Search This Blog

Thursday, July 24, 2014

Bite Sized Magic (Sihir Segigit)



Judul : Bite Sized Magic (Sihir Segigit)
Pengarang : Kathryn Littlewood
Penerjemah : @PutroNugroho
Lulu Fitri Rahman
Sampul : iacopo Bruno
Cetakan: Pertama, 2014
Penerbit : Mizan fantasi


 22084254


                Ditutup dengan ajaib, tapi untuk pembaca anak-anak. Demikian kesan saya setelah merampungkan membaca tiga seri ini. Sungguh amat disayangkan, buku pamungkas dari seri Bliss Bakery Trilogy ini ternyata tidak lebih ajaib dari buku pertamanya, walau ending buku memang sangat manis, semanis kue moony pye buatan Rosemary Bliss. Ada sesuatu yang kurang dalam buku ketiga ini. Taburan bubuk sihir, hilangnya stoples-stoples biru, atau Booke yang entah kenapa di buku ini sangat jarang muncul. Tapi, jika pembaca sudah telanjur mengikuti seri ini, lebih baik sekalian saja membaca buku ketiganya. Harganya juga tidak terlalu mahal, plus ada bonus sampulnya yang biru menawan dan ada taburan bubuk sihir berkilauan dalam lembar-lembarnya, cocok sebagai buku koleksi atau hiasan yang indah di perpustakaan Anda. Jadikan set trilogy buku ini sebagai hadiah bacaan untuk pembaca usia anak-anak dan remaja, mereka pasti menyukainya.

                Sihir Segigit  masih mengusung tema yang sama sebagaimana dua buku sebelumnya, yakni sihir dalam makanan dan makna dari sebuah keluarga. Dalam buku kedua, Rose berhasil mengalahkan Bibi Lilynya yang jahat dalam pertandingan memasak paling bergengsi di dunia, Gareaux Grands. Kemenangan itu menjadikannya pemenang termuda (12 tahun) dalam sejarah penyelengaraan  kompetisi memasak di Paris itu. Booke berhasil kembali dia rebut dari Bibi Lily, dan Rose pun tiba-tiba menjadi selebritis dadakan. Kehebohan langsung menyergap Calamity Fall begitu para wartawan mengetahui Rosemary Bliss, sang pemenang termuda, tinggal di sana. Untuk sesaat, Rose berharap tidak perlu membuat roti lagi. Dan, harapannya terkabul, dalam cara yang lain.

                “Mengerjakan hal yang kau cintai dan melakukannya sebaik-baiknya.” (hlm 282)

                Kesuksesan Rose telah membuat pihak-pihak lain iri, terutama asosiasi pengusaha makanan terbesar di dunia, Mostess Snack CafĂ© Coorperation, yang kemudian menculiknya. Mereka memaksa Rose untuk menyempurnakan produk makanan mereka (yang kaya akan bahan pengawet dan pewarna buatan). Untuk pertama kalinya, Rose membuat roti karena terpaksa. Lebih buruk lagi, roti yang dia buat mengandung komposisi terlarang yang akan membuat seluruh orang yang memakannya menjadi zombie makanan. Masalah semakin parah ketika pihak Mostess menahan orang tuanya dan Balthazar sebagai sandera agar Rose mau melakukan perintah keji membuat roti-roti berbahan sihir jahat.  Mostess ingin membuat roti yang sempurna, yang tidak hanya nikmat tapi juga indah dilihat, dan bisa diproduksi secara missal plus tahan lama.

                Rasanya ada yang menggerikan dalam kesempurnaan produk buatan mesin semacam itu.” (hlm 71)

                Dengan berusaha tetap waras, Rose diam-diam membuat roti penawar di samping roti zombie yang dia resepkan. Banyak rintangan menhadang, tetapi pada akhirnya terbukti bahwa keluarga selalu Anda ketika kita membutuhkannya. Rencana sekeji apapun akan terasa mudah dihadapi ketika kita bersama-sama dengan keluarga. Dua malaikat penolong (yang lebih seringnya malah menganggu) datang membantu Rose, Thy dan Sage. Bersama kedua saudaranya itu, dan para koki kue yang telah tersadarkan atas kekejian Mostess Corp. bergerak untuk melawan diam-diam. Mampukah tiga remaja itu mengalahkan jaringan toko kue dan roti terbesar di Amerika Serikat? Dengan keluarga yang siap sedia berdiri di samping kita, sepertinya tidak ada yang tidak mungkin.

                “Mama punya anak-anak yang istimewa. Kalian baik dan cerdas, dan kalian akan saling menjaga. Kalian akan baik-baik saja.” (hlm 268)

                Sehangat kue kukis yang baru dikeluarkan dari pemanggang, buku ketiga ini kembali menghadirkan aroma kekeluargaan nan hangat sebagai senjata utama. Tidak ada sihir yang sanggup mengalahkan kuatnya ikatan persaudaraan dan persahabatan. Keluarga Bliss membuktikan, bahwa masalah apapun tidak akan terasa berat jika dihadapi bersama, bahu membahu, bantu-membantu, karena itulah guna sebuah keluarga. Sebuah penutup yang manis, walau menurut saya masih terlalu tipis untuk sebuah buku penutup trilogy. Masih banyak cerita yang belum disampaikan. Kisah-kisah hebat yang urung terungkapkan. Tokoh-tokoh baru yangmasih disembunyikan. Buku ini masih terlalu sederhana untuk bisa dibilang sebagai sebuah karya yang utuh. Tapi, mengingat ini adalah buku untuk anak dan remaja, rasanya pembaca dewasa bisa memakluminya.

                Semoga, masih ada kelanjutan dari serial keluarga Bliss. Mungkin ketika Rose sudah lebih dewasa. Akan saya nantikan perang epic antara Keluarga Bliss melawan Asosiasi Penggilas Roti yang pasti bakal sangat seru. Semoga!

No comments:

Post a Comment