lurus, penurut, dan cenderung menjauhi petualangan. Tetapi Tella adalah kebalikan dari kakaknya. Gadis ini begitu mendamba petualangan.

“Mimpi-mimpi yang menjadi nyata memang indah, tetapi itu juga bisa menjadi mimpi buruk jika orang-orang tidak bangun." (hlm. 80)

Dalam hati kecilnya, Scarlet sebenarnya juga tertarik ikut Caraval. Tetapi, risiko yang ditanggung terlalu besar. Caraval memang permainan yang menyenangkan, tetapi sihir di dalamnya bisa menyeret peserta yang terlampau asyik bermain dalam pesonanya yang berbahaya. Apalagi, konon dulu ada seorang peserta yang meninggal setelah ikut Caraval. Rasa takut bertarung dengan rasa penasaran, dan berkat Donna yang nekat, rasa penasaran menang. Walau tidak dengan kemauan sendiri, Scarllet, Tella, dan seorang pemuda Bengal temannya, Julian, masuk dan menjadi salah tiga peserta dalam Caraval. Selain penasaran, keinginan ikut Caraval juga didorong oleh sebab lain. Sudah sejak lama, kedua bersaudari itu hidup di bawah tekanan sang ayah yang kejam. Kekejamannya sungguh di luar batas, tetapi entah bagaimana Scarlet tidak bisa melarikan diri dari siksaan itu. Caraval diharapkan menjadi pelariannya sementara.

"Kenapa kau selalu terfokus pada apa yang harus kau berikan daripada pada apa yang akan kau dapatkan? Ada beberapa hal yang layak dikejar apa pun biayanya." (hlm. 200)

Jalannya Caraval ternyata mirip jalannya takdir yang sering kali tak terduga. Scarlet sama sekali tidak menyangka kalau caraval akan banyak mengubah dirinya. Dimulai dari hilangnya sang adik dalam labirin Caraval, Scarlet menyadari kalau Caraval tahun ini berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Undangan khusus yang didapatkannya adalah tanda bahwa permainan ini adalah untuknya dan adik yang sangat disayanginya akan menjadi pertaruhan utama. Mau tak mau, Scarlet harus mengikuti permainan, memecahkan petunjuk, serta menjalani beragam permainan serta pemandangan paling aneh yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Caraval memang indah sekaligus memabukkan. Jika kau terlampau larut di dalamnya, berhati-hatilah karena mungkin saja jiwa atau badanmu akan terluka. Dan Scarlett diwanti-wanti untuk berhati-hati. Untunglah ada sosok Julian yang dalam kisah ini ternyata begitu banyak membantu Scarlett.

"Kalau kau sungguh-sungguh ingin memainkannya dengan benar, kau harus mempelajari sejarahnya." (hlm. 203)

Walau bandel dan sok jantan, Julian ini ternyata dapat diandalkan. Berulang lagi dia menyelamatkan Scarlett yang sangat naïf sekaligus ceroboh. Walau sering bertengkar, keduanyaternyata cocok sekali kalau saling berkerja sama untuk mencari petunjuk serta melewati beragam jebakan yang bertebaran dalam Caraval. Ini yang kemudian mengingatkan saya pada sesuatu. Interaksi suka tapi sering berantem ini sering sekali saya jumpai dalam film atau buku romantic. Dan setelah saya cek goodreads serta membaca selesai buku ini, saya bisa menyimpulkan kalau Caraval ini lebih condong ke kisah romance ketimbang fantasi. Bukan roman-fantasi ala seri The Mortal Instruments-nya Cassandra Clare, tetapi lebih mendekati seri Twillight-nya Meyer. Settingnya yang jadul juga makin mengingatkan saya pada genre hysterical romance eh historical romance yang nganu-nganu itu. Ini belum dramanya. Sumpah deh, Scarlet ini di awal sampai tengah drama banget. Adegan-adegan yang drama (bukan dramatis loh ya) juga bertebaran di sepanjang buku. Gimana ya, lama-lama kok fantasi Caraval-nya hilang dan ketutup sama intensitas drama Scarlet dan Julian.

"Aku percaya kau bisa menjadi orang baik kalau kau menginginkannya." (hlm. 259)

Hal lain yang sebetulnya unik dalam novel ini, tetapi karena menurut saya jadi mengganggu karena begitu sering muncul adalah kalimat-kalimat berbunga yang tak pada tempatnya. Jika sesekali muncul mungkin bisa dimaklumi, tetapi kalimat-kalimat penuh warna-warni macam: “hari yang berwarna hijau”, “udara yang seperti sup”, “gaun yang sehalus mimpi buruk” muncul banyak sekali. Andai saja Scarlet memiliki kemampuan melihat aura suatu benda atau peristiwa, mungkin bisa dimaklumi. Tetapi, novel ini diceritakan dari sudut pandang orang ketiga tunggal, dan dengan meletakkan kalimat-kalimat berbunga begini di tengah-tengah cerita, saya merasa penulis ingin memperindah bahasa tetapi secara tak langsung dia juga memaksakan seleranya kepada cerita. Mungkin, karena saya jarang membaca genre historical romance, gaya penulisan seperti ini biasa digunakan. Tetapi, entahlah, porsinya terlalu banyak dalam Caraval ini sehingga bikin novel ini semakin drama saja.

“Setiap orang memiliki kekuatan untuk mengubah takdir mereka jika mereka cukup berani memperjuangkan hasratnya lebih dari apa pun." (hlm. 156)

Menjelang akhir Caraval (jujur membaca buku ini melelahkan bagi saya yang bukan penggemar bacaan romance drama), saya bisa mulai memahami mengapa karakter Scarlet drama abis di depan. Caraval ibarat sebuah ujian yang akan menempa gadis itu menjadi wanita yang lebih dewasa, lebih berani mengambil keputusan, serta mau berjuang untuk mengapai masa depannya dengan kekuatan serta caranya sendiri. Bahkan Julian pun mengalami perkembangan karakter yang mengingatkan kita pada pentingnya pengorbanan dan kesetiaan, serta cinta. Secara ringkas, novel Caraval ini sepertinya memang lebih menyorot pada perkembangan karakter keduanya, juga perkembangan hubungan antara keduanya. Caraval menjadi setting yang luar biasa unik dalam sebuah kisah cinta sehingga membuat kisah Scarlet dan Julian ini lebih istimewa. Dan Caraval memang benar-benar misterius. Sampai di halaman terakhir, saya masih belum menemukan jawaban atau gambaran yang memuaskan tentang apa Caraval itu sendiri selain lorong-lorong penuh sihir, tipu daya, kepura-puraan yang dibalut oleh unsur drama yang luar biasa kental.

"Tidak seorang pun benar-benar jujur, jawal Nigel. Bahkan kalaupun kita tidak berbohong kepada orang lain, sering kali kita membohongi diri sendiri." (hlm. 160)


No comments:

Post a Comment