Search This Blog

Saturday, May 14, 2011

Seni Bergembira

Judul                : Seni Bergembira, Cara Nabi Meredam Gelisah Hati
Penulis              : Karim Abdul Ghaffar
Penerjemah      : Abdul Halim
Proofreader      : Juman Rofarif
Tebal                : 325 halaman
Cetakan           : I, 2011
Penerbit            : Zaman


“Jika hati tak pernah sedih, ia bakal hancur laksana rumah tak berpenghuni”
 (malik ibn Dinar)

            Kalimat inspiratif di atas, beserta dua belas ungkapan-ungkapan dahsyat peroboh kegalauan hati lain, akan langsung menyapa ketika kita membuka buku menakjubkan ini. Tidak seperti buku-buku “Berpikir Positif” yang lain, yang seolah mengingkari hak manusia untuk sesekali bersedih, buku ini membebaskan pembaca untuk bersedih secara sewajarnya, bahwa bersedih hati dan gelisah itu merupakan sesuatu yang normal, bahwa hati yang tidak pernah merasakan kesedihan tiada bedanya dengan hati yang sudah mati. Sebagai sebuah sunnatullah di alam, ada kesempitan maka ada kelapangan, adanya kesedihan sehingga kita bisa merasakan indahnya bergembira (Bab 10)

            Setelah disaput oleh ungkapan-ungkapan inspirational, penulis mengajak kita untuk menyelami apa makna dari kesedihan itu. Kita hidup di dunia ini untuk beribadah dan mencari bekal menuju negeri akhirat, namun Allah juga mewajibkan kita untuk tidak melupakan dunia. Di bab pertama, secara panjang lebar namun dengan bahasa yang luwes, penulis mengajak umat muslim untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan, sebagaimana juga agar tidak terlalu larut dalam kegembiraan. Dipaparkan pula macam dan sumber kegelisahan yang paling utama, yakni DUNIA. Jika dipikir-pikir, kita memang lebih sering sedih karena dunia kita ketimbang bersedih karena akhirat kita. Padahal, Allah sudah mewanti-wanti bahwa kepedihan di akhirat adalah jauh lebih pedih. Jika memang demikian, sungguh tidak lah pantas bila kita terlampau bersedih pada dunia dan melalaikan bagian akhirat kita.

            Bagian selanjutnya, penulis membahas makna kesedihan menurut baginda Rasul Muhammad Saw. Sebagai manusia, Nabi ternyata juga pernah bersedih, misal ketika ditinggal wafat Siti Khadijah, kehilangan putranya Ibrahim, serta kesedihan karena peristiwa al-Ifku yang sangat terkenal itu, yang mana peristiwa ini baru bisa diredam dengan campur tangan langit. Penasaran dengan apa sih al-Ifkuitu, Anda bisa membaca sendiri di halaman 49.  Sebagai kekasih Allah, Nabi senantiasa diberi ilham untuk menghalau kesedihannya. Dari berbagai riwayat, kita tahu bahwa setiap sedihnya Nabi akan diubah menjadi sesuatu yang positif dan dimaknai sebagai bagian dari ibadah. Memang, apa pun yang berkenaan dengan seluruh sifat serta perilaku Nabi, semuanya merupakan ladang tempat memungut hikmah dan memanen pelajaran.
            Nabi menghadapi kesedihan dengan cara ridha, menyerahkan semuanya kepada Allah, sumber dari segala solusi permasalahan. Beliau mencontohkan bahwa dengan bersikap sabar serta berbaik sangka kepada Allah, maka bantuan akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Hati yang bersemayam dalam jiwa Nabi memang hati yang istimewa, sebuah hati yang secara khusus dipersiapkan untuk menampung sikap lapang dada dan keridaan pada takdir-Nya. Tidak ada riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi pernah membenci keputusan atau takdir Allah, meski cobaan datang bertubi-tubi dan jalan kehidupan berliku-liku, Tetap berprasangka baik kepada Tuhan selalu menjadi karakter Nabi kita tercinta ini, Subhanallah.

            Selain kisah hidup Nabi Muhammad, dalam buku ini dimuat juga sejumlah kisah para nabi dan rasul yang pernah dilanda ujian berat. Seolah kurang cukup, penulis juga memperkaya isi buku ini dengan aneka kisah dari para sahabat, orang-orang bijak yang pernah ditimpa cobaan berat namun mereka tetap memiliki energi untuk bersikap positif. Masih ada banyak lagi kelebihan dari buku ini, di antaranya metode untuk menghilangkan kesedihan yang menggabungkan antara ajaran Nabi dan kisah-kisah para sahabat serta orang-orang alim, dengan terapi-terapi berpikir positif zaman modern.  Membuka halaman-demi-halaman buku ini, Anda akan menemukan kekayaan inspirasi dan ungkapan-ungkapan motivasional yang luar biasa.  

            Karena kekayaan isinya, keistimewaan bobotnya, serta keragaman kisah di dalamnya; sebaiknya jangan memaksa untuk membaca buku ini secepat kilat—seperti saat membaca novel. Rangkaian mutiara hikmah dan jalinan kearifan yang bertebaran dalam buku ini sungguh terlalu istimewa kalau hanya dibaca sambil lalu (saya juga baru membaca separo lebih sedikit ^-^). Bacalah buku ini di waktu yang khusus, di tempat yang nyaman, dan baca dengan penuh penghayatan. Baca, renungkan, pahami secara perlahan, terapkan dalam kehidupan keseharian, dan jadilah pribadi yang positif tanpa harus melenceng terlalu jauh dari koridor ajaran agama Islam.

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. al-Ra'd [13]: 28)

NB: Begitu dahsyatnya kekuatan positif dari buku ini, hati saya sudah dipenuhi dengan bunga-bunga kegembiraan ketika saya menerima buntelan buku kebahagiaan ini. Widdiiiiiii --------> Makasih Penerbit Serambi dan Penerbit Zaman.


No comments:

Post a Comment