Search This Blog

Thursday, December 22, 2016

Cybertrons, Garda Legenda Nusantara

Judul: Cybertrons, Guardian of the Legends
Pengarang: Hamid Hamka
Tebal: 231 hlm
Cetakan: 1, Desember 2016
Penerbit: Mazola




Tahun 4040, mesin waktu telah ditemukan dan legenda di Indonesia bisa dibuktikan kebenarannya. Manic adalah remaja dari masa lalu yang tergabung dalam kelompok penjaga legenda dengan markas bernama Cybertron. Mereka menjaga legenda agar tidak terjadi perubahan. Kelompok ini dipimpin oleh Tomang atau familiar sebagai Profesor Crypt.


Ide tentang adanya sekelompok orang yang bertugas menjaga sejarah agar tetap sebagaimana mestinya mungkin sudah banyak diangkat dalam banyak novel fantasi luar, seperti di History Keepers dan Time Riders. Tetapi, saat menyeleksi naskah ini dalam lomba #fikfanDIVA tahun 2013, ide ini masih terasa sangat segar bagi saya. Terlebih, apa yang dijaga oleh kelompok Cybertrons adalah legenda-legenda nusantara. Unik dan pasti bakal asyik banget baca novel fantasi yang memadukan konsep mesin waktu dengan legenda nusantara ini. Inilah salah satu hal yang bikin saya memilih naskah ini sebagai salah satu yang masuk rekomendasi untuk diterbitkan. Sayangnya, kisah tentang perjalanan waktu adalah tema yang sangat riskan jika tidak diolah dengan hati-hati. Banyak plothole yang siap menjebak penulis yang kurang waspada. Dan ini masih ditambah dengan jumlah halaman yang terbatas. Dalam lomba #fikfanDIVA, yang dicari memang novel tipis alias novelet. Halaman maksimal adalah 120 – 130, spasi ganda, TNR dengan ukuran 12 pts. Bayangkan betapa susahnya menulis sebuah novel utuh dengan jumlah halaman setipis itu. Temanya fantasi pula.

Keterbatasan ini yang membuat saya sedikit memaklumi naskah ini sehingga saya naikkan bintangnya jadi tiga terlepas dari sejumlah plothole yang muncul di dalam naskah ini. Terutama, tentang perjalanan waktu itu sendiri. Setting utama Cybertron adalah tahun 4040, dan tujuan perjalanan waktunya adalah ke masa lalu. Tetapi masa lalu yang dipilih di cerita ini adalah ke nusantara di zaman legenda. Pertanyaannya, apakah legenda Gunung Tangkuban Perahu dengan Dayang Sumbi dan Sangkuriangnya itu benar-benar terjadi di masa lalu sehingga bisa didatangi dengan mesin waktu? Tapi, pertanyaan ini mungkin sudah terjawab lewat blurb-nya meskipun masih kurang memuaskan. Pertanyaan yang kedua, perjalanan waktu yang terbaik adalah perjalanan waktu yang tidak mengubah apa pun, seperti yang dilakukan Hermione dengan alat pembalik waktunya. Ini agar tidak terjadi kontaminasi dalam sejarah sebagaimana yang dengan detail telah diupayakan dalam seri The Time Riders. Tetapi, dalam Cybertron, banyak sekali kontaminasi waktu yang terjadi, padahal kontaminasi itu terjadi untuk memastikan agar sejarah masa depan tidak berubah. Ini sebenarnya agak paradoksal.

Tapi, kita abaikan sejenak sejumlah bolong logika di novel ini untuk bisa menikmati novel ini. Jadi, di masa depan itu ada dua kelompok yang saling bersaing: Cybertron dan Story Thief. Yang bertama berupaya menjaga legenda-legenda nusantara sebagaimana adanya seperti yang kita kenal saat ini. Sementara, para Story Thief berusaha mengubah jalannya legenda nusantara demi mengubah masa kini dan masa depan agar sesuai dengan tujuan mereka. Nah para Story Thief ini berulah dengan menculik bawang putih agar tidak ketemu nenek yang baik, menyembunyikan tokoh yang menjadi sosok Batu Menangis, serta bikin Malin Kundang dan Sangkuriang menghilang entah ke mana. Paling gawat, mereka ikut campur dalam perang antara Kebo Iwa dan Gadjah Mada dalam upaya Majapahit menaklukan Bali. Campur tangan ini membuat Majapahit tidak eksis, sehingga nusantara yang bersatu tidak ada. Akibatnya, negara NKRI yang kita kenal saat ini pun tidak pernah ada. Bermain-main dengan waktu adalah hal yang sangat berbahaya.

Jadi, inti novel ini adalah pertarungan antara para anggota Cybertron dan The Story Thief dalam menjaga dan mengubah legenda. Sebenarnya mirip-mirip dengan novel sejenis yang terjemahan. Yang bikin menarik di novel ini tentu saja tokoh-tokohnya yang berasal dari legenda-legenda nusantara. Bayangkan Rorojongrang lari dan tak jadi dikutuk jadi patung. Atau, ibunda Malin Kundang yang ditawan oleh orang dari masa depan. Selain itu, penulis juga menampilkan ulang binatang-binatang mitologis dalam legenda nusantara, di antaranya lembuswana (binatang berkepala gajah bermahkota, memiliki sayap, serta dilengkapi taji tajam di kakinya) serta Orang Bati (mahkluk menyerupai manusia vampir dari Pulau Seram). Terlepas dari masih banyaknya kekurangan di novel ini, ide ceritanya sendiri sangat menarik, enak dinikmati, dan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam edisi lain yang lebih tebal dan lengkap. Editing buku ini juga sedikit bikin gemes, sungguh sayang untuk buku dengan tema menarik begini.

No comments:

Post a Comment