Search This Blog

Tuesday, February 2, 2016

Memoria




Judul: Memoria
Pengarang: Priscila Stevanni
Penyunting: Bonni Rambatan
Cetakan: 1, Oktober 2015
Tebal:275 hlm
Penerbit: Kosong

28593495 
(sumber: goodreads)

“Bukan ingatan fotografis yang membuatku special, tapi bagaimana aku menggunakannya. Itu yang menjadikannya berharga.” (hlm 50)

Mari berkenalan dengan Maira, seorang remaja cewek yang diberi kelebihan dengan memori fotografis yang membuatnya mampu mengingat banyak hal hanya dengan sekali memandangnya. Apa yang dilihatnya akan secara otomatis terpotret dalam otaknya, membuatnya mudah mengingat hampir segala hal, mulai dari materi pelajaran hingga kenangan-kenangannya. Maira ini punya sahabat cowok yang sangat dekat dengnnya semenjak kecil hingga mereka SMA, namanya Rega. Suatu hari, tiba-tiba Rega menghilang. Tidak hanya orangnya yang hilang, melainkan juga keberadaannya. Tiba-tiba, cowok itu seolah tidak pernah ada di dunia ini. Semua teman, orang tua, bahkan para guru mengaku tidak mengenal siapa Rega. Maira pun putus asa, sepertinya hanya dia sendiri yang tahu bahwa sosok Rega pernah ada. Cewek itu bahkan sampai dibawa ke psikiater karena diduga mengalami delusi. 

Belum selesai satu kecemasan, sudah muncul masalah lain. Delapan bulan setelah Rega hilang, Maira tiba-tiba dibawa ke sebuah tempat asing di masa depan. Gadis itu mendapati dirinya telah berada di Jakarta pada tahun 2097. Kala itu, Bumi dalam kondisi kering kerontang, sangat gersang akibat perang dan bencana alam yang mengubah drastis  kondisi Bumi sehingga rusak parah. Teknologi manusia memang telah jauh berkembang saat itu (telepon hologram dan ada mesin penyedia makanan instan ala Doraemon), namun tetap saja Bumi telah sedemikian panas dan gersang. Perlahan Maira tahu, dia dibawa ke masa depan lewat mesin waktu oleh sebuah kelompok bersenjata STARKE FORCE, salah satu aliansi manusia yang masih bertahan di Bumi kala itu. 

" ... karena setiap manusia punya tugas masing-masing di dunia ini. Misi yang harus kita jalankan selama hidup." (hlm. 273)

Satu kejutan lagi menanti Maira di masa ini, Rega kembali. Tapi, Rega yang ini sama sekali berbeda dengan Rega yang dikenalnya di tahun 2015. Sosok dan tubuhnya sama, tetapi Rega masa depan sama sekali tidak mengenal Maira. Belum sempat Maira pulih benar, terjadi peristiwa pertempuran lain antara STARKE FORCE dengan sekelompok prajurit milik aliansi saingan dan lagi-lagi Maira tak berdaya terjebak di dalamnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya Maira? Mengapa Rega lupa ingatan dan menghilang dari ingatan orang-orang? Memoria, sebuah novel perjalanan waktu yang dipadu dengan kisah aksi ala dystopia dan romansa anak muda, ini akan turut memperkaya khazanah fiksi fantasi karya anak bangsa.

"Lilin itu indah ya, ... kelihatan rapuh sekaligus kuat, kayak manusia." (hlm. 55)
 
Hal yang saya suka dari Memoria adalah cara penulis bercerita yang sedemikian lancar dan mulus. Alurnya berjalan cepat, dengan potongan adegan aksi yang mengingatkan kita pada seri The Maze Runner campur Divergent.  Dari awal, penulis sudah membikin pembaca penasaran tentang apa sebenarnya yang menimpa Maira, dan semakin ke belakang, penulis berhasil menjaga alurnya tetap cepat sebelum mencapai ending yang sayang sekali terkesan terlalu dicepatkan. Kekurangan dari novel ini adalah beberapa hal yang sepertinya digampangkan oleh penulis, mulai dari prosedur pengobatan luka tembak yang dialami Maira, hingga tentang penghapusan memori mengenai Rega yang seharusnya bisa diperinci lagi. Menurut saya, penulis terlalu fokus pada alur dan aksi sehingga agak mengabaikan detail.  Saya juga kurang suka sama sosok Rega yang terlalu sempurna, juga ilustrasi di halaman dalam kurang besar. Semoga, kisah ini masih ada sambungannya karena memang ceritanya seru dan bikin nagih andai dikembangkan lagi.

"Dan, untuk itu aku akan berjuang. Untuk Bumi yang lebih baik." (hlm. 275)

No comments:

Post a Comment