Search This Blog

Thursday, October 6, 2016

Between Shades of Gray

24364072Judul: Between Shades of Gray
Penulis: Ruta Sepetys
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Penyunting: Rika Iffati FarihahDesain sampul: Fahmi Ilmansyah
ISBN: 9786021306451
Tebal: 396
Cetakan: Pertama, Desember 2014
Penerbit: Noura Books


 

Lithuania, Latvia, dan Estonia; ketiga negara di kawasan Baltik ini sempat menghilang dari peta dunia selama hampir separuh abad ke-20. Eksistensi bangsa-bangsa ini dicaplok oleh Pemerintah Uni Soviet yang berhaluan komunis sampai akhirnya persekutuan blok timur ini runtuh pada awal tahun 1990-an. Dari televisi, kita hanya bisa menyimak berita tentang kembalinya kemerdekaan ketiga bangsa di Eropa utara tersebut, sejenis informasi yang datar karena hanya berisi tanggal dan peristiwa. Tetapi, lewat cerita, kita bisa merasakan dan serasa mengalami sendiri bagaimana penderitaan orang-orang tersebut selama berada dalam tekanan pemerintah negara lain yang menindasnya. Banyak orang yang telah membahayakan jiwanya dengan mencoba meneriakkan kepada dunia luar tentang apa yang tengah berlangsung di balik dinding-dinding Soviet. Seperti yang telah dilakukan Rita Sepetys lewat novel keras yang ditulis dengan sangat indah ini.


Between Shades of Grey berkisah tentang perjuangan bertahan hidup yang harus dilalui oleh Lina dan keluarganya di masa-masa pembuangan. Suatu malam di tahun 1941, sekelompok pasukan NKVD (kemudian menjadi KGB) mendobrak masuk ke rumah keluarga Vilkas, kemudian menciduk seluruh penghuninya--kecuali sang ayah yang telah lebih dulu menghilang. Bersama ibu dan adiknya, Jonas, Lina diangkut ke sebuah kereta. Dalam gerbong-gerbong msiterius yang bertuliskan 'pelacur' itu, mereka berdesakan dengan ratusan orang lain yang diciduk NKVD karena dinilai dapat mengganggu stabilitas pemerintahan teror Stalin yang berpusat di Moskow. Dari yang semula warga terhormat, manusia-manusia ini kemudian diperlakukan layaknya kumpulan ternak dalam gerbong padat dengan kondisi yang menyedihkan. Kurang makan, kurang tidur, jarang mandi, hingga tidak diberi kesempatan untuk membuang hajat, mereka benar-benar tidak dianggap sebagai manusia. Sungguh miris sekali, betapa di dunia ini masih ada manusia-manusia tanpa hati yang menyiksa sesamanya sendiri.

"Kita mengenal diri kita sendiri. Mereka keliru. Dan, jangan pernah biarkan mereka meyakinkanmu yang sebaliknya." (hlm. 74)

Kengerian selama diangkut dalam gerbong belum ada apa-apanya dibandingkan kesulitan yang telah menanti mereka di tujuan. Dirahasiakan dari mata dunia, kereta itu membawa mereka ke kawasan terpencil di Pengunungan Altai untuk kemudian dipekerjakan paksa di sebuah perkebunan. Selama berbulan-bulan, melewati musim yang keras, Lina bersama ibu dan adiknya dipaksa bekerja keras di ladang dengan kondisi yang sangat tidak manusiawi. Makanan dijatah,pakaian tidak memadai, bahkan Lina dan keluarganya harus tinggal di rumah sempit dan bobrok bersama seorang wanita yang pemarah. Tetapi, dalam setiap kondisi buruk, selalu ada bunga yang tetap bertahan dan mekar. Lina bertemu dengan Adrinus, cowok sebayanya yang kemudian menjadi teman dekatnya. Berkat Adrius inilah Lina dan Jonas bisa tetap waras dalam kondisi pembuangan. Selain Adrius, tokoh positif lain yang layak diacungi jempol adalah ibunya Lina dan Jonas, Nyonya Vilkas. Berkali-kali, wanita hebat ini terus menguatkan--bukan hanya anak-anaknya, tetapi juga--seluruh penghuni gerbong. Ketegaran Ibu ini luar biasa, lihatlah apa yang diajarkannya kepada Lina:

"Perlakuan yang salah terhadap diri kita tidak memberi kita hak untuk melakukan hal yang keliru." (hlm. 346)

 Secara keseluruhan, Between Shades of Gray berisi tentang penderitaan (saya sampai sudah move on dan harus membaca komik untuk kembali meningkatkan semangat hidup saya kembali (halah). Membaca novel ini niscaya membuat kita terpekur untuk bersyukur, betapa kita telah diberi kesempatan menjalani hidup yang layak. Bahwa kebebasan itu sering kali sangat mahal harganya, juga bahwa sesekali kita juga harus mencoba memandang hidup lewat kacamata orang lain sehingga kita mudah untuk berempati dan tak gampang menghakimi (nyontek tweetnya @divapress01).

4 comments:

  1. Itu yang dimaksud Adrinus atau Adrius?

    Wah, buku ini sukses bikin Mas Dion galau sejenak, tambah penasaran sehebat apa kepiluan yang dibuat penulis untuk karakter Lina ini!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Adrius hahahaha trims koreksinya. Bukunya kudu coba dibaca deh, biar pikiran dan empati kita makin luebarrrr

      Delete
  2. semoga lekas difilmkan hihihi

    ReplyDelete
  3. Kalau difilmkan pasti bakal memorable banget nih

    ReplyDelete